Pemuda dengan Pola Pikir Pesantren untuk Kemajuan Negeri

Pemuda dengan Pola Pikir Pesantren untuk Kemajuan Negeri

Santri Sedang Mengaji

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Bangunan Pesantren
Pesantren sebagai tempat belajar para santri | yanbumenawan.sch.id

Pesantren merupakan tempat belajar agama yang diasuh oleh kyai dimana santri-sebutan untuk murid yang belajar-tinggal di suatu asrama. Pendidikan di pesantren menekankan penguasaan ilmu agama seperti akidah, fikih, tasawuf, dan lainnya. banyak model pembelajaran yang dilakukan di pesantren, seperti bandongan, sorogan, dan bahtsul masail. Bandongan merupakan metode belajar dimana kyai membacakan suatu kitab serta menjelaskan isinya kemudian para santri akan menyimak penjelasan dari kyai tersebut. dalam bandongan santri tidak hanya menyimak namun juga me-maknani (mengartikan) kata per kata dari teks di kitab yang dibacakan kyai. mengaji sorogan yaitu menyetorkan bacaan kitab kepada kyai sama seperti saat kyai membacakan kitab dalam bandongan. Bahtsul masail merupakan ruang diskusi para santri untuk membahas suatu permasalahan yang kemudian ditinjau dari segi ilmu agama. Beragam model dan metode pembelajaran di pesantren membuat pendidikan pesantren mempunyai keunikan dibanding lembaga pendidikan konvensional.

Esensi dari pendidikan pesantren adalah melahirkan ulama yang berilmu dan berakhlak. Dengan ilmu yang mumpuni ulama akan menawarkan solusi atas berbagi problem di masyarakat. Selain dengan ilmu, seorang ulama juga dituntut punya akhlak yang baik atau karakter yang kuat. Dua poin penting yang dihasilkan melalui pendidikan pesantren terbukti mampu mengirimkan kader yang punya peran besar dalam masyarakat. Seorang ulama atau kyai biasanya memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat karena kedalaman ilmu serta keluhuran pribadi yang dimilikinya. Jika ingin mengambil contoh tokoh pesantren yang punya pengaruh besar dalam sejarah bangsa sangat tepat untuk melihat kotokohan KH. Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan pendiri organisasi islam terbesar di Indonesia yang kiprahnya tidak diragukan lagi dalam kemajuan bangsa. Bahkan ketokohan KH. Hasyim membuat para pemimpin bangsa yang meminta restu KH. Hasyim sebelum berperang melawan penjajah. Tidak diragukan lagi pendidikan pesantren sangat sukses melahirkan pemimpin yang cerdas dan bermoral.

Korupsi salah satu perilaku buruk para pemimpin
Korupsi merupakan perilaku buruk para penguasa | istockphoto (Atstock Production)

Saat ini sering kita jumpai melalui pemberitaan rusaknya moral para pemimpin bangsa. Sangat miris menyaksikan hilangnya hati nurani mereka yang disebut pemimpin membuat rakyat semakin menderita dalam kemiskinan. Kasus korupsi yang membuat geleng-geleng kepala menjadi bukti krisis moral yang bahkan terjadi pada tingkat pemimpin. Jika pemimpin bersikap amoral atau kekurangan integritas, bagaimana dengan kondisi moral rakyat yang mereka pimpin. Rakyat dengan sadar atau tidak sadar telah meniru perilaku para pemimpin yang amoral. Bukannya kesejahteraan yang kita capai, justru kehancuran tengah menanti bangsa ini di ujung masa.

santri sedang berdiskusi bersama
Para santri dididik dengan ilmu dan akhlak | tribunnews.com

Salah siapa sebenarnya kemunculan para pemimpin amoral dan korup ini? jika pendidikan yang patut disalahkan lantas bagaimana pola pendidikan yang telah diterapkan selama ini? untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut mari sekilas menilik pola pendidikan kita. Pendidikan yang telah dilaksanakan oleh bangsa ini mengacu kepada warisan pola pendidikan yang dibawa belanda saat era penjajahan. Walaupun tidak sama persis dan telah disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia, tetap saja pendidikan Indonesia tidak mempunyai jati diri. Di tengah kebingungan dengan pola pendidikan implementasi pembinaan karakter cenderung diabaikan. Jika tidak pelaksanannya akan berlangsung setengah hati dan tidak total. Tidak mengeneralisir semua institusi pendidikan selama ini berlangsung demikian, hanya saja fenomena kerusakan moral menunjukkan kegagalan banyak institusi pendidikan dalam menjalankan pendidikan moral. Keburaman jati diri bangsa dalam implementasi pendidikan telah menghantarkan bangsa dalam kondisi yang memperihatinkan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah berdiri berabad silam di Indonesia tentu sudah membaur bersama kultur masyarakat Indonesia. Selain ilmu-ilmu agama yang diajarkan dalam kurikulum pesantren, berbagai keterampilan hidup dan ilmu lainnya dimasukkan sebagai materi pengajaran di pesantren. Istilah yang terkenal di pesantren yaitu mencari penghidupan di dunia agar dapat beribadah demi kehidupan akhirat. Berdasarkan kearifaran nilai pengajaran tersebut, para santri diajarkan untuk tidak tamak dan hidup dengan mengejar dunia saja. Kehidupan dunia merupakan bekal agar dapat hidup bahagia di akhirat kelak. Pesan yang begitu mengakar kuat dalam pengajaran pesantren telah mengantarkan para santri menjadi seseorang yang bijak dalam mengatur urusan dunianya, sehingga ketika menjadi pemimpin akan paham bagaimana bersikap benar dan salah. Terkait pendidikan sesuai jati diri bangsa, esensi dari pendididkan pesantren bisa dikaji secara mendalam karena karakter bangsa seperti gotong royong, sopan santun, dan orientasi kemakmuran sangat diterapkan di pesantren.

Bangsa Indonesia sedang butuh para pemuda yang tidak hanya disiapkan secara keilmuan saja, namun juga moral dan karakter. Kecerdasan yang dimiliki seseorang bisa menjadi kebaikan atau keburukan tergantung bagaiamana sikap seseorang tersebut memanfaatkan kecerdasannya. Ada sebuah kalimat, “Indonesia tidak kekurangan orang pintar, tetapi kurang orang bener”. Sebait kalimat sederhana yang menggambarkan kondisi para pemimpin negeri ini. Jika para pemimpin hanya bertindak sesuai keinginan pribadi mereka, tanpa ada control dari dalam diri cita-cita kesejahteraan akan semakin sulit diraih. Selain penegakan hokum yang harus semakin ditingkatkan, pengaturan nilai moral dari dalam diri juga harus ditumbuhkan. Pendidikan pesantren hendaknya dikaji dan diadaptasi dalam pendidikan konvensional. Intinya menemukan jati diri dalam pendidikan Indonesia. Harapannya akan muncul “pemuda-pemuda pesantren” yang semakin berperan dalam pembangunan Indonesia.