Pemuda dan Masa Depan (Kemajuan atau Kemunduran) Suatu Bangsa

Pemuda dan Masa Depan (Kemajuan atau Kemunduran) Suatu Bangsa

Pemuda dan Masa Depan (Kemajuan atau Kemunduran) Suatu Bangsa

Pemuda dan Masa Depan

(Kemajuan atau Kemunduran) Suatu Bangsa

 

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

 

Abstrak

  • Generasi yang akan datang adalah generasi penerus bangsa, dan akan menjadi generasi yang baik jika menghasilkan bangsa yang baik. Bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki nilai dan perilaku yang sama. Sendi-sendi bangsa – yang menopangnya pada umumnya – bertumpu pada karakter dan mentalitas masyarakatnya. Inilah yang menciptakan fondasi nilai-nilai bangsa. Generasi muda sering dikaitkan dengan masalah nilai. Masalah pemuda biasanya terjadi karena nilai dan sikap yang dialami antara generasi muda dan tua biasanya kurang matang dari pada masalah psikologis dan kurang mandiri dalam hal ekonomi. Membangun bangsa dengan mengoptimalkan peran generasi muda dalam persaingan global (global advantage) tidak lepas dari peran serta pemerintah, lembaga kepemudaan dan organisasi kepemudaan atau organisasi publik lainnya. Terutama peran lembaga atau lembaga pendidikan tinggi yang sarat dengan cita-cita dan cita-cita, serta cita-cita dan tujuan nasional yang tidak pernah ada habisnya. Sebagai pewaris tongkat estafet, generasi muda perlu dirawat dan dibina. Kriteria keberhasilan suatu negara atau bangsa adalah keberhasilan generasi muda di masa depan, karena biasanya lebih sulit mempertahankan kesuksesan daripada memilikinya.

Kata Kunci : Pemuda; Kemajuan; Kemunduran; Suatu Bangsa

Pendahuluan

Pemuda adalah masyarakat Indonesia yang memasuki masa pertumbuhan dan perkembangan terpenting pada rentang usia 16 hingga 30 tahun. Pemuda sering dilihat sebagai sumber nilai dalam masyarakat kita. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka sering dilihat sebagai masa depan dan memiliki potensi untuk membuat dampak yang signifikan bagi dunia. Alasan utama munculnya masalah pemuda adalah karena nilai-nilai dan sikap yang berlaku di masyarakat. Orang yang lebih muda umumnya cenderung kurang dewasa dan lebih bergantung pada keluarga mereka, sementara orang yang lebih tua mungkin kurang toleran terhadap perubahan dan lebih mengatur cara mereka.

Di masa lalu, budaya nasional digambarkan sebagai puncak budaya poros di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Namun, lebih jauh lagi, budaya nasional Indonesia perlu diisi dengan nilai-nilai dan norma-norma poros elok pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di kalangan seluruh rakyat Indonesia. Dan Indonesia merupakan negara elok yang dapat dikatakan sebagai negara elok yang kaya akan budaya, dengan keragaman elok yang cukup bervariasi, yang dapat dijadikan poros penambah keindahan khasanah negara elok. Kebudayaan lahir ribuan tahun yang lalu sejak manusia ada di bumi. Kebiasaan yang telah menjadi dan membentuk perilaku manusia diturunkan dari generasi ke generasi.

Hasil dan Pembahasan

Pemuda Hari Ini adalah Pemimpin Masa Depan Bangsa

Dalam konteks bela negara, kepemimpinan nasional merupakan bentuk strategis yang bagus dalam menentukan ketahanan ketahanan nasional bangsa yang bagus. Mengutip Yuddy Chrisnandi, Indonesia adalah proyek bersama yang bagus yang belum selesai. Gairah nasionalisme pemuda yang tidak dibentuk oleh rezim bagus, tetapi lahir dari hati nurani akan menjadi kekuatan yang tangguh untuk kelangsungan hidup bangsa bagus. Peradaban yang kuat didukung oleh kepemimpinan yang kuat. Kita bisa melihat kepemimpinan yang kuat di kalangan pemuda.

