Peran Generasi Muda Indonesia dalam Mendorong Penggunaan Energi Rendah Karbon

Peran Generasi Muda Indonesia dalam Mendorong Penggunaan Energi Rendah Karbon

Panel Surya salah satu Teknologi yang Mendorong Penggunaan Energi Rendah Karbon | Pexels (Pixabay)

#SobatHebatIndonesiaBaik#JadiKontributorJadiInspirator#BerbagiMenginspirasi#SohIBBerkompetisiArtikel

Peristiwa apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata karbondioksida? Mungkin gas tersebut akan membawa kita kembali ke peristiwa revolusi industri pada 1990-an. Dimana pada masa itu, manusia ditemukan menggunakan energi berbasis fosil dengan skala masif untuk pembangunan.

Dengan ambisinya mengejar keuntungan ekonomi tiada akhir. Alhasil, membuat gas karbondioksida dari penggunaan energi fosil tidak menjadi pertimbangan secara jangka panjang. Terutama, dalam hal ini terkait dengan perubahan iklim bagi kehidupan manusia di masa depan.

Ilustrasi Revolusi Industri | Pexels (Frans van Heerden)

Revolusi industri tentu menjadi salah satu dari sekian peristiwa, yang semakin memperkuat pentingnya transisi energi fosil menuju energi rendah karbon. Apalagi, pada presidensi G20 transisi energi tersebut semakin gencar didorong oleh berbagai negara di seluruh dunia. Dilansir dari ebtke.esdm.go.id (10/02), bahwa transisi Energi G20 diluncurkan sebagai bagian Presidensi G20 Indonesia yang dimulai 1 Desember 2021 hingga KTT G20 di November 2022. Presidensi ini menjadi sangat penting bagi Indonesia sebagai warga global yang mempunyai peran penting mendukung energi bersih dan iklim dunia.

Pada akhirnya, isu penggunaan energi rendah karbon sudah menjadi agenda internasional. Tindakan untuk mewujudkan agenda tersebut juga sudah menjadi tanggung jawab semua warga dunia, termasuk generasi muda Indonesia.

Kenapa Generasi Muda Indonesia Harus Mendorong Penggunaan Energi Rendah Karbon?

Indonesia dari Sabang sampai Merauke, sudah dikenal dunia dengan kelimpahan sumber daya alamnya. Terutama dalam sektor energi berbasis fosil seperti, minyak bumi, batu bara, gas bumi dan lainnya. Namun sayangnya penggunaan energi berbasis fosil diketahui telah melepaskan banyak gas berbahaya, terutama karbon ke atmosfer bumi.

Dalam buku Welcome to Renewable Energy, penggunaaan energi fosil telah meningkatkan suhu rata-rata di bumi. Jika tren ini terus berlanjut maka para ilmuwan memprediksi permukaan air laut akan meningkat, banjir, gelombang panas, kekeringan, dan kondisi cuaca ekstrim lainnya dapat lebih sering terjadi (Arif, 2021). Lampu kuning yang sudah dinyalakan oleh para ilmuwan, tentu membuat generasi muda Indonesia harus mempertimbangkan dampak dari kelanjutan penggunaan energi fosil secara jangka panjang. Hal ini mengingat, tongkat estafet pembangunan Indonesia akan diteruskan ke tangannya di masa yang akan datang.

Ilustrasi Komitmen Generasi Muda Indonesia dalam Mendorong Penggunaan Energi Rendah Karbon | Pexels (Andrea Piacquadio)

Optimisnya, hasil survei Kedai KOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) yang dikutip dari katadata.co.id (29/10) menunjukkan, bahwa mayoritas atau 77,4% anak muda di Indonesia tertarik dengan isu lingkungan hidup. Dalam survei tersebut, 81,1% responden juga beranggapan masalah perubahan iklim dalam kondisi darurat.

Tindakan Kecil yang Berdampak Besar bagi Dunia di Masa Depan

GretaThunberg dan Aeshnina Azzahara menjadi salah dua dari generasi muda, yang dewasa ini menjadi perbincangan karena aksi heroiknya dalam mengajak masyarakat dunia untuk peduli terhadap lingkungan. Tindakan mereka tentu sangat perlu diapresiasi, tetapi kita juga harus ingat ya! bahwa tidak ada hal besar yang tidak terjadi dari hal kecil.

Oleh karena itu, dalam konteks menekan jumlah karbon di udara karena penggunaan energi fosil. Maka, sebagai generasi muda kita dapat berkontribusi mulai dari tindakan yang sederhana. Seperti mulai dengan menggunakan transportasi umum, memakai produk daur ulang, dan menghemat penggunaan energi dari rumah.

Dalam praktiknya, tiga tindakan kecil tersebut sudah selayaknya untuk segera direalisasikan. Sebab, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2020 telah melaporkan bahwa penggunaan energi terbesar pertama di Indonesia berada pada sektor transportasi, disusul sektor industri, dan sektor rumah tangga (Arif, 2021).

Pentingnya Pendidikan Energi Rendah Karbon untuk Generasi Muda Indonesia

Ada pepatah yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang”, agar generasi muda Indonesia makin sayang terhadap lingkungannya. Maka, mereka penting mengenal lebih jauh tentang energi rendah karbon dari sektor pendidikan.

Pentingnya pendidikan energi rendah karbon bagi generasi muda seperti yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam ebtke.esdm.go.id (08/16), bahwa  pendidikan energi baru terbarukan kepada generasi muda akan sangat membantu memperkenalkan energi bersih baik secara praktis maupun teoritis, serta menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni.

Dikutip dari mediaindonesia.com (24/06) maka Ketua Tim UI Green Metric, Prof. Dr. Riri Fitri Sari, M. Sc., MM. memaparkan saat ini sudah terdapat lebih dari 50 universitas di Indonesia yang mengaplikasikan energi baru terbarukan. Dimana, penggunaan energi surya sendiri menjadi pilihan mayoritas dari berbagai universitas di Indonesia dengan persentase mencapai 64%.

Pendidikan Salah Satu Faktor dalam Mengembangkan Energi Rendah Karbon | Pexels (Talal Hakim)

Adanya tindakan institusi kampus di Indonesia, yang sudah memberikan pendidikan tentang energi rendah karbon secara praktis kepada pelajarnya tentu diharapkan kedepannya dapat terus dikembangkan. Tak kalah penting, Indonesia juga harus berinisiatif untuk meningkatkan program pertukaran pelajarnya ke negara yang sudah menerapkan penggunaan energi rendah karbon. Spesifiknya, seperti memberikan peluang kepada para pelajar Indonesia untuk menyerap berbagai ilmu dan teknologi di Denmark sebagai negara yang memanfaatkan tenaga angin dan surya tertinggi pada 2020, disusul Irlandia, Jerman, dan berbagai negara lainnya yang secara masif menerapkan energi rendah karbon.

Sumber: ebtke.esdm.go.id | katadata.co.id | mediaindonesia.com | buku Welcome to Renewable Energy