Pulih Bersama, Hidup Berkelanjutan

Pulih Bersama, Hidup Berkelanjutan

Pulih Bersama Hidup Berkelanjutan, Natasya

SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Guncangan Ekonomi Global

Dunia mengalami ujian yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, imbas dari Pandemi covid-19 yang dirasakan hampir seluruh negara dibelahan bumi belum sepenuhnya lenyap dari permukaan bumi, membawa keterpurukan diberbagai aspek kehidupan. Sekarang derita bumi ditambah dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina yang merupakan ancaman terjadinya krisis pangan dan krisis energi. Ditambah lagi kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menaikkan tingkat suku bunga acuan memicu terjadinya krisis keuangan dunia.

Gonjang-ganjing perekonomian global, baru-baru ini Sri langka menyatakan bangkrut setelah gagal bayar utang luar negerinya, nasib sama juga diawali oleh beberapa negara seperti Zimbabwe, Ekuador, Yunani, Agentina, dan Venezuela yang mengalami kebangkrutan. Sejumlah lembaga internasional memperkirakan 60 negara terancam bakal ambruk, dan diperkirakan sebanyak 42 negara sudah bergerak menuju ke arah resesi akibat ancaman krisis ekonomi.

Tidak mudah bagi setiap negara menghadapi tekanan krisis ekonomi global sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina, dampak yang dirasakan  antara lain harga berbagai komoditas melambung, Ancaman Pangan, Pasar Saham terguncang, potensi turunnya perdagangan global, dan adanya ketidakpastian pasar keuangan pasar global.

Indonesia Mampu Berdiri diatas dua Kaki

Sebagai negara berkembang tidak mudah bagi Indonesia menghadapi krisis ekonomi global, sama seperti yang dirasakan oleh negara-negara lain dibelahan bumi. Salah satu dampak yang dirasakan dengan kondisi saat ini oleh masyarakat Indonesia adalah kenaikkan harga komoditas dan kelangkaan komoditas tertentu, masyarakat merasakan beban yang sangat berat dengan adanya fakta bagaimana harga komoditas silih berganti mengalami kenaikan, mulai dari harga telur, harga daging, harga minyak goreng, harga cabe, harga bawang, dan harga bahan bakar minyak yang secara langsung memicu terjadinya kenaikan berbagai komoditas yang ada yang pada akhirnya memicu tejadinya inflasi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi bulanan pada bulan Juni 2022 sebesar 0,61%, naik dari tingkat inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,40 persen. Sedangkan untuk tingkat inflasi tahun ke tahun (year-on-year) mencapai 4,35 persen, dan merupakan inflasi tertinggi sejak Juni 2017. Diperlukan langkah-langkah kongkret untuk mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh tingginya tingkat inflasi, bagi masyarakat terjadinya kenaikan harga-harga kebutuhan merupakan hal yang sangat sensitif, daya beli masyarakat menurun dan beban masyarakat semakin besar.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah yang antara lain dengan pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat yang membutuhkan, pemberian subsidi BBM jenis tertentu, namun demikian efektifitas kebijakan tersebut apakah mampu menyurangi beban masayarakat dan mengatasi dampak krisis ekonomi global pada masyarakat ?, memang tidak semudah membalik telapak tangan dalam mengatasi masalah krisis ekonomi global pada masyarakat, kuncinya adalah pada ketepatan sasaran dari kebijakan tersebut. ketika bantuan langsung tunai yang diberikan kepada mereka yang bener-benar membutuhkan, maka secara langsung akan membantu meringankan beban mereka.

Demikian juga dengan subsidi BBM jenis tertentu, untuk saat ini jumlah kebutuhan konsumsi BBM di Indonesia mencapai 1,5 juta barel minyak, sedangkan impor BBM mencapai setengah dari jumlah konsumsi tersebut. Ditengah kenaikan harga minyak dunia, beban APBN untuk subsidi semakin besar, dan sampai kapan APBN memiliki kemampuan 

untuk subsidi tersebut. Pemberian subsidi BBM jenis tertentu merupakan keputusan yang sangat sulit, beberapa upaya agar subsidi bisa tepat sasaran sedang diujicoba melalui My Pertamina, beberapa pengamat ekonomi justru menyarankan pemerintah untuk menaikkan harga BBM untuk penyelamatan ekonomi, sekali lagi ini bukan keputusan yang mudah dan menyangkut berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketika BBM dinaikkan sudah dapat dipastikan sebagian besar masyarakat tidak setuju dan menolak kebijakan tersebut, yang pada akhirnya akan memicu terjadinya gerakan-gerakat penolakan dan bisa mengarah pada potensi perubahan situasi sosial politik, dan hal tersebut akan memperburuk keadaan.

Dalam hal ini diperlukan suatu pendekatan yang dapat dilakukan oleh setiap elemen masyarakat seperti tokoh masyarakat, para pimpinan dan tokoh agama agar masyarakat dapat memahami tentang kondisi yang terjadi saat ini, dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kondisi yang sebenarnya terjadi di Indonesia dan dunia yang dapat dimulai dari lingkungan terkecil yaitu RT, RW dan kelurahan/desa atau forum-forum tertentu.

Diperlukan juga keteladanan dari para pemimpin untuk hidup yang sederhana, juga menumbuhkan jiwa gotong royong dan saling membantu yang merupakan budaya bangsa untuk bahu membahu, saling menolong bagi yang mampu kepada yang membutuhkan, dan yang harus ditanamkan pada diri masing-masing individu untuk tidak mudah terprovokasi, tidak mudah mempercayai suatu berita, dan tetap berbaik sangka atas upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalah yang terjadi, diperlukan kearifan jiwa untuk bisa memahami, menerima, dan memberikan apa yang bisa diberikan untuk kebaikan bersama.