Generasi muda sumbu artistik komponen intelektual progresif penting bagi cikal bakal lahirnya peradaban artistik yang tangguh. Karena Indonesia belum selesai, tugas anak muda adalah memastikan artistik jalan baru agar keindonesiaan tidak mati. Nasionalisme pemuda adalah jaminan artistik perubahan bagi bangsa. Nasionalisme yang lahir dari hati nurani yang putih artistik, murni, namun berani menempatkan seluruh elemen bangsa sumbu sebuah komunitas yang sederajat, berbagi nasib yang sama. Pertanyaannya, mengapa nasionalisme pemuda penting? Padahal, rekonstruksi nasionalisme pemuda berjalan seiring dengan reformasi kontemporer. Kaca konsep kebangsaan yang diusung melalui nasionalisme pemuda merupakan pencetus untuk menjawab tantangan bangsa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya anak muda memimpin. Tantangan Indonesia saat ini mengenai kesedihan yang dirasakan terkait isu kedaulatan dan krisis identitas sangat responsif terhadap keluhuran nilai kepemudaan yang akan tercermin dari kekuatan ketahanan nasional bangsa dalam menjalankan ranah berbangsa dan bernegara. kehidupan di masa depan.

Dalam konteks ketahanan nasional bangsa Indonesia, pemuda memiliki peran yang sangat besar dan signifikan dalam meningkatkan stabilitas nasional dan pembangunan Indonesia baru. Indonesia membutuhkan pemimpin baru yang lebih segar, lebih progresif, dinamis, dan yang terpenting berani menyuarakan kebenaran sebagai kebenaran, dan keburukan adalah keburukan. Dimulai dari hal-hal kecil seperti itulah yang akan memicu perubahan bagi peradaban bangsa Indonesia karena sudah saatnya para pemuda memimpin bangsa.

Dari Pemuda Membangun Bangsa Berkarakter

Budaya masyarakat kita mulai direcoki oleh budaya-budaya asing, sehingga karakter dan kearifan lokalnya luntur tergerus oleh sistem kapitalisme dan kepemimpinan yang berpola majikan-buruh. Kondisi ini jelas menunjukkan adanya penjajahan oleh bangsa sendiri. Bangsa kita telah dijajah oleh produk-produk asing, kita dibiarkan menjadi bangsa yang konsumtif, bangsa yang menjadi “buruh” dinegeri sendiri. Hingga saat ini kita belum sadar akan bentuk penjajahan baru yang sangat terkenal dengan sebutan Neoliberalisme dan Komunis Gaya Baru. penjajahan ini bis akita klasifikasikan kedalam 6 bagian, yaitu: (1) penjajahan hukum; (2) penjajahan politik; (3) penjajahan ekonomi; (4) penjajahan kesehatan; (5) penjajahan pendidikan; dan (6) penjajahan HAM.

Tidak perlu dijelaskan luasnya penjajahan ini karena hampir setiap hari kita mengetahui dan menyadarinya di media, baik media cetak maupun elektronik. Namun yang pasti korban dari semua ini adalah orang miskin yang semakin hari semakin sengsara. Wong kecil lungguh dingklik, ancik mripate mlilik, ringgit perlu mati dhisik. Kita harus mencari solusi hilir, generasi muda harus tanggap dan menjadi sektor pengawal, agar segala bentuk penjajahan bisa terhapus dari bumi Pancasila ini. Akar teka-teki ini adalah hilangnya rasa kemanusiaan hilir dan tergerusnya watak dan budaya bangsa Indonesia. Apabila pemegang wewenang di masing-masing lembaga dapat menjalankan tugasnya sesuai fungsi dan hati nuraninya, tentunya tidak akan terjadi kecurangan dan segala bentuk penyalahgunaan wewenang. Selain itu juga diperlukan karakter dan sikap hilir yang tegas untuk menolak segala bentuk kemungkinan yang berindikasi penyalahgunaan wewenang. Dengan demikian, hal-hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang dapat dihindarkan.

