Persemaian Modern Jadi Solusi Untuk Lahan Kritis, Mungkinkah?

Persemaian Modern Jadi Solusi Untuk Lahan Kritis, Mungkinkah?

Bibit Tanaman di Persemaian I Kampus Tani (www.kampustani.com)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Indonesia termasuk negara megadioversity terbesar ke-2 setelah Brazil, yang menandakan banyaknya keanekaragaman hayati dan hutannya yang luas. Meskipun begitu, Indonesia juga masuk kedalam 10 besar negara dengan tingkat deforestasi tertinggi. Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus menerus akan banyak menimbulkan bencana alam. Tidak hanya berdampak di Indonesia tetapi akan berdampak juga ke negara sekitar, karena paru-paru dunianya semakin habis digerogoti keserakahan manusia.

Hutan di Indonesia semakin berkurang terutama periode tahun 1985 – 2000. Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 menyatakan bahwa lahan kritis di Indonesia mencapat 14 juta hektar, 4 juta diantaranya berada di Kalimantan Tengah. Angka ini semakin berkurang dari tahun 2011 yang mencapai 27,29 ha lahan kritis.

Lahan kritis di Kalimantan I Kanal Kalimantan (www.kanalkalimantan.com)
Lahan Kritis di Kalimantan I Kanal Kalimantan (www.kanalkalimantan.com)

Penyebab lahan kritis paling banyak disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi kawasan industri atau pemukiman dan penggundulan hutan secara berlebihan. Dampak jangka panjang dari kejadian ini ialah hilangnya sumber pangan masyarakat dan pengairan tidak maksimal. Dampak yang mudah dirasakan yaitu udara semakin panas karena kurangnya pepohonan sehingga produksi oksigen sedikit.

Untuk mengatasi masalah diatas, pemerintah telah mencanangkan beberapa strategi salah satunya ialah pembuatan persemaian modern yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dibawah Ditjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDAS HL). Saat ini baru ada 1 persemaian modern Rumpin. Rencananya dalam 3 tahun ke depan akan dibangun 30 persemaian modern di beberapa wilayah di Indonesia.

Persemaian Modern Rumpin

Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa persemaian modern ini merupakan bentuk komitmen dan aksi konkret Indonesia dalam menangani perubahan iklim dan perbaikan atau rehabilitasi lingkungan. Hal yang membedakan persemaian modern dengan persemaian lainnya yaitu media tanam dan peralatan yang digunakan, luas lahan serta produksi berskala besar.

Media tanam yang digunakan ialah cocopeat, media tanam dari serbuk serabut kelapa. Cocopeat dipilih karena mudah menyerap dan menyimpan air, mudahnya sinar matahari masuk dan pertukaran udara, serta memiliki enzim jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah.

Media tanam cocopeat dan pupuk sebelumnya dicampur dan digiling oleh mesin. Selanjutnya media tanam akan otomatis tersusun dalam wadah bernama polycup dan benih dimasukan satu persatu ke dalam lubang tanam polycup tersebut. Jika di persemaian lain, pembuatan media tanam masih manual menggunakan pacul dan media yang digunakan tanah dan sekam.

Benih baru akan disimpan dalam ruang aklimatisasi hingga muncul daun baru. Benih yang sudah menjadi bibit dipindahkan ke Open Gate Area atau kawasan terbuka. Proses selanjutnya ialah pergantian media dari polycup ke polybag serta tanah ditambahkan pada proses ini.

Persemaian yang baru diresmikan 10 Juni kemarin ini memiliki luas 128 ha. Penyiraman yang dilakukan untuk area seluas itu menggunakan pipa sprinkle yang dipasang teratur sehingga bibit yang ada tersiram semua. Persemaian rumpin memiliki kolam penampungan, pipa intake, unit filtrasi dan tangki air sebagai sumber air untuk penyiraman. Menurut Kementerian PUPR, kebutuhan persemaian terhadap air yaitu 800m3/hari untuk semua area perkecambahan, aklimatisasi dan kawasan terbuka.

Presin Jokowi Melihat Perkembangan Persemaaian Rumpin
Presiden RI Joko Widodo Melihat Perkembangan Persemaian Rumpin I Kementerian PUPR (www.pu.go.id)

Produksi bibit di persemaian modern yaitu 12 juta pertahun atau 1 juta bibit dalam 1 bulan. Jika 30 persemaian modern sudah buka berarti ada 360 juta bibit dalam 1 tahun. Bibit-bibit ini dibagikan kepada masyarakat secara gratis dan ditanam pada lahan-lahan kritis terutama di daerah sungai bagian hulu. Adanya bibit gratis dari persemaian ini sebagai penyedia bibit untuk konservasi lahan kritis dan memudahkan kelompok seperti komunitas atau instansi yang mengadakan program penghijauan.

Penanaman pohon pada DAS sungai sebagai penguatan fungsi hidrologis dan konservasi air. Kondisi DAS bagian hulu sangat menentukan bagian tengah dan hilir sungai terutama fluktuasi debit dan transportasi air. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah menetapkan 15 DAS prioritas untuk difokuskan konservasi.

Peneliti Ahli Utama Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta KLHK Irfan Budi Pramono mengatakan keberhasilan penghijauan di lahan kritis juga dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis pohon, jarak tanam. Jenis pohon seperti alpukat, sirsak, kemiri, kayu manis dan durian, manfaatnya bisa dirasakan juga oleh masyarakat sekitar. Jenis pohon tersebut beberapa ada di persemaian Rumpin seperti alpukat dan durian.

Keberhasilan upaya penghijauan global jika mengandalkan persemaian modern saja tentu saja tidak akan berhasil. Keberhasilan penghijauan ini memerlukan banyak stakeholder mulai dari pemerintah, masyarakat dan swasta. Kemampuan rehabilitasi lahan mencapai 500.700 ha/tahun yang diantaranya dilakukan oleh RHL APBN, RHL APBD, RHL Kerjasama dengan pelajar dan mahasiswa, RHL CSR BUMN serta reklamasi dan rehabilitas bekas tambang.

Pemeliharaan keberlanjutan harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan atau kegagalan pada pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan di lapangan untuk memastikan apakah bibit tersebut tumbuh dengan baik atau tidak. Banyak penghalang untuk bibit tersebut tumbuh dengan sempurna, seperti pertumbuhan rumput yang lebih cepat dan kondisi lahan itu sendiri. Lahan kritis yang miskin unsur hara tidak cocok bagi beberapa tanaman, sehingga pengecekan lahan dan jenis perlu dilakukan pada tahapan perencanaan.

Menanam Pohon Kesadaran Tiap Individu
Menanam Pohon Kesadaran Tiap Individu I Portal Berita Tanah Papua (jubi.co.id)

Seberapapun canggih teknologi guna mendukung penghijauan global jika tidak diikuti dengan kesadaran dari individu masing-masing, maka semua upaya akan percuma dan sia-sia. Nah, bagaimana sudah sadar untuk menjadi nenek moyang yang sayang anak cucu kita kelak ?