“Sinergi dan Kolaborasi Demi Potensi Energi NKRI”

“Sinergi dan Kolaborasi Demi Potensi Energi NKRI”

Ilustrasi Panel Surya

Nama          : Danny Richard P Tampubolon, S.Sos

Profesi         : PNS (Pegawai Negeri Sipil)

Email          : rictampubolon@gmail.com

 

LOMBA PENULISAN “SohIB Berkompetisi Artikel”

Recover Together, Recover Stronger

TEMA             :           RECOVER TOGETHER, RECOVER STRONGER

SUB TEMA    :           “Teknologi Terkini untuk Penghijauan Global”

JUDUL           :           “Sinergi dan Kolaborasi Demi Potensi Energi NKRI”

KATEGORI    :           UMUM

Intro

Bicara “sinergi” dan “kolaborasi”, tentu bukanlah dua terminologi asing bagi khalayak di lingkungan kita sehari-hari. Kita bisa memulai sinergi dan kolaborasi dari tempat kita masing-masing entah sebagai aparatur pemerintahan, swasta, pengusaha, akademisi, pegiat komunitas maupun masyarakat umum lainnya. Melalui tulisan dan perubahan kecil yang kita bisa lakukan, diharapkan kita bisa “JadiKontributorJadiInspirator mulai dari keseharian di titik perjuangan kita masing-masing. Artikel bertemakan “Recover Together, Recover Stronger” ini penulis pilih sebagai ladang perubahan kecil untuk memulai langkah menengah maupun langkah besar berikutnya. Ya, tentu akan banyak artikel beredar di ajang #SohibBerkompetisiArtikel ini dan kita berharap agar seluruh artikel yang terpilih akan memberikan energi positif untuk bisa menular dan memberikan perubahan positif tentunya.

Nah, bicara “sinergi” dan “kolaborasi” tentu bisa berkaitan dengan regulasi. Kita tahu bahwa berbagai regulasi sudah dihasilkan baik dari tingkat Perpres, PP, Peraturan Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Walikota hingga Peraturan Bupati sudah sangat sering menyinggung kata “sinergi” dan “kolaborasi” dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan. Nah untuk itulah diagendakan lomba penulisan #SobatHebatIndonesiaBaik ini. Disini kita bisa “bertarung” secara pikiran dan menularkan ide kreatif kita kepada publik dari berbagai sudut pandang. Dengan tulisan yang kita tumpahkan dalam artikel kita bisa #BerbagiMenginspirasi kepada publik, ibarat kampanye maupun propaganda positif yang bisa menginspirasi kepada kalangan lain.

Momen ini juga sejalan dengan ditunjuknya Republik Indonesia sebagai Pelaksana Event Presidensi G20 Indonesia, khususnya dalam G20 Techsprint Initiative 2022 yang bersifat kompetitif namun tetap kolaboratif. G20 bernafaskan solusi mutakhir berbasis teknologi yang berkesinambungan dan tentu terbuka peluang cukup lebar untuk terjadinya sinergi, kolaborasi serta inovasi. Disinilah pentingnya kesamaan frekuensi dalam teknologi dan kolaborasi inklusif (baca transfer teknologi dan transfer pengetahuan) di antara negara maju dengan negara berkembang, yang sesuai dengan nafas Presidensi G20[1].

Sesuai informasi yang dilansir dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) https://www.kominfo.go.id, bahwa Presidensi G20 memiliki mekanisme pergantian ketuanya setiap satu tahun sesuai fungsi presidensi yang dipegang oleh salah satu negara anggota. Nah, tentu kita harus menyadari bahwa jika negara kita dipercaya untuk Presidensi G20 Tahun 2022 ini, artinya negara kita dianggap punya kemampuan, potensi dan sumber daya unggul sebagai negara yang patut disejajarkan dan ikut bergabung dengan negara berkembang lain serta mungkin bisa “didengar” oleh negara maju lain di dunia.

Lantas, G20 seolah menjadi campaign dan viral berada di mana-mana. Sangat mudah mencari logo “G20” belakangan ini, muncul di berbagai sudut dan lokasi. Di logo, emblem, di iklan media elektronik, bahkan kerapkali jaket yang dikenakan Presiden RI Joko Widodo seringkali tertera emblem G20. G20 seolah menjadi propaganda maupun kampanye yang viral ke seluruh kalangan, baik pemerintah, swasta, kalangan universitas hingga khalayak umum. Poin utama G20 adalah bahu-membahu, saling mendukung dan berkolaborasi. Jika zaman sekarang masih muncul sosok siapapun mengklaim bisa maju sendiri alias menonjolkan “one man show”, percayalah adagium “one man show” sudah tidak laku zaman sekarang.

