Pentingnya Menyebarkan Kabar Baik dengan Media Digital

Pentingnya Menyebarkan Kabar Baik dengan Media Digital

Menyebarkan kabar baik sama dengan menyebar positivity | Unsplash (Erik Mclean)

#SohIBBerkompetisiArtikel

kabar baik
Kabar Baik | Unsplash (Jon Tyson)

Jika kamu bermain media sosial seperti Twitter, mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan adanya masalah yang trending setiap harinya. Pasti ada saja orang, instansi, atau oknum yang dihujat oleh warganet.

Melihat konten-konten yang negatif dan menimbulkan rasa benci serta jengkel hingga bikin naik darah itu tidak boleh berlebihan karena akan berpengaruh pada kesehatan mental.

Dari sekian banyaknya postingan negatif, padahal sebenarnya ada postingan dengan aura positive vibe. Justru hal itu yang sebaiknya diperbanyak di media sosial karena bisa berdampak positif untuk kamu, orang lain, bahkan negara. Alasannya adalah penyebaran informasi/kabar dengan media digital itu jauh lebih cepat dibandingkan dengan media konvensional.

Apa saja contoh kabar baik? Mengapa hal tersebut perlu disebarkan?

Apa saja Contoh Kabar Baik yang harus Disebarkan?

juara dengan medali
Habis Dapat Medali adalah Contoh Kabar Baik | Unsplash (Ethan Wilkinson)

Kalau konten dengan negative vibes harusnya setiap orang sudah pada tahu karena biasanya akan masuk trending topic di Twitter atau masuk FYP Tik Tok. Nah, daripada berkutat di hal tersebut atau ikut-ikutan postingan berbau negatif dan kebencian, kamu bisa menyebarkan konten-konten positif seperti:

  • Jalan-jalan atau traveling
  • Prestasi, misalnya habis menang lomba menulis
  • Berfoto dengan keluarga
  • Membagikan momen bersama teman-teman
  • Gaya hidup sehat seperti pola makan yang baik, berolahraga, tidur cukup, dan kelola stres
  • Quotes yang keren-keren atau motivasi
  • Mengagumi keindahan alam ciptaan-Nya
  • Kesenian seperti lukisan yang membuat tentram hati atau musik menarik untuk melepas stres

Mengapa Kabar Baik harus Disebarkan?

Kabar baik yang disebarkan, meski sekecil apa pun, itu akan sangat berpengaruh terhadap orang lain. Tidak hanya diri sendiri saja.

Berikut alasan mengapa kabar baik harus disebarkan.

a. Mencegah Seseorang untuk Melakukan Hal Buruk Kepada Diri Sendiri atau Orang Lain

Bayangkan karena seseorang membaca quote yang kamu post, ia tidak jadi melakukan self-harm atau bahkan lebih buruk dari itu. Kamu sudah berjasa!

Atau misalnya, ada orang yang ingin melakukan kejahatan seperti maling, sehingga bisa bikin kerugian ekonomi pemilik toko, tetapi karena melihat informasi positif dirimu, ia bertobat dan mengurungkan niat jahatnya.

b. Memotivasi Orang-Orang untuk Ikut Positive Vibe

Dengan menyebarkan “kepositifan”, bukan tidak mungkin orang-orang jadi akan mencontoh dirimu. Misalnya, karena kamu suka posting di gym dan menunjukkan proses yang signifikan, pasti ada orang yang tergerak untuk mengikuti jejak dirimu.

Dalam kasus di atas, misalnya di awal ia adalah orang yang “mager”, setelah melihat dirimu sukses di gym, ia akan meninggalkan gaya hidupnya yang tidak sehat tersebut. Itu berarti, secara tidak langsung, kamu sudah berhasil membuat hidupnya lebih baik.

Contoh kasus lain, awalnya seseorang menghamburkan uang, lalu ia melihatmu konsisten investasi saham, maka ia akan memperbaiki hidupnya dengan mencontohmu, yaitu ikut membangun aset.

