Pemuda Hebat Tak Lahir Dengan Sihir

Pemuda Hebat Tak Lahir Dengan Sihir

Generasi Muda Investasi Masa Depan | By: Sasint/Pixabay

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Pemuda Tersenyum Optimis
Senyum optimis pemuda Indonesia | Dokumen Pribadi

Sungguh sangat banyak yang telah membahas hal-hal terkait dengan pemuda. Baik itu berupa artikel, audio maupun video yang marak di media social. Pembahasannya pun beragam, kebanyakan mengangkat pemuda sebagai generasi yang luar biasa potensial. Bahwa pemuda adalah kelompok usia yang penuh gairah hidup dan semangat juang.

Sang proklamator bangsa Indonesia, Bung Karno bahkan pernah berucap “Beri Aku seribu orang tua, akan ku cabut semeru dari akarnya, beri Aku 1 pemuda, maka akan ku guncangkan dunia.”

Tentu, ungkapan majas di atas terdengar mengada-ada. Namun begitulah banyak orang menggambarkan pemuda. Hampir seperti dewa. Seperti tanpa cacat.

Namun, yang jarang digelorakan ialah bagaimana seorang pemuda dapat menjadi generasi yang unggul, hingga mampu mengguncang dunia? Apakah pemuda seperti kelapa kering, yang saat jatuh ke tanah akan menjadi tunas baru dan terus menjulang? Atau ia seperti pohon rambutan, yang perlu dipisahkan bijinya, ditanam ditanah subur, dipupuk hingga bisa berkembang sendiri?

Secara umum, muda memang merupakan masa puncak kekuatan  dalam perjalanan hidup manusia. Di masa ini, otot dan otak, dua elemen penting dalam keadaan prima. Siap ‘bertarung’ menghadapi segala aral melintang. Sejarah panjang umat manusia pun mengamini hal tersebut. Begitu banyak tokoh muda yang tampil digelanggang sejarah umat manusia sebagai ‘problem solver’.

Pemuda berani tampil memikul tanggung jawab | Dokumen pribadi

Di sisi lain, pemuda cenderung kurang stabil dalam hal emosional bahkan kematangan berfikir. Sikap tergesa-gesa, nekat, tanpa pikir panjang kerap menguasai pemuda. Sikap tersebut dilain pihak adalah istimewa, namun juga mengandung resiko. Buktinya?

Lihatlah beberapa data berikut ini. Pertama, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat pada Juni 2021 penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 3.419.188 orang, termasuk didalamnya mayoritas merupakan dari kalangan muda. 

Kedua, Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menyebut, 85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme berdasarkan hasil survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (15/6/2021). 

Ketiga, Pada tahun 2019, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kasus bunuh diri adalah faktor penyebab kematian kedua tertinggi pada orang berusia 15-29 tahun. Laporan tersebut menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berisiko melakukan bunuh diri adalah ketidakmampuan menghadapi tekanan atau stres dalam hidup.

Jurnal Intuisi Universitas Semarang pada April 2021, menyajikan hasil riset lain yang dilakukan  Eskin et al, pada tahun 2019.

Jurnal tersebut memperlihatkan hasil penelitian Eskin terhadap 8.417 mahasiswa dari 12 negara mayoritas Muslim, dimana lebih banyak mahasiswa dari Azerbaijan, Indonesia dan Arab Saudi yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri dibandingkan dengan mahasiswa di Mesir, Yordania, Lebanon, dan Malaysia. 

Dari beberapa hasi penelitian di atas, dapat terlihat betapa kaum muda sebenarnya dikepung oleh banyak godaan yang bisa merusak. Belum lagi jika melihat fakta banyaknya pemuda yang terbelenggu oleh aktivitas semu di dunia maya.

Beberapa bahkan menjadi korban atas gaya bersosial media anak modern. Tak sedikit yang akhirnya meregang nyawa, seperti kejadian beberapa pekan lalu yang menunjukkan sekelompok pemuda berusaha menghadang truk demi membuat konten ‘tantangan’ untuk akun social media mereka. Naas, salah satu dari mereka tewas tertabrak truk.

Peran Kita Semua

Fakta-fakta dan kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan ‘lalu mengapa sejarah mencatat banyak pemuda hebat?’

Jawabannya mudah. Seperti ungkapan Cut Nyak Dien “Penjagaan terbaik bagi generasi muda adalah contoh yang baik bagi generasi tua.” Artinya, lahirnya generasi muda gemilang sepanjang sejarah tak lepas dari peran orang banyak.

Karena manusia dibentuk oleh lingkungan sosialnya, maka yang bertanggung jawab dalam pembentukan karakter generasi pelanjut ialah kita semua. Baik kita sebagai orangtua, sebagai teman pergaulan, sebagai tokoh masyarakat di lingkungan kita, sebagai pejabat pemerintahan, sebagai guru dan sebagainya.

Singkatnya, orangtua berperan mengayomi sejak lahir, bahkan sejak di kandungan dengan memberi gizi yang cukup, mendidik dan mengarahkan dengan lembut dan keteladanan. Teman pergaulan dan tokoh masyarakat berperan saling tolong-menolong, mengajak kepada hal positif dan mengingatkan jika ada yang salah.

Salah satu kegiatan positif yang digemari pemuda | Dokumen pribadi

Guru bertugas memberi contoh yang baik dengan bijaksana dan tidak hanya mengajarkan ilmu. Sementara para pejabat sebagai wakil Negara bertugas membuat regulasi dan program pengembangan diri untuk anak muda. Pun juga menjamin terpenuhinya hak-hak generasi muda untuk berkembang dan berkarya.

Seperti ungkapan dari Africa, It takes a village to raise a child alias perlu orang sekampung untuk mendidik seorang anak, maka kita akan selalu menjadi bagian dari proses tersebut. Tau atau tidak, peduli atau tidak, begitulah yang selalu terjadi. Karena pemuda hebat tak lahir dengan sihir.