Perbedaan FOMO dan JOMO, Anak Muda Wajib Tahu

Perbedaan FOMO dan JOMO, Anak Muda Wajib Tahu

FOMO vs JOMO | Sumber : Canva Pro/ Ria Megasari

Sebagian besar anak muda saat ini mengenal istilah FOMO. FOMO (Fear Of Missing Out) adalah perasaan takut ketinggalan karena tidak mengikuti kegiatan atau momen tertentu yang bisa terjadi pada semua gender dan usia. Perasaan takut tertinggal inilah yang kemudian menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran serta dapat memicu stres berlebihan.

Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 oleh Patrick J. Mc Ginnis, seorang penulis dan investor Amerika, dan istilah ini semakin banyak digunakan pada tahun 2010.

FOMO dapat mempengaruhi kesehatan mental karena tidak menghargai apa yang telah dimiliki saat ini. Terkadang kita lupa bahwa sudah memiliki kehidupan yang layak untuk disyukuri tanpa harus fokus pada kehidupan orang lain.

Sedangkan, istilah JOMO (Joy Of Missing Out) mungkin masih jarang terdengar. SohIB sudah tahu belum, apa sih, sebenarnya arti FOMO dan JOMO itu? Hindari kesalahan dalam menggunakan sebutan tersebut saat sedang berinteraksi dengan orang lain. Simak perbedaan maknanya di bawah ini!

Perbedaan FOMO dan JOMO
Perbedaan FOMO dan JOMO | Sumber : Canva Pro/ Ria Megasari

Pengertian FOMO

"FOMO" adalah singkatan dari "Fear Of Missing Out" yang merupakan rasa takut ketinggalan, atau kecemasan yang muncul karena khawatir kehilangan momen penting atau menarik. Secara umum, FOMO terjadi dalam situasi sosial, misalnya ketika kamu melihat teman atau orang lain melakukan aktivitas populer di media sosial dan merasa tersisih.

Pengertian JOMO

"JOMO" adalah singkatan dari "Joy Of Missing Out". Ini adalah kegembiraan karena tidak berpartisipasi dalam acara atau kegiatan yang dianggap kurang penting atau tidak menarik. Tidak seperti FOMO, JOMO dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan kesejahteraan, keseimbangan, dan ketenangan emosional seseorang.

Mengapa Sosial Media Dapat Menyebabkan FOMO?

Sosial Media Penyebab FOMO
Sosial Media Penyebab FOMO | Sumber : Canva Pro/ Ria Megasari

Media sosial menampilkan setiap aktivitas individu yang kebanyakan menyenangkan, terutama di kalangan remaja, dan bisa menjadi pedang bermata dua karena merupakan wahana utama untuk membangkitkan perasaan FOMO. Menurut data statistik dari Optinmonster, hampir 7 dari 10 (69%) generasi milenial mengalami FOMO, paling banyak dari kelompok usia lainnya.

FOMO dapat memicu rasa iri, cemburu, sedih, kecewa, ketidakpuasan dan ketakutan tertinggal dari orang lain. Orang yang mengalami FOMO mungkin merasa seperti terus-menerus memeriksa media sosial atau acara teman mereka untuk memastikan mereka tidak melewatkan sesuatu yang menarik.

Cara Mengatasi FOMO dengan menerapkan JOMO

From FOMO to JOMO
From FOMO to JOMO | Sumber : Canva Pro/ Ria Megasari

Perasaan FOMO muncul dari kekeliruan cara pandang dan persepsi. Itu sebabnya munculah JOMO. Kegembiraan karena terbebas dari rasa kompetitif dan rasa cemas berpengaruh positif pada kesehatan mental. Bagi kamu yang mungkin sudah merasakan gejala FOMO, sebaiknya mulai mencoba praktik JOMO secara bertahap. Berikut ini adalah beberapa tip dan trik yang bisa kamu lakukan untuk memulainya:

Ciptakan Mindset Bahwa Apa yang Dilihat di Media Sosial Bukanlah Tolak Ukur Kehidupan

Apa yang kita lihat di media sosial, seperti foto, story, dan postingan orang lain, tidak selalu menjelaskan kehidupan mereka secara menyeluruh. Orang cenderung menunjukkan sisi terbaik dalam hidup mereka di media sosial. Itulah mengapa penting untuk memiliki sudut pandang yang benar dan tidak membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain.

