Sehabis Japan, Inc. dan China, Inc., akan terbitkah Indonesia Inc.? Berinvestasi untuk generasi muda adalah cara Indonesia menjadi negara maju

Sehabis Japan, Inc. dan China, Inc., akan terbitkah Indonesia Inc.? Berinvestasi untuk generasi muda adalah cara Indonesia menjadi negara maju

Ted Fishman

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Belakangan ini, saya sedang suka sekali menonton video-video dalam kanal Youtube Gita Wirjawan. Bersama para tamu jempolan yang diundang dalam podcastnya yang bertajuk ‘Endgame’, Gita Wirjawan membahas mengenai proyeksi mengenai masa depan Indonesia dari berbagai sudut pandang, dan apa yang harus dilakukan oleh Indonesia agar memiliki masa depan yang lebih baik. Pakar public policy yang pernah menjabat sebagai menteri pada jaman SBY ini memang dikenal sangat peduli dan memperjuangkan masa depan Indonesia yang ‘lebih keren’.

Ted Fishman di podcast "Endgame' milik Gita Wirjawan| Youtube Gita Wirjawan (youtube.com/c/GitaWirjawan45)
Ted Fishman di podcast "Endgame' milik Gita Wirjawan| Youtube Gita Wirjawan (youtube.com/c/GitaWirjawan45)

 

Salah satu tamu yang menjadi favorit saya adalah Ted Fishman. Buat kamu yang belum tahu, Ted Fishman adalah seorang penulis kawakan yang telah puluhan tahun menjadi penulis untuk media-media besar berbahasa Inggris. Dia juga telah menulis dua buah buku best seller yang luar biasa laris di seluruh dunia yang berjudul: China, Inc., dan Shock of Gray. Dia juga dikenal memiliki ikatan batin yang begitu kuat dengan Indonesia berkan program ‘Princeton in Asia’ yang mengantarkannya ke Jogjakarta pada awal dekade 1980-an.

Dalam video berdurasi panjang itu, Gita dan Ted membahas banyak hal. Tetapi, salah satu yang paling menarik bagi saya adalah tentang bagaimana pengalaman bekerja di Jepang pada akhir dekate 1970-an menjadi pondasi yang sangat penting bagaimana ia memandang, meneliti, dan menulis buku China, Inc., yang ditulisnya pada awal dekade 2000-an. Buku ini merupakan buku yang paling awal sekali berhasil mengidentifikasi Tiongkok sebagai calon negara superpower di dekade-dekade mendatang.

Jika kamu penggemar sejarah seperti saya, maka kamu pasti tahu, jauh sekali sebelum rkonomi china meledak seperti sekarang dan membuatnya negara superpower baru, Jepang adalah negara yang digadang-gadang menjadi negara superpower yang bahkan kekuatannya diprediksi akan mengalahkan Amerika Serikat. Bahkan ada istilah khusu yang disematkan kepada pertumbuhan ekonominya yang membuat seluruh dunia takjub, ‘Japan Economic Miracleatau kalau dibahasa Indonesiakan menjadi Keajaiban Ekonomi Jepang.

Keajaiban ekonomi Jepang| Yonxo| Youtube Yonxo (https://www.youtube.com/c/THEFIRSTSTANDARD)
Keajaiban ekonomi Jepang| Yonxo| Youtube Yonxo (https://www.youtube.com/c/THEFIRSTSTANDARD)

saksi hidup dari kebangkitan ekonomi Jepang pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an, menyaksiksikan ada gejala-gejala yang sama yang ditemuinya ketika menulis China inc,. Gejala yang dimaksud adalah adanya migrasi jutaan penduduk muda Tiongkok yang umumnya hidup sebagai petani di pedesaan untuk bekerja sebagai buruh pabrik di ‘Kawasan Ekonomi Khusus’, sebuah istilah yang diperuntukan untuk kawasan-kawasan tertentu yang diizinkan membuka ekonomi pasar di Tiongkok yang sosialis. Sama saja seperti yang terjadi di Jepang pada awal kebagkitan ekoniminya dimana ada jutaan petani muda dari pedesaan yang pergi ke kota untuk menjadi buruh.

Bangkitnya Tiongkok pada awal 2000| Unair (https://news.unair.ac.id/)
Bangkitnya Tiongkok pada dekade awal 2000| Unair (news.unair.ac.id)

Upah minimum di Tiongkok pada saat itu sangat rendah, bahkan lebih rendah dari upah minimum Indonesia yang pada saat itu juga sangat rendah. Jam kerja yang panjang, upah minim, dan jaminan sosial yang kurang memadai, membuat produk-produk Tiongkok bisa dibuat dengan sangat murah. Bahkan, menurut Ted Fishman yang pertama kali membeli produk Tiongkok di Indonesia (karena menurut penuturannya, produk Tiongkok pada saat itu belum masuk Amerika Serikat), produk Tiongkok almost cost nothing (hampir tidak punya harga). Hal ini juga ternya pernah terjadi di masa-masa kebangkitan ekonomi Jepang.

Lalu sekarang, tentu timbul pertanyaan di kepala kita, ‘Seandainya China dan Jepang menjadi negara maju dengan cara seperti itu, haruskah Indonesia yang meiliki aspirasi yang sama juga melakukan yang sama seperti mereka?’

Zaman yang sudah berubah

Jawabannya tentu saja tidak. Mari saya jelaskan.

Pertama, pasar tenaga kerja berupah murah memiliki lawan baru yang luar biasa tangguh. Lawan tangguh ini biasanya disebut sebagai ‘robot’, tapi saya lebih suka menyebutnya ‘otomasi’. Mereka gencar sekali merebut lapangan para pekerja murah ini. Sebabnya, ‘otomasi’ membuat ongkos produksi menjadi jauh lebih murah, bahkan jika dibandingkan denga pekerja murah yang ‘seolah tak digaji’ ini. Robot tak perlu gaji, tak menuntut jaminan sosial, tak membutuhkan istirahat. Tak ada tenaga kerja yang meu ataupun sanggup diperlakukan demikian.

Kedua, telah timbulnya kesadaran tentang pentingnya sistem kerja yang lebih etis dan layak. Jam kerja yang tak terlalu panjang, upah minimum yang layak, jaminan sosial dan perlindungan pekerja yang baik, dan keamanan kerja yang memadai, merupakan beberapa dari tuntutan para pekerja dan orang-orang yang peduli kepada nasib pekerja. Sistem kerja yang lama dinilai eksplotatif dan tidak manusiawi, karenanya harus ditinggalkan.

Ketiga, negara seharusnya memperjuangkan kemajuan ekonimi yang inklusif.  Artinya, semua orang harus dapat menikmati buah dari kemajuan ekonomi itu. Sistem kerja yang lama tidak akan mensejahterakan kaum pekerja. Negara yang peduli kepada kemanusiaan dan berniat memanusiakan manusia, juga tidak boleh memperlakukan manusia manapun secara eksploitatif.

Keempat, Tiongkok dan Jepang sudah meninggalkan cara-cara seperti itu. Jam kerja sudah dibatasi, upah minimum sudah naik, dan jaminan sosial sudah dijalankan. Tidak masuk akal kita menggunakan cara yang ditinggal orang.

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa membuat Indonesia menjadi negara maju seperti Tiongkok dan Jepang?

Tantangan di masa depan

Masa depan akan sangat bebeda dengan masa lalu. Kompetisi akan semakin sulit. Otomasi akan membuat buruh upah murah menjadi tidak kompetitif. Maka kita jangan berlomba menurunkan harga, kita harus berlomba membuat produk dan layanan yang terbaik.

Indonesia harus berinvestasi pada generasi muda agar hal ini bisa dicapai. Pendidikan harus diperbaiki dan diperbaharui agar sesuai dengan kebutuhan di masa depan. Pendidikan juga harus gratis. Bahkan jika mampu, negara harusnya bisa menggratiskan pendidikan hingga level perguruan tinggi. Namun jika tidak, negara harusnya cukup mampu untuk setidaknya memperbanyak sekolah-sekolah kejuruan, atau setidaknya memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berbakat untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Negara harus mampu membuat anak-anak yang paling berbakat untuk ingin menjadi tenaga pendidik, agar mereka juga dapat mencerdaskan abak-anak lainnya. Negara harus mampu memanggil pulang orang-orang cerdas kita yang berada di luar negeri untuk bekerja di Indonesia dan menularkan pengetahuan dan keahliannya kepada orang Indonesia lain.

Negara juga harus bekerjasama dengan sektor-sektor lainnya untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Misalnya, negara bisa bekerjasama dengan sektor bisnis untuk memastikan bahwa sisiwa-siswa kita akan sesuai dengan pasar tenaga kerja yang dibutuhkan nantinya.

Negara juga harus bisa bekerjasama dengan negara lain untuk belajar meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya Indonesia harus bisa belajar dari Finlandia, negara dengan pendidikan terbaik. Negara juga harus mewujudkan pendidikan yang lebih fokus kepada kerja sama alih-alih kompetisi.

Saya yakin, jika mengikuti itu semua, maka Indonesia bisa lebih mau, bahkan dari Tiongkok maupun Jepang.