Kehidupan individu yang diperbaiki akan memiliki efek yang baik untuk negara secara keseluruhan.

c. Mengimbangi Negative Vibe yang Tersebar

Kita memang tidak bisa mengontrol informasi yang tersebar, apalagi di era digital dimana arus emosi sangat deras. Karena itulah, lebih baik fokus dengan apa yang bisa dikontrol, yaitu menyebarkan kabar baik sekecil apa pun.

Dengan menyebarkan kabar baik maka negative vibe yang kamu lihat bisa berimbang dengan kabar baik yang kamu sebarkan sendiri. Bahkan kalau bisa, “kepositifan” harus lebih banyak dibanding “kenegatifan”.

Informasi dari media digital yang kamu konsumsi akan membentuk dirimu, jadi mari perbanyak “kepositifan” daripada melihat “kenegatifan”.

d. Mengubah Cara Pandang Seseorang

Kalau kamu melihat media sosial, biasanya ada yang sudah takut atau memiliki mindset negatif karena terlalu banyak mengonsumsi “kenegatifan” dari media digital.

Kabar baik bisa mengimbangi perspektif negatif, bahkan mengubah cara pandang seseorang. Misalnya, awalnya seseorang tidak mau menikah karena membaca kisah rumah tangga yang gagal, maka setelah membaca kisah rumah tangga yang sukses, ia akan mendapatkan dua perspektif yang berbeda, sehingga cara pandangnya bisa berubah.

Bagaimana Cara Menyebarkan Kabar Baik dengan Media Digital?

a. Tentukan Kabar Baik Apa yang Mau Kamu Sebarkan

Untuk awal, lebih baik cukup fokus pada satu tema kabar baik saja. Misalnya, awalnya kamu punya berat badan berlebih, pada akhirnya kamu berhasil memiliki berat badan ideal. Berarti kamu cukup fokus di kabar baik seputar diet.

b. Media Digital yang akan Digunakan untuk Menyebarkan Kabar Baik

Ada banyak media digital yang bisa digunakan untuk menyebarkan kabar baik. Untuk pribadi, yang paling mudah adalah media sosial.

Jika kamu suka menulis, cobalah untuk menyebarkan kabar baik lewat Twitter. Kalau foto/video? Bisa lewat Instagram/Tik Tok.

c. Lakukan saja Dulu

Langkah pertama adalah yang tersulit. Jadi, kalau belum pernah atau terbiasa menyebarkan kabar baik, coba lakukan saja dulu, misalnya sekali seminggu untuk awalnya.

d. Perbanyak “Tutup Kuping”

Kamu memiliki kontrol penuh dengan apa yang kamu sebarkan, tetapi tidak dengan reaksi yang muncul.

Abaikan “suara sumbang” saat kamu menyebarkan kabar baik. Apalagi suara-suara yang ingin menjatuhkanmu. Apalagi jika berasal dari akun-akun anonim.

Cukup dengarkan saran/kritik yang membangun dan faktual.

e. Konsisten

Setelah terbiasa menyebarkan kabar baik, maka PR terakhir adalah konsistensi. Jangan sampai putus karena akan sulit kembali untuk memulainya.

Mari Sebarkan Kabar Baik Secara Konsisten dengan Media Digital demi Indonesia yang lebih Baik

Senang karena kabar baik
Ekspresi Senang karena Dapat Kabar baik Dari Media Digital | Unsplash (Brooke Cagle)

Menyebarkan kabar baik itu penting agar kehidupan diri sendiri dan orang lain menjadi lebih baik. Perbaiki dulu di skala mikro, maka skala makro akan mengikuti.

Meski banyak sekali informasi negatif, percayalah di balik tumpukan itu, pasti ada informasi positif/positive vibe. Jika kamu tidak menemukannya, maka jadilah pembuat positive vibe tersebut.

Rasanya lebih tenang dan senang saat mengonsumsi informasi positif ketimbang negatif bukan?

Ayo sebarkan kabar baik sekecil apa pun dengan konsisten lewat media digital demi Indonesia yang lebih baik!