Puntung, Sampah Residu yang Cemari Lingkungan

Puntung, Sampah Residu yang Cemari Lingkungan

Puntung Rokok | Unsplash (Mikael Seegen)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #MiniBootcampSohiB

Merokok membunuhmu!

Tentu saja slogan ini sudah sering kita temui di media mana pun, bukan? Bahkan, edukasi tentang bahaya rokok sudah sering disampaikan. Namun, jumlah perokok aktif untuk Indonesia sendiri masih tergolong tinggi. Dalam data yang diambil dari Badan Pusat Statistik tercatat dari 2016 sampai dengan 2018, negara kita mengalami peningkatan yang sangat drastis dalam jumlah perokok pasif.

Tidak tanggung-tanggung, peningkatan pada tahun 2018 mencapai 3,23%. Artinya, yang semula 28,97% pada tahun 2016 menjadi 32,20% di tahun 2018. Meskipun sempat mengalami penurunan di tahun 2019 dan 2020 hingga 3,51%, tetapi pada tahun 2021 persentase perokok mengalami peningkatan kembali sebesar 0,27%.

Penurunan yang terjadi pada 2 tahun itu bukan menjadi sebuah kesenangan, sebab di tahun 2020, Indonesia juga menempati urutan ketiga jumlah perokok terbanyak di dunia. Dikutip dari Okezone.com jumlah konsumsi rokok di Indonesia mencapai 322 miliar pada tahun 2020.

Karena jumlah itulah, maka Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah China dan India. Mirisnya lagi, beberapa perokok pada tahun 2020 tercatat sekitar 3,81% adalah di bawah umur. Hal tersebut tentu menjadi permasalahan yang serius untuk tanah air, terutama untuk sektor kesehatan dan lingkungan.

Rokok Elektrik, Langkah Alternatif Pengganti Rokok Tembakau?

rokok elektrik | Unsplash (Vaporesso)

Rokok elektrik | Unsplash (Vaporesso)

Belum selesai dengan permasalahan rokok tembakau, muncul lagi trend baru yang sedang digandrungi remaja kita, yaitu vape atau rokok elektrik yang dinilai mampu menjadi sebuah alternatif pengganti rokok tembakau. Namun, sejauh ini belum ada studi yang menyatakan dan membuktikan bahwa rokok ini tidak beresiko.

Dari sektor kesehatan sudah sangat jelas bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan. Tidak hanya para pakar kesehatan yang menyebutkan bahayanya, bahkan iklan rokok sekalipun membicarakan dan memperlihatkan kerugian perokok pada kemasannya.

Masalah dan Penanggulangan Darurat Rokok

Rokok tembakau dan elektrik seringkali menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sebab, limbah puntung rokok tembakau menjadi sampah residu yang dapat mencemari lingkungan dan merusak kualitas air. Dikutip dari ekuatorial.com untuk kedai kopi berskala kecil dapat menghasilkan 166 sampah puntung dalam waktu 6 jam dan di tempat lain ditemukan sebanyak 25 sampah puntung rokok dalam waktu 2 jam.

Hal ini sangat sesuai dengan fakta di mana banyaknya jumlah perokok di Indonesia. Padahal kandungan dalam filter rokok tersebut terdapat zat berbahaya. Sedangkan sampah rokok elektrik ini menjadi masalah baru karena harus dikelola secara spesifik sebagai sampah elektronik. Lalu, bagaimana cara menanggulangi darurat rokok?

Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah batasi ruang publik untuk perokok. Tak tersedianya sekat ruang ini secara tidak langsung memberikan contoh kepada anak di bawah umur. Mereka bisa saja dengan mudah ditirunya.

Tanpa batasan ruang publik tersebut juga dapat merugikan orang lain yang tidak merokok. Pasalnya, mereka merasakan asap dan abu rokok yang dapat menganggu kesehatan pernapasan.

Yang kedua, aktivitas daring terkait rokok harus ada limit-nya. Alasannya, terlalu sering iklan rokok muncul di media sosial membuat masyarakat, khususnya anak di bawah umur, dengan mudah mengenal rokok.

Terlebih lagi, perokok kerap digambarkan sebagai seseorang yang pemberani, kreatif, dan percaya diri. Bisa saja memicu anak muda yang pada awalnya hanya penasaran, kemudian mencobanya, dan pada akhirnya mereka kecanduan.

Berhenti dan mengurangi rokok memang tak semudah yang dipikirkan. Namun, dengan kita mengurangi rokok, sama saja dengan menyelamatkan jutaan nyawa makhluk hidup di bumi serta mengurangi polusi terhadap lingkungan.