Batasi Waktu Dalam Penggunaan Media Sosial

Menghabiskan terlalu banyak di media sosial berpotensi memengaruhi kesehatan mental dan mengurangi produktivitas kehidupan sehari-hari. Selain itu, media sosial juga bisa membuat kita merasa cemas.

Batasi waktu ber-scrolling ria, misalnya 45 menit per hari. Jika dirasa kurang efektif, kita dapat meng-uninstall aplikasi sosmed untuk sementara waktu. Dengan membatasi penggunaan media sosial, kita dapat fokus untuk menyelaraskan kehidupan.

Nikmati Momen Kehidupan Nyata dan Fokus Pada Tujuan

Kita seringkali terlalu asyik dengan kehidupan online di media sosial dan melupakan kehidupan nyata, baik itu karier, pendidikan, atau kehidupan pribadi. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada tujuan hidup, menikmati saat-saat berharga dengan keluarga, jalan-jalan bersama teman, menikmati pemandangan, dan hal menyenangkan lainnya. Lupakan sejenak dunia maya dan bawa dirimu kembali ke dunia nyata.

Bersyukur Atas Apa yang Telah Dimiliki

Kita sering terlalu fokus pada kekurangan diri dan melupakan kelebihan yang telah dimiliki. Tak melulu soal pencapaian besar, kita dapat menghargai pencapaian-pencapaian kecil yang telah diraih. Kamu dapat menuliskan semua hal yang dapat disyukuri, agar tetap fokus pada apa yang “ada” sekarang dari pada “apa yang tidak ada”. Itulah mengapa penting untuk mensyukuri dan menghargai segala hal baik yang ada pada diri kita.

Katakan "TIDAK" untuk Hal-Hal yang Tidak Ingin Kamu Lakukan

Terkadang kita mudah tergoda untuk melakukan hal - hal yang sebenarnya tidak kita inginkan atau yang tidak sesuai dengan diri kita, hanya karena ingin menyenangkan semua orang atau merasa harus melakukannya. Dengan belajar berkata "TIDAK", kita dapat mengendalikan hidup dan memprioritaskan apa yang benar-benar penting.

Mengenal FOMO, Si Paling Update. Ternyata Berdampak Buruk, lo!

Dengan bantuan JOMO, hidup terasa jauh lebih mudah dan meningkatkan kualitas hidup bahkan dengan aktivitas terkecil sekalipun. Hidup ini terlalu singkat jika hanya membicarakan siapa yang lebih sukses, tindakan siapa yang paling bagus, atau hal sepele lainnya. JOMO mengajarkan kita untuk kita mindfulness, yaitu rasa puas dan menghargai hidup saat ini. Tidak ada lagi rasa iri dan keinginan untuk memenuhi standar sosial tertentu.

Dari semua hal yang telah dibahas diatas, bukan berarti FOMO sama sekali tidak berguna. Dalam skala kecil, FOMO dapat berguna dalam memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang positif. Saat merasa “ketinggalan” itu dapat mendorong kita untuk mengambil tindakan, itu bisa menjadi pemicu untuk bertemu orang baru dan mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman. Sayangnya, FOMO umumnya memiliki lebih banyak efek negatif daripada positif.

Jadi begitulah SohIB bahasan mengenai FOMO dan JOMO, dengan ini semoga kita bisa menjadi anak muda yang lebih fokus pada diri sendiri, lebih produktif dan dapat melakukan hal – hal positif lainnya yang tentunya dapat berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Everyone has their own time and then it's time to shine!