Bahkan ini juga berlaku bagi dunia olahraga. Tim sepakbola besar sekaliber dunia juga butuh kolaborasi. Klub Real Madrid CF.contohnya, mereka bisa menjuarai Piala Champions pada 28 Mei 2022 juga karena sinergi dan kolaborasi. Apa bisa Sang Penjaga Gawang Thibaut Courtouis meraih juara sendirian di lapangan? Dia Goalkeeper, dia yang menjaga pertahanan, mengumpan kepada penyerang  maupun menjadi eksekutor akhir di mulut gawang lawan? Tentu mustahil bukan…

Tentu Courtouis butuh Marcelo, Valverde, Luka Modric maupun Karem Benzema bahkan Vinicious Junior untuk menjuarai Piala Champions di Stade de France, Prancis kemarin. Inilah pentingnya sinergi dan kolaborasi.

Lihat saja slogan G20 yang muncul di sela-sela berlangsungnya pandemi Covid-19 bertajuk “Recover Together, Recover Stronger”. Sederhana, dari slogan ini saja sudah sangat terang benderang maknanya bahwa kita tidak bisa bangkit dan lebih kuat sendirian. Kita harus bangkit dan pulih lebih kuat secara bersama-sama, tidak bisa sendirian.

 

 

[1] Sebagai informasi G20 adalah suatu forum kerjasama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (UE). Dilansir dari laman resmi Kompas.com, bahwa G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global dan 80 persen PDB Dunia[1]. G20 beranggotakan negara maju dan negara berkembang yang memikiki tingkat pendapatan menengah dan tinggi. Kita patut bangga karena Republik Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan datang pada Bulan November 2022 di Bali

(“Presiden RI mengenakan jaket dengan emblem G20”, sumber : www.presidenri.go.id – Biro Pers Media dan Informasi Setpres RI)

Isi

Untuk artikel yang penulis kedepankan kali ini, penulis beranggapan bahwa akan pentingnya suatu inovasi dan teknologi yang berkelanjutan. Khususnya inovasi dan teknologi yang berkaitan dengan energi. Bayangkan kendaraan anyar terus hadir di Indonesia berjumlah jutaan unit setiap tahun. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa terjadi penambahan 7 juta unit kendaraan baru di Republik Indonesia selama Tahun 2019. Di saat yang sama proses pemanasan global (global warming) dan efek rumah kaca terus terjadi. Pemanasan global adalah contoh nyata degradasi kondisi alam dan lingkungan pada dunia. Pemanasan global bukanlah suatu cerita fiksi atau isapan jempol belaka, tetapi sudah menjadi suatu fakta empiris yang kita temui sehari-hari. Perlu dilakukan gaya hidup yang ramah lingkungan yaitu Go Green dan Penghijauan. Penghijauan yang juga sering diistilahkan sebagai Reforestation[1] adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan.

Nah, khusus kali ini, penulis mengedepankan perlunya “kampanye”. Ya, bukan kampanye pilkada atau pilpres yang sering kita dengar sebelumnya di media. Tetapi adalah perlunya kampanye aplikasi panel surya sebagai manifestasi Teknologi Terkini untuk Penghijauan Global.

Mengapa harus Panel Surya yang notabene menggunakan energi matahari ini?

Ada tiga alasan mendasar –setidaknya menurut pandangan penulis-, mengapa energi matahari perlu dikedepankan sebagai potensi “tidur” yang kurang dioptimalkan di negara kita. Ketiga alasannya adalah :
·       Negara Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis; dimana secara kalkulasi rata-rata kita menerima sinar matahari secara cuma-cuma dari-Nya selama 8 jam sehari
·       Pemerintah Pusat sudah mendukung dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2021
·       Panel Surya relatif mudah diaplikasikan mulai dari genteng rumah tinggal, gedung dan bangunan tinggi, di lampu penerangan jalan umum (PJU), Ruang Terbuka Hijau (RTH), hingga di pinggir jalan tol sekalipun (sebagai contoh di Jalan Tol Cikopo Palimanan -  Jawa Tengah kita dapat dengan mudah menemukan dinding turap di pinggir jalan yang dipasangi panel surya)

 

[1] https://www.greenpeace.org

Karena Kementerian ESDM RI sudah mengagendakan panel surya sebagai salah satu inovasi pemanfaatan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia, maka seyogianya ini bisa dimanfaatkan seluas-luasnya. Panel surya bisa diaplikasikan untuk keperluan domestik/rumah tangga (dengan penyesuaian sedemikian rupa pada sistem instalasi listrik) dan bisa juga diaplikasikan untuk kalangan industri. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Atap ini diharapkan bisa lebih familiar untuk diaplikasikan di pelbagai lokasi di Indonesia.

