Belajar jadi Relawan dalam Sahabat Museum

Belajar jadi Relawan dalam Sahabat Museum

Klab Edukator Sahabat Museum Konferensi Asia-Afrika | Sumber: Dokumentasi Pribadi

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Berawal dari pengumuman di Instagram pada tahun 2018, waktu itu masih dalam fase awal menjadi mahasiswa di kota besar yang juga sebagai Ibukota Jawa Barat, yakni Kota Bandung. kota ini adalah tempat baru bagi saya. Salah satu hal harus kita lakukan ketika berada di tempat baru adalah segera mencari sesuatu yang membuat nyaman dan betah. Kemudian bertemulah saya dengan perekrutan anggota baru 'Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika'.

Saya sebelumnya tidak tahu apa itu 'Sahabat Museum' (selanjutnya akan saya singkat menjadi SM). Apalagi, mungkin sebagian dari kita lebih mengenal istilah lain seperti 'duta museum'. Mereka yang ikut kegiatan ajang pemilihan seperti ini akan melewati proses seleksi yang ketat hingga pemenangnya akan dinobatkan sebagai perwakilan atau Brand Ambassador yang bertugas menghadiri banyak kegiatan serta mempromosikan museum yang diamanahkan. Awalnya saya pikir akan seperti ini juga prosesnya. Namun, alih-alih dapat bayaran, gelar, atau selempang, saya malah menjadi relawan museum.

Istilah relawan adalah hal yang baru sebenarnya, terlebih lagi dengan 'Sahabat Museum'. Ketika saya mendaftar, ternyata organisasi tersebut sudah lama berdiri, yaitu sejak tanggal 11 Februari 2011. Organisasi ini bermitra dengan Museum Konferensi Asia yang kemudian disebut Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika atau disingkat menjadi SMKAA. SMKAA ternyata tidak hanya menaungi satu klub saja, tetapi juga banyak tim lain dari beragam minat, misalnya klub baca, studi kebudayaan, bahasa, angklung, jurnalis, studi film, sinematografi, seni, hingga edukator yang bertugas memberikan pengajaran mengenai nilai-nilai Konferensi Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika yang saya pahami dari buku sejarah adalah konferensi yang diselenggarakan oleh Indonesia, India, Myanmar, Sri Lanka, dan Pakistan. Pertemuan ini disebut oleh Bung Karno sebagai pertalian antarbenua pertama dari beragam bangsa dan ras. KAA dilaksanakan di Bandung tahun 1955 dan diikuti sebanyak 29 negara dari Benua Asia dan Benua Afrika. Terdapat nilai solidaritas, kesetaraan, saling hormat-menghormati, dan kerjasama dari peristiwa ini. Pertemuan yang sempat diledek sebagai "konferensi apa-apaan" ini nyatanya berhasil mengilhami 39 negara merdeka. Keren, ya?

SM menghadirkan konsep partisipasi publik, yakni bagaimana mengedukasi khalayak dengan menghadirkan pengalaman yang mereka rasakan sendiri. Jadi bukan hanya sekadar mengajak orang bermain ke museum, tetapi juga melakukan serangkaian aktivitas yang bermanfaat di dalamnya. Ada beberapa hal yang akan SohIB temui ketika menjadi relawan di museum, seperti berikut ini:

1. Memperluas Jaringan Pertemanan

Hal ini yang saya rasakan, yaitu mendapatkan teman lintas klub dan generasi. Benar benar kecintaan akan museum membuat siapapun akan rindu untuk kembali ke sini.

2. Mendapatkan Nilai yang Baru

Kamu akan mendapatkan banyak perspektif baru mengenai kerelawanan, kesetaraan, solidaritas, dan kerjasama. Ikatan yang kuat hadir dari kelompok yang saling membantu dalam acara-acara yang diselenggatakan, baik untuk kepentingan klub sendiri maupun museum. Contohnya, dalam acara jelajah malam museum, bukan hanya klub edukator yang dilibatkan, tetapi juga tim lain dengan masing-masing kompetensi. Melalui kegiatan volunteer ini, pola pikirmu akan berubah bahwa seorang relawan bukanlah tanpa harga. Justru karena pengorbanan mereka itulah yang membuatnya tidak ternilai.

3. Membangun Kerjasama dengan Orang Lain

Sahabat Museum ini melatih saya untuk membangun relasi yang baik dengan siapapun tanpa membedakan latar belakang hingga usia. Pertemuan rutin yang diadakan, mulai dari internal hingga yang berskala besar sekalipun akan melatihmu untuk bersosialisasi dengan baik.

4. Mengembangkan keterampilan

Keterampilan SohIB akan mendapatkan wadahnya. Contohnya, saya yang suka dengan sejarah akan merasa terbantu melalui wadah yang menghubungkan saya dengan orang-orang yang memiliki minat sama. Bahkan, bila berbeda kesukaan sekalipun, kita tetap memiliki visi yang sama dalam mencintai museum sebagai 'rumah'.

5. Bermanfaat bagi Kesehatan Mental

Di tengah kejenuhan dan padatnya rutinitas kampus, kamu pasti memerlukan hal-hal baru sebagai penyegaran dari rutinitas yang ada. Salah satu kegiatan dari klub edukator yang saya ikuti adalah menjadi pemandu. Saya sudah mendapatkan kepuasan dan energi jika berhasil membuat pengunjung antusias dan mendapat pengetahuan baru. Itu merupakan hal yang tidak ternilai, lo!

Menjadi bagian dari 'Sahabat Museum' memberikan saya pelajaran bahwa belajar itu sepanjang hayat dan tidak semuanya harus melulu soal uang.

Salam Sahabat Museum, museum di hatiku!