Pertumbuhan yang Berkelanjutan dan Inklusif sebagai Solusi Ekonomi Pascapandemi

Pertumbuhan yang Berkelanjutan dan Inklusif sebagai Solusi Ekonomi Pascapandemi

Pertumbuhan Inklusif

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Pertumbuhan Inklusif | Pixabay (Peggy_Marco)

Pandemi Covid-19 membuat kehidupan ekonomi dunia menjadi kacau dan tidak terkendali. Banyak hal yang terjadi di luar ekspektasi para pakar ekonomi yang mengharuskan para pemimpin negara untuk cepat dan tanggap mengatasi persoalan-persoalan ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19. Salah satu wadah yang paling berpengaruh terhadap kebijakan ekonomi dunia adalah G20.

G20 adalah forum kerjasama multilateral antara 19 negara utama dan satu Uni Eropa yang diadakan pertemuan setiap tahun. Negara-negara yang tergabung dalam G20 merupakan negara adidaya dengan potensi sumber daya dan ekonomi yang tinggi, termasuk salah satunya adalah Indonesia yang menjadi satu-satunya perwakilan ASEAN di forum tersebut. Oleh karena itu, dampak yang diberikan oleh forum ini cukup besar bagi dunia internasional.

Perhelatan forum tahun ini diadakan di Indonesia yang bertepatan dengan masih adanya pandemic Covid-19 di dunia. Melihat hal tersebut, sebagai tuan rumah, Indonesia mengadakan program-program strategis yang bertujuan untuk memulihkan keadaan pascapandemi yang sesuai tema yang diusung, “Recover Together, Recover Stronger”. Salah satu program strategisnya adalah memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif

Dalam laman Media Alkhairaat menyebutkan bahwa pertumbuhan inklusif merupakan pertumbuhan jangka panjang. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan yang inklusif seharusnya bersifat inheren, berkelanjutan, serta mengurangi kesenjangan antara miskin dan kaya. Hal ini sejalan dengan target pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2022 dan dikuatkan dengan prediksi Fitch Ratings yaitu sebesar 5,6 % yang naik sekitar 2 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,69 % seperti yang dilansir BPS. Target ini menandakan harapan terhadap ekonomi Indonesia yang stabil dan bertumbuh.

Tetapi, bertumbuhnya ekonomi tidak berarti pertumbuhannya menyebar secara merata di semua aspek kegiatan ekonomi dan hal ini terbukti adanya ketimpangan ekonomi yang lebih menitikberatkan pada segelintir aspek ekonomi dan meninggalkan aspek lainnya seperti yang termuat dalam laman Media Alkhairat. Kejadian ini akan berdampak pada perputaran roda ekonomi dan naiknya kesenjangan sosial yang berakibat pada masalah sosial lainnya, seperti kemiskinan, gelandangan, dan pencurian.

Kemudian, hal apa saja yang harus dilakukan agar ekonomi bisa bertumbuh secara berkelanjutan dan inklusif? Setidaknya ada 3 hal penting dan mendasar untuk mewujudkannya:

  1. Diversifikasi sumber-sumber pertumbuhan
Perdagangan sebagai sumber pertumbuhan
Perdagangan sebagai salah satu sumber pertumbuhan | Freepik

Diversifikasi sumber-sumber pertumbuhan yang dimaksud adalah faktor pertumbuhan ekonomi di bidang jasa dan barang seperti pertanian, perikanan, perdagangan, perkebunan, dll. Ekonomi yang dilakukan banyak aktor di banyak bidang akan menjadikan ekonomi lebih hidup, berwarna, dan roda ekonomi menjadi lancar. Begitu pun sebaliknya, jika pertumbuhan hanya dibebankan pada satu aspek, maka ekonomi itu akan sulit untuk bergerak, beban yang dipikul tinggi, dan pada akhirnya, keuntungan yang didapat tidak dapat dirasakan oleh banyak pihak.

Jika diversifikasi ini dilakukan, maka geliat ekonomi akan bertumbuh dan mempercepat pertumbuhan. Bukan hal yang tidak mungkin target pertumbuhan sebesar 5,6 % akan dengan mudah dicapai jika semuanya bergerak bersama-sama. Bukankah ada pepatah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh?

  1. Digitalisasi ekonomi
Perencanaan pasar digital | Freepik (rawpixel.com)

Di era teknologi seperti ini, pemanfaatan media online merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini dikarenakan jangkauan konsumen yang lebih luas dan juga cepat. Penjualan yang biasanya hanya melibatkan daerah sekitar, sekarang sudah bisa menjangkau lintas provinsi, pulau, dan bahkan negara. Hal ini tidak lain karena penggunaan teknologi dan efek digitalisasi ekonomi.

Sayangnya, tidak semua pelaku ekonomi menggunakan “fasilitas” ini. Hanya ada segelintir aktor pada jenis ekonomi tertentu yang memanfaatkan media daring untuk mendapatkan profit yang lebih. Hal ini sebenarnya berkaitan erat dengan poin diversifikasi sumber pertumbuhan. Ketika sumber-sumber pertumbuhan baru muncul ke permukaan, mereka membutuhkan adaptasi termasuk dalam digitalisasi ekonomi ini. Maka, merupakan hal yang perlu bagi para pelaku ekonomi untuk melakukan digitalisasi ekonomi agar diversifikasi sumber pertumbuhan dapat berjalan secara seirama dan berimbang.

  1. Menerapkan ekonomi hijau
Turbin angin sebagai penunjang ekonomi hijau | Unsplash (karsten_wuerth)

Pertumbuhan ekonomi tidak berarti lagi jika alam rusak dan tidak ada perbaikan. Merupakan sebuah kewajiban bagi umat manusia untuk menjaga alam tempat manusia hidup dan bergantung. Dengan menjaga alam, manusia tidak hanya bisa hidup dengan layak tetapi juga bisa mendapatkan keuntungan secara finansial dengan “memanfaatkan” alam. Hal ini lah yang menjadi poin penting ekonomi hijau: “menjaga kelestarian alam tetapi tetap menerima manfaat secara finansial maupun non-finansial darinya”.

Bersikap seimbang dan sewajarnya dalam memanfaatkan alam merupakan hal yang jauh lebih baik dibandingkan harus membabi buta merusak alam untuk mengambil keuntungan sesaat. Selain hanya dinikmati oleh segelintir orang, hal ini bisa menjadi musibah bagi orang lain. Karena alam sejatinya milik bersama yang harus memberikan manfaat kepada semuanya, bukan hanya untuk segelintir golongan. Hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan saringan limbah yang dibuang ke sungai, penebangan pohon di hutan khusus yang dibarengi dengan reboisasi, menggunakan sebagian keuntungan untuk pelestarian alam, dan masih banyak hal lainnya.

Tiga hal tersebut dapat dilakukan oleh para pelaku ekonomi yang pastinya memerlukan dukungan penuh dari pemerintah. Ketika ketiga hal tersebut dilakukan secara baik dan konsisten, maka bukan hal yang tidak mungkin bagi kita untuk bangkit bersama dari efek pandemi dan memenuhi target pertumbuhan sebesar 5,6 % di tahun 2022.