Terdapat sebanyak potensi energi surya sebesar 200.000 MW. Sementara potensi energi surya yang terkumpul dan dimanfaatkan baru mencapai 150 MW. Artinya persentasenya  masih sangat kecil yaitu baru mencapai 0,08% dari total potensi energi surya yang ada. Masih harus terus digenjot dan didukung secara lebih massif penggunaan panel energi surya di banyak lokasi.

Nah, sebagai informasi yang dilansir dari Kementerian ESDM RI (Ditjen EBTKE) untuk menyediakan pasokan kebutuhan listrik kita di Indonesia selama tahun 2021, PLN (Perusahaan Listrik Negara) membutuhkan rata-rata BBM 30,9 juta kiloliter. Lalu, batubara yang sempat “ramai” kemarin, juga dibutuhkan sebanyak 68 juta ton untuk setiap tahunnya selama tahun 2021 di Indonesia. Bayangkan, tentu bukan kuantitas yang kecil dan murah bukan?

Sementara potensi energi surya kita baru dimanfaatkan sebanyak 150MW dari total potensi yang ada 200.000MW! Tentu masih sangat kecil dan harus menjadi perhatian kita semua untuk semakin membuat panel surya menjadi habituasi kita sehari-hari. Ya, habituasi alias semakin dibiasakan dalam lingkungan kehidupan kita sehar-hari.

Entah di rumah, di kantor, di ruang terbuka hijau dan ruang publik manapun. Kiranya Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat serta BUMN juga menjalin sinergi dan kolaborasi demi terciptanya ekosistem pengguna panel surya yang semakin massif. Mari singkirkan dan kesampingkan jauh-jauh ego sektoral, demi Indonesia yang jauh lebih baik, lebih maju dan lebih kolaboratif kedepan, sehingga negara kita semakin disegani di kancah dunia.

*Sumber : “Ilustrasi Panel Surya” - Environment Indonesia Center https://environment-indonesia.com

Konklusi

Melalui artikel berjudul “Sinergi dan Kolaborasi Demi Potensi Energi NKRI” ini penulis berusaha mengajak seluruh masyarakat Indonesia. Untuk bahu-membahu saling mendukung dan berkolaborasi serta pulih bersama dan berkelanjutan mulai dari titik keberadaan (meeting point) masing-masing. Tujuannya bukan hanya tujuan praksis jangka pendek semata pada sebuah Kabupaten/Kotamadya atau Provinsi, seperti penghargaan Adipura dan Kalpataru semata. Tidak, tidak hanya berhenti sampai disitu.

Tetapi ada tujuan lain yang lebih sistemik dan berkelanjutan. Jika usaha ini kita lakukan secara bersama-sama, berkesinambungan dan berkelanjutan, manfaatnya bisa kita rasakan bersama, bahkan untuk anak cucu serta generasi penerus kita kelak. Output yang diharapkan bisa terwujud sudah cukup jelas yaitu :

  • Peningkatan potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) dari 11,5% menuju 23% (2025)
  • Penghematan BBM dan Batubara untuk listrik (Konsumsi BBM 30,9 juta KL dan 68 juta ton bisa semakin kita tekan dalam setahun)
  • Mencegah Efek Gas Rumah Kaca (GRK). Selain mengurangi partikel debu, pepohonan juga mengurangi GRK. Efek GRK adalah penumpukan gas CO2 pada atmosfer yang menyebabkan bolongnya atmosfer, tapi pepohonan dapat mencegahnya karena hutan dapat mengubah 3,7 TON CO2 menjadi 2 TON O2[1]
  • Kualitas air dan udara jauh lebih baik
  • Pengontrol iklim (Climate Controller)
  • Fungsi keindahan dan estetika pada lingkungan kita

Untuk itu kedepan Pemerintah tetap harus melakukan penghijauan kota adalah suatu usaha untuk menghijaukan kota dengan melaksanakan pengelolaan taman kota, taman Iingkungan, jalur hijau dan  lain sebagainya.

Terakhir, izinkan penulis menyebutkan jargon yang mungkin sudah sering kita dengar sebelumnya “No One Man Left Behind”. Artinya, di era digital ini mari libatkan semua stakeholder demi terwujudnya Sinergi dan Kolaborasi Demi Potensi Energi NKRI! Semua harus terlibat dan jangan sampai ada yang ketinggalan kereta. Sekali lagi demi Republik Indonesia yang jauh lebih baik dan terlebih demi INDONESIA EMAS Pada Tahun 2045!

 

[1] http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/aksi/mitigasi/implementasi/330-menanam-pohon-untuk-mengatasi-pemanasan-global