Pengokohan Identitas Toga Dan Obat Tradisional Terintegrasi IoT Berbasis Multiple Intelligence Sebagai Upaya Penguatan Eksistensi Warisan Leluhur Di Lingkungan Sekolah

Pengokohan Identitas Toga Dan Obat Tradisional Terintegrasi IoT Berbasis Multiple Intelligence Sebagai Upaya Penguatan Eksistensi Warisan Leluhur Di Lingkungan Sekolah

Pengokohan TOGA (Tanaman Obat Keluarga) menggunakan teknologi IoT (Internet of Things) berbasis Multiple Intelligence

#SobatHebatIndonesiaBaik

#JadiKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

 

Pembangunan di bidang pendidikan adalah masalah yang sangat penting dengan anggaran negara sebesar 20% untuk pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas. Peningkatan mutu pendidikan diharap mampu meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Proses membangun makna belajar harus dilakukan secara terus menerus yang didasari oleh teori kontruktivisme, yakni pandangan mengenai bagaimana cara seseorang belajar, menjelaskan bagaimana manusia mengkonstruk pemahaman mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang kemudian direfleksikan melalui pengalamannya.

 

Pendidikan sebagai sarana pengembangan potensi diri peserta didik | Unsplash (Mufid Majnun)
Pendidikan sebagai sarana pengembangan potensi diri peserta didik | Unsplash (Mufid Majnun)

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan masyarakat, diwujudkan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai bagian investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat di Republik Indonesia. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Salah satu keterampilan yang harus digiatkan oleh para pelaku pendidikan (guru, akademisi, dan peneliti) di sekolah yaitu optimalisasi potensi peserta didik melalui mengetahui, menanam, memanfaatkan dan mengolah lahan dengan menanam tanaman obat keluarga (TOGA). Pemanfaatan TOGA perlu digalakkan karena siswa dapat menyampaikan pengetahuan tentang TOGA ke keluarga masing-masing. Proses menanam TOGA oleh peserta didik dapat meningkatkan kemandirian masyarakat, yang dimulai sejak usia dini dalam mengatasi masalah kesehatan. Manfaat lain dari menanam TOGA adalah untuk memperbaiki gizi keluarga, dapat menjadi sumber pendapatan, dan juga sebagai pengusir vektor penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Pemanfaatan lahan sekolah dengan menanam TOGA dapat membantu kegiatan belajar mengajar di sekolah, mendidik siswa untuk memahami manfaat TOGA dan juga untuk mendorong peserta didik cinta terhadap lingkungan.

Penanaman TOGA sebagai wujud asuhan mandiri atau selfcare masyarakat | Pixabay (Pexels)
Penanaman TOGA sebagai wujud asuhan mandiri atau selfcare masyarakat | Pixabay (Pexels)

Di samping itu, perlunya strategi pembelajaran dengan menggunakan semua kecerdasan yang dimiliki siswa melalui eksplorasi multiple intelligences merupakan salah salah satu cara efektif dalam menunjang keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran secara efisien. Strategi pembelajaran yang menggunakan semua kecerdasan yang ada mulai dari kecerdasan linguistik hingga kecerdasan naturalis, maka siswa yang memiliki keunggulan di beberapa jenis kecerdasan saja tetap dapat memaknai hasil pembelajaran. Adapun hal-hal yang mendukung pembelajaran yang berkualitas yaitu pembelajaran berbasis kompetensi, pemanfaatan IoT (Internet of Things), pemanfaatan Virtual atau Augmented Reality (AR) dan yang terakhir pemanfaatan Kecerdasarn Buatan atau Artifical Intelligence (AI).

Teknologi IoT sebagai media eksplorasi multiple intelligences peserta didik | Pixabay (geralt)
Teknologi IoT sebagai media eksplorasi multiple intelligences peserta didik | Pixabay (geralt)

Perlunya solusi terhadap permasalahan yang cukup komplek di dunia pendidikan melalui upaya optimalisasi fungsi internet sebagai media Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Sistem yang dikembangkan berbasis edukasi dengan menggunakan metode studi pustaka dan studi lapangan. Sistem pembelajaran ini diharapkan dapat membantu mengubah pola pikir peserta didik menjadi lebih baik dalam menjaga eksistensi warisan leluhur berupa TOGA dan Obat Tradisional sejak usia dini melalui teknologi IoT Berbasis Multiple Intelligence.

Sistem pembelajaran yang ingin diterapkan didasarkan atas beberapa dasar pemikiran, antara lain:

  1. Revolusi Mental Yang Berkelanjutan

Mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat memang tidak mudah sehingga perlu mengadakan sosialisasi. Menurut Suharsono (2012), proses menciptakan budaya gaya hidup peduli lingkungan tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena menyangkut perubahan baik pola pikir maupun perilaku yang selama ini jarang diperhatikan bahkan cenderung bertolak belakang dengan kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan orang. Singkatnya harus ada perubahan pola pikir dan perilaku baik individu, kelompok, atau masyarakat harus peduli terhadap lingkungannya masing-masing. Untuk mengubah pola pikir dan perilaku tersebut dapat dilakukan dengan proses sosialisasi.

  1. Pemberdayaan TOGA

Budidaya TOGA perlu dikembangkan sebagai bentuk asuhan mandiri atau selfcare masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Keterampilan, asuhan mandiri kesehatan tradisional adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan oleh individu dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan memanfaatkan TOGA dan keterampilan.

  1. Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional

Ketika sebuah pengetahuan tradisional dimasukan ke dalam rezim HKI (Hak Kekayaan Intelektual) khususnya hak paten, maka permasalahan akan timbul. Menurut Akbar, et al. (2016), paten sebagai sebuah rezim individualistik tidak mungkin digunakan dalam upaya perlindungan pengetahuan tradisional di bidang obat-obatan yang mempunyai latar belakang nilai-nilai komunalistik. Oleh karena itu, tidak relevan untuk mengkaitkan paten dengan isu perlindungan pengetahuan tradisional. Meskipun demikian perlu adanya pengaturan untuk mencegah terjadinya proses misappropriation atas pengetahuan tradisional dan keanekaragaman hayati yang dituangkan dalam perundang-undangan sui generis.

HKI menjadi solusi atas legalisasi kepemilikan aset fisik maupun non fisik | Pixabay (Ramdlon)
HKI menjadi solusi atas legalisasi kepemilikan aset fisik maupun non fisik | Pixabay (Ramdlon)
  1. Teknologi Pendidikan yang Terintegrasi IoT (Internet of Things)

Menurut Shiddiqi, et al. (2020), pemanfaatan teknologi dan produktivitas pembelajaran di lingkungan sekolah, yaitu (a) memberikan pelatihan kepada mitra (pelaku pendidikan) tentang cara mengoptimalkan penggunaan Internet untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan proses belajar mengajar, (b) mengenalkan teknologi IoT dan memberikan pengetahuan tentang pemanfaatannya dalam proses pendidikan. Dengan ini, diharapkan para pelaku pendidikan (guru, akademisi, dan peneliti) dapat meningkatkan efisiensi proses pendidikan (pemantauan peserta didik, evaluasi belajar dan mengajar, dan lain-lain).