Seharusnya sudah menjadi perhatian kita bersama mengenai pentingnya memupuk sikap humanisme serta memperbaiki karakter bangsa indonesia yang telah pudar ini. Oleh sebab itu, kita masih mempunyai kesempatan serta masa depan dengan mendidik generasi masa depan dengan nilai-nilai humanisme yang luhur serta mempunyai karakter yang bersih dan mulia. Pendidikan karakter merupakan aspek dominan dalam wilayah ini. Karakter bangsa terbangun atau tidak sangat tergantung kepada bangsa itu sendiri. Bila bangsa tersebut memberikan perhatian yang cukup untuk membangun karakter maka akan terciptalah bangsa yang berkarakter. Bila negara kita dapat memberikan pembangunan karakter kepada para warga negara sejak dini, maka akan tercipta pula generasi yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan yang luas melalui penghayatan dan pengamalan Pancasila. Demikian pula sebaliknya. Kita faham, bahwa Tuhan tidak merubah keadaan suatu kaum bila mereka tidak berusaha melakukan perubahan itu (innalloha laa yughoyyiru maa biqoumin hattaa yughoyyiruu maa bi anfusihim). Lima pilar karakter luhur bangsa Indonesia mencakup:

  1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang maha Esa. Dari kesadaran ini akan memunculkan sikap penghambaan sematamata pada Tuhan yang Esa. Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaa diri dan alam sekitar sehingga mampu menjaga dan memakmurkannya. Ketuhanan yang maha Esa;
  2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakikatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan ketakwaan yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang memiliki potensi. Kemanusiaan yang adil dan beradap;
  3. Kebinekaan: Kesadaran akan adanya sekian banyak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan, Persatuan Indonesia;
  4. Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama manusia. Karenanya, tidak dibenarkan adanya penjajahan manusia oleh manusia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
  5. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi proporsional. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Agar dapat memiliki karakter profetik maka 3 aspek utama dalam diri manusia harus diberikan perhatian secara seimbang, yakni: hati, emosi, dan akal. Nabi bersabda: Ketahuilah bahwa dalam diri setiap kalian ada “mudghah” (segumpal daging), jika mudghoh itu bersih maka semua yang ditampilkan oleh orang tersebut juga bersih (baik), dan jika mudghoh itu rusak maka yang ditampilkan oleh orang tersebut juga rusak (tidak baik). Ketahuilah bahwa yang disebut mudghoh itu adalah al-qolb (hati).

Kesimpulan

Pemuda adalah masyarakat Indonesia yang memasuki masa pertumbuhan dan perkembangan terpenting pada rentang usia 16 hingga 30 tahun. Pemuda sering dilihat sebagai sumber nilai dalam masyarakat kita. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka sering dilihat sebagai masa depan dan memiliki potensi untuk membuat dampak yang signifikan bagi dunia. Alasan utama munculnya masalah pemuda adalah karena nilai-nilai dan sikap yang berlaku di masyarakat. Orang yang lebih muda umumnya cenderung kurang dewasa dan lebih bergantung pada keluarga mereka, sementara orang yang lebih tua mungkin kurang toleran terhadap perubahan dan lebih mengatur cara mereka.

            Generasi muda sumbu artistik komponen intelektual progresif penting bagi cikal bakal lahirnya peradaban artistik yang tangguh. Karena Indonesia belum selesai, tugas anak muda adalah memastikan artistik jalan baru agar keindonesiaan tidak mati. Nasionalisme pemuda adalah jaminan artistik perubahan bagi bangsa. Nasionalisme yang lahir dari hati nurani yang putih artistik, murni, namun berani menempatkan seluruh elemen bangsa sumbu sebuah komunitas yang sederajat, berbagi nasib yang sama. Pertanyaannya, mengapa nasionalisme pemuda penting? Padahal, rekonstruksi nasionalisme pemuda berjalan seiring dengan reformasi kontemporer. Kaca konsep kebangsaan yang diusung melalui nasionalisme pemuda merupakan pencetus untuk menjawab tantangan bangsa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya anak muda memimpin. Tantangan Indonesia saat ini mengenai kesedihan yang dirