Review Novel 'Kamu Gak Sendiri': Ruang Sendiri dan Kesehatan Mental

Review Novel 'Kamu Gak Sendiri': Ruang Sendiri dan Kesehatan Mental

Review Novel Kamu Gak Sendiri | Sumber: Goodreads

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Kamu Gak Sendiri adalah novel nonfiksi pertama karya Syahid Muhammad. Buku ini terbit pertama kali pada Desember 2019. Sebelumnya, Syahid sudah menghasilkan tujuh novel fiksi yang juga dirilis oleh penerbit yang sama, yaitu Gradien Mediatama.

Buat yang belum tahu, Syahid Muhammad sendiri merupakan seorang penulis asal Bandung yang lahir pada 1 November 1990. Laki-laki yang kerap disapa Bang Iid ini pertama kali mengeluarkan novel berjudul Kala. Novel tersebut menjadi karya pertamanya hasil kolaborasi dengan penulis Stefani Bella.

Nah, untuk Kamu Gak Sendiri, buku ini mengangkat pembahasan kesehatan mental. Novel setebal 340 halaman ini secara keseluruhan mencakup pengalaman pribadi sang penulis mengenai masalah mental yang telah dialaminya sejak tahun 2014.

Sebuah Tulisan tentang Kekesalan Hidup

Saat membuka halaman pertama Kamu Gak Sendiri, kita langsung disambut dengan perasaan Bang Iid ketika menulis novel ini: "Saya mulai menulis buku ini saat sedang kesal." Kalimat tersebut sudah menggambarkan keseluruhan isi buku ini walaupun tersirat. Ia berusaha menyampaikan maksudnya dalam menulis dan memberitahu pembaca bahwa karyanya yang satu ini berisi tentang kekesalan yang ia alami selama ini.

Novel Kamu Gak Sendiri dibuka dengan bab "things that I kept to myself". Bab tersebut menceritakan bahwa menjadi seorang manusia adalah sebuah proses seumur hidup yang tidak memiliki kata akhir. Lebih jelasnya, bagaimana setiap manusia memiliki rasa bersalah yang terus berulang di kepala lantaran selalu mempertanyakan hal-hal yang tidak mereka miliki, seperti perasaan bersalah, kesepian, iri, dan rasa lelah karena perjuangan selama ini.

Namun, pada bab ini, Syahid juga mengingatkan bagaimana terkadang perasaan kesal tersebut muncul bersamaan dengan syukur. Rasa syukur yang ada akhirnya menggiring perasaan bersalah (bahwa manusia selalu merasa tidak dipedulikan) untuk mulai menyadari bahwa ternyata banyak orang yang peduli dengannya.

Perasaan yang berlawanan tersebut muncul bersamaan sehingga menjadi hal pertama yang membuat Syahid kebingungan tentang proses tumbuh yang tak berkesudahan. Baginya, ruang untuk diri sendiri menjadi kedap kepercayaan sekaligus memunculkan sumber-sumber rahasia untuk menggerakkan pintu-pintu kesempatan dan pertumbuhan lainnya.

Pahitnya Menjadi Berbeda di Dunia yang Fana

Review Novel Kamu Gak Sendiri Ilustrasi Bullying
Setiap manusia tentunya tidak dapat memenuhi ekspektasi orang lain, pun menentukan bagaimana seseorang memandang kita. | Sumber: Pexels (cottonbro studio)

Berlanjut ke bab dua yang diberi judul "Seberapa Sering Kau Mempertanyakan Dirimu?". Bagian ini menceritakan awal mula kecemasan-kecemasan yang sering kali muncul dalam benak manusia walaupun dirinya sedang baik-baik saja. Pertanyaan-pertanyaan yang sering kali muncul pada Syahid adalah mengenai perbedaan. Di bab inilah ia mulai membagikan pengalaman pribadinya.

Cerita bermula dari kenangan masa kecil Syahid yang lebih sering bermain dengan lawan jenis dan bermain mainan yang dianggap tidak sesuai untuk laki-laki. Mulanya, ia merasa tidak ada yang salah dengan itu. Namun, persoalan muncul ketika orang sekitarnya mulai mempermasalahkan hal tersebut.

"Aku ingat betul saat masih kecil, ketika sedang bermain masak-masakan dengan anak perempuan dari kakak sepupuku, aku dihampiri oleh salah satu sanak saudara dan ia menegurku, 'Bermainlah dengan sesama laki-laki!'"

Seiring bertambahnya usia, Syahid mulai merasa tidak mampu memenuhi standar mayoritas orang untuk tumbuh menjadi laki-laki pada umumnya. Akhirnya, hal tersebut menjadi penyebab Iid sering mendapat ejekan dan sindiran dari teman-temannya.

Tentu saja, Iid merasakan sakit atas ejekan yang dilontarkan kepadanya, tetapi ia sendiri tak berani untuk membalas. Berawal dari kejadian inilah ia lantas membuka diri mengenai kecemasan dan masalah mental yang dialaminya.

Pada bab ini, Syahid berusaha menyampaikan bahwa setiap manusia tentunya tidak dapat memenuhi ekspektasi orang lain, pun menentukan bagaimana seseorang memandang kita. Setiap emosi yang muncul dari dalam diri merupakan emosi yang secara wajar dialami manusia karena pengaruh lingkungan sekitar.

Namun, menurut saya, penulis terkesan terlalu berbelit-belit dalam merangkaikan kata di setiap pesan yang ingin disampaikan. Bisa jadi karena dirinya yang tidak ingin langsung menyampaikan pesannya atau takut dikira menggurui perasaan seseorang.

Baca Juga: 5 Fakta School Bullying dalam Drakor Weak Hero Class 1, Sudah Tahu?

Jalan Keluar untuk Bebaskan Diri dari Belenggu Serangan Panik

Bab selanjutnya berjudul "Serangan Panik", berisi pengalaman pertama Syahid merasakan serangan panik. Dikutip dari laman Alodokter, serangan panik (panic attack) adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. Kondisi yang juga disebut sebagai serangan kegelisahan ini ditandai dengan detak jantung yang bertambah cepat, napas menjadi pendek, pusing, otot menjadi tegang, dan gemetar.

Serangan panik dapat berlangsung selama beberapa menit hingga setengah jam. Kondisi ini bisa dialami sesekali dalam hidup—biasanya akan menghilang saat keadaan atau situasi pemicunya berakhir. Namun, jika serangan panik terjadi secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama, maka kondisi ini disebut gangguan panik.

Syahid sendiri pertama kali mengalami serangan panik pada 2014, pukul 5 pagi. Saat terjadi panic attack, pikirannya menjadi tidak terkontrol lantaran napasnya yang tiba-tiba menjadi pendek. Dirinya lantas langsung menghampiri ibunya yang saat itu sedang akan melaksanakan ibadah pagi.

Karena terus-menerus mengalami kejadian tersebut, Syahid mulai mencari hal yang sebenarnya ia alami melalui internet. Lewat penelusurannya, Iid pun menemukan bahwa dirinya terkena gangguan panik. Ia merasa tak bisa dan enggan untuk menerima jika dirinya ternyata mengalami kondisi tersebut.

Syahid pun terus bertanya-tanya, dari sekian banyaknya manusia di muka bumi, mengapa harus ia yang merasakan gangguan tersebut? Gangguan tersebut akhirnya berubah menjadi trauma.

Tidak tahan dengan hal-hal buruk yang terus terjadi padanya, Syahid akhirnya mencari jalan keluar dengan cara menerima seutuhnya keadaan yang ia alami. Dirinya juga mencari pelarian dengan menulis kutipan berikut:

"Benar, kan? Kita bukan bak mandi yang jika kotor bisa dibuang airnya kemudian dibersihkan secara manual. Jadi kupikir, hal yang bisa dan harus kita lakukan hanyalah mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan patut disyukuri."

Di bab ini pula, Syahid sudah mulai menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan secara tersurat. Bagi pembaca yang belum pernah berada di situasi yang dialami Bang Iid, mungkin akan merasakan bahwa dirinya kurang spesifik dalam menampilkan penyelesaian di bab ini.

Best Part: Bab "Perundungan Membuat Membenci Dirimu Sendiri"

Review Novel Kamu Gak Sendiri Ilustrasi Bullying
Pengalaman menjadi korban perundungan mengajari Syahid Muhammad untuk lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu agar tidak sampai menyakiti orang lain. | Sumber: Pexels (Keira Burton)

Salah satu bab terbaik menurut saya adalah bab "Perundungan Membuat Membenci Dirimu Sendiri". Bab ini menceritakan bagaimana perundungan alias bullying sangat berdampak terhadap kesehatan mental seseorang.

Obat dari sebuah perundungan tidaklah mudah. Bukan hanya sekadar diberi semangat lalu hilang, luka yang dirasakan bisa terbawa hingga seumur hidup atau bahkan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Hal serupa juga terjadi pada Syahid.

Ia menceritakan, dirinya sering menjadi korban bullying sejak SD hingga naik ke bangku SMP. Iid yang cenderung pendiam dan lebih nyaman berteman dengan perempuan lantas mendapat rundungan dari teman laki-lakinya. Alhasil, ia menjadi tidak nyaman berteman dengan mereka.

Penyelesaian dari bab ini sangatlah logis dan tidak berbelit-belit. Syahid mengatakan, sebagai korban bullying, ia menjadi lebih berhati-hati jika bergurau dengan kawannya. Hal ini karena bisa saja candaannya tersebut dapat menyakiti lawan bicaranya.

Selain itu, Iid juga menyajikan sudut pandang dari pelaku perundungan sendiri. Baginya, para pelaku sebenarnya juga bukanlah orang yang sedang baik-baik saja. Mereka juga memiliki masalah, tetapi sayangnya, cara pelampiasannya tidak benar, yakni dengan menindas orang lain.

Syahid juga memberi pesan bahwa menjadi korban perundungan memang bukan hal menyenangkan. Akan tetapi, pengalaman menjadi korban mengajarinya untuk lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu agar tidak sampai menyakiti orang lain.

Halaman Hitam Berisikan Tulisan-Tulisan "Absurd"

Ada satu halaman berlatar hitam yang cukup menarik perhatian dalam novel Kamu Gak Sendirian. Bukan sembarang halaman, bagian tersebut memuat tulisan yang sedikit absurd dan tidak dapat dipahami hanya dengan sekali baca. Kata-katanya seperti

"Masih bingung, cemas setiap hari ini untuk apa, malah jadi alasan untuk benci diri sendiri. Merasa payah, malas hidup, malas berusaha, malas berjuang. Kalau orang tau, cuma ketawa, atau kasian. Makin kacau kalau keluarga jadi khawatir."

Halaman hitam tersebut seperti berisikan curahan hati Bang Iid saat berbicara dengan dirinya sendiri. Bahasa yang digunakan pun cukup sulit dipahami karena pada susunan kalimatnya, tidak terdapat subjek dan objek yang pasti.

Bisa jadi, Bang Iid sengaja membuat kalimat tersebut sukar dimengerti dengan sekali baca agar para pembaca dapat memahami bagaimana isi pikiran orang-orang yang sedang dilanda resah dan kekhawatiran. Pada saat yang bersamaan, Iid juga memberitahu mereka yang sedang tidak baik-baik saja bahwa perasaan tertinggal, khawatir, dan resah merupakan hal yang wajar untuk dirasakan. Seperti pada kutipan

"Meski mereka sedih kalo saya sedih, makin sedih kalo saya nyerah. Semoga cemas punya maksud baik, ya. Sini duduk, tolong kasih tau saya, kamu (kecemasan) dateng buat apa? Buat siapa? Harus diapain?"

Kalimat tersebut dianalogikan seperti seseorang yang sedang berbicara dengan keresahannya. Lagi-lagi, kalimat tersebut terasa sulit dipahami jika pembaca kurang familier dengan susunan kata yang banyak menggunakan perumpamaan.

Final Thoughts tentang Kamu Gak Sendiri

Review Novel Kamu Gak Sendiri
Novel Kamu Gak Sendiri mengajarkan bahwa menjadi seorang manusia merupakan proses tiada akhir. | Sumber: Instagram (iidmhd)

Secara keseluruhan, Kamu Gak Sendiri karya Syahid Muhammad dapat dikatakan sebagai novel pengembangan diri. Buku ini secara serius mengangkat topik kesehatan mental yang dikisahkan dari pengalaman nyata sang penulis.

Tujuan Bang Iid membuat novel ini pastinya agar pembaca turut merasakan apa yang orang-orang dengan masalah kesehatan mental rasakan. Dengan membaca kisahnya, diharapkan publik jadi tahu bagaimana cara memperlakukan dan memahami mereka.

Bahkan, Iid juga menuliskan bahwa masyarakat masih sangat awam dan kerap mengabaikan isu kesehatan mental mereka. Padahal, penyakit ini dapat menyerang siapa pun. Untuk itu, Syahid mengajak orang-orang untuk lebih peduli dengan kesehatan mental mereka dengan perlahan-perlahan menerima semua keresahan dan kesalahan serta memaklumi bahwa menjadi manusia memang akan selalu dihampiri kekhawatiran.

Meskipun isu yang diangkat krusial, novel ini mungkin terasa membosankan, terlebih bagi pembaca awam yang belum sepenuhnya paham tentang kesehatan mental—atau belum pernah menghadapi orang dengan masalah sedemikian. Di beberapa bagian, bahasa yang Syahid gunakan juga terkesan berbelit-belit dengan banyak makna tersirat.

Selain itu, bagi saya, Kamu Gak Sendiri belum sepenuhnya mampu menggiring perasaan pembaca agar larut dalam setiap masalah yang disajikan. Kurangnya penjelasan teoritis dapat membuat pembaca sedikit kebingungan terhadap kasus yang disuguhkan.

Novel ini lebih seperti buku harian sang penulis dan bagi pembaca, seperti membaca buku harian pribadi seseorang. Kamu Gak Sendiri baru mampu menghadirkan perasaan sedih jika hal tersebut memang juga terjadi kepada pembaca. Untuk itu, menurut saya, karya Syahid Muhammad ini sepertinya paling cocok bagi pembaca yang mengalami masalah kesehatan mental.

Sejujurnya, novel fiksi Syahid Muhammad lebih dapat saya nikmati daripada karya nonfiksi pertamanya ini. Butuh waktu yang sangat lama bagi saya untuk merampungkan Kamu Gak Sendiri karena saya perlu membacanya berulang kali untuk memahami kalimat-kalimat yang ada.

Secara keseluruhan, novel ini memberikan pengajaran bahwa menjadi seorang manusia merupakan proses tiada akhir. Manusia terus tumbuh dengan kebahagiaan dan luka. Jika kebahagiaan bisa mengobati luka, luka pun dapat hadir karena sebuah kebahagiaan. Jangan pernah merasa sendiri karena tidak hanya kamu seorang yang merasakan segala kecemasan dalam kehidupan ini.

Baca Juga: Hewan Peliharaan dan Kesehatan Mental: Sebuah Simbiosis Mutualisme

Temukan artikel inspiratif lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id. Kalau kamu punya hobi menulis, boleh banget bergabung ke Komunitas Sohib, sebuah persembahan dari Indonesia Baik. Di sini, kamu bukan hanya akan mendapatkan banyak teman baru, tetapi juga workshop dan pelatihan yang bermanfaat untuk mengembangkan skill-mu. Join, kuy!

Editor: Fria Sumitro