Selamatkan Bumi,Gunakan Piring Ramah Lingkungan Buatan Anak Negeri

Selamatkan Bumi,Gunakan Piring Ramah Lingkungan Buatan Anak Negeri

Piring ralah lingkungan inovasi anak negeri

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Sampah plastik sudah menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan terutama pencemaran tanah dan pencemaran laut. Pada tahun 2019 sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia mencapai 600 ribu ton. Dari sampah plastik tersebut, didominasi dengan sampah plastik bekas makanan. Karena plastik memiliki beberapa kelebihan seperti murah, tahan lama, dapat menahan air, dan mudah diproduksi. Tetapi terdapat banyak masalah yang bisa ditimbulkan oleh palstik seperti mencemari tanah dan laut, terurai dalam waktu lebih dari 100 tahun, dan penghasil emisi karbon.

Karena terurai dalam waktu yang sangat lama, maka sampah plastik yang tidak dapat terurai dibakar dengan tujuan untuk mengurangi sampah plastik. Alhasil dengan pembakaran tersebut malah berdampak buruk bagi lingkungan sperti emisi karbon. Gas yang dihasilkan dari pembakaran sampah plastik tersebut akan naik hingga atmosfer dan menumpuk maka akan membuat suhu bumi akan naik atau biasa kita kenal dengan pemanasan global.

Dampak pemanasan global bagi manusia sangatlah luar biasa, seperti mencairnya es di kutub bumi yang menyebabkan naiknya permukaan air laut, fenomena cuaca ekstrim, bahkan bisa berdampak pada sektor pertanian dan keberlangsungan hidup satwa di alam liar.

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pemanasan global. Salah satu cara untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah dengan cara menggurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dengan membawa tumbler sendiri atau dengan membawa kotak bekal sendiri untuk mengurangi plastik yang terbuang. Akan tetapi ada beberapa orang yang enggan melakukan hal tersebut dengan alasan kurang efisien dan tidak tersisa tempat di dalam tas bawaan mereka. Sehingga membuat mereka terpaksa untuk membeli makanan di luar.

Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa gunakan inovasi dari mahasiswa Universitas Lampung yaitu dengan menggunakan piring dari daun tebakak sebagai pengganti piring untuk makanan. Secara budaya daun tebakak sudah menjadi bahan pembungkus makanan oleh masyarakat lampung karena mudah ditemui oleh disekitar mereka. Tanaman tebakak ini memiliki daun yang lebar sehingga cocok digunakan sebagai piring untuk makan maupun sebagai pembungkus makanan.

Tebakak atau yang biasa dikenal sebagai Pohon Jati atau yang juga dikenal dengan nama “teak” dalam bahasa Inggris merupakan serapan dari kata “thekku” dalam bahasa Malayalam, yaitu bahasa dari Kerala, India bagian Selatan(Pohon Jati: klasifikasi, Ciri-Ciri, Jenis dan Manfaat Jati, 2022).

Pohon Jati ini memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut :

Daun tebakak atau daun jati merupakan sarana pembungkus makanan yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia dari jaman dahulu hingga sekarang. Daun jati digunakan sebagai pembungkus makanan karena mudah ditemukan disekitar rumah juga sering digunakan sebagai pembungkus bekal para petani agar bekal yang dibawa lebih tahan lama dan bekal yang dibawa menjadi beraroma khas.

Daun tebakak atau daun jati ini kemudian dikemas menjadi lebih modern dengan dijadikan piring sebagai alternatif piring sekali pakai oleh mahasiswa Universitas Lampung. Piring dari daun ini bisa digunakan sebagai pengganti piring sekali pakai karena dapat terurai dengan tanah dalam jangka waktu yang relatif singkat dengan 2 minggu hingga 1 bulan. Daya simpan piring ini juga cukup lama dengan jangka waktu 6 bulan. Piring ini juga memiliki ketahanan dengan air karena pada dasarnya daun tebakak juga memiliki ketahanan dengan air. Dibandingkan dengan plastik, piring dari daun jati ini memiliki ketahanan dengan panas lebih baik. Plastik yang dipanaskan dapat meleleh dan bahkan masuk kedalam makanan yang kita makan sehingga dapat memicu berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kanker.

Cara membuat piring ini juga cukup sederhana. Langkah pertama dengan mengumpulkan daun tebakak, kemudian disterilkan dengan sterilizer, kemudian dicetak dengan menggunakan mesin cetak press dengan pemanas selama 3 menit. Pemanas yang digunakan berjumlah dua dengan daya 350-watt (Tebakak Leaves Plates as an Eco-friendly Disposable Plates: Cultural Roots, Technology and People Transformations, 2021). Setelah selesai dicetak piring daun tebakak sudah siap digunakan.

Bila inovasi seperti ini bisa dipasarkan secara global maka penggunaan plastik sekali pakai pada makanan ini akan sangat berkurang. Dengan semakin sedikitnya penggunaan plastik pada sektor makanan akan membuat kita semakin membantu menggurangi dampak pemanasan global yang sudah terjadi dalam seabad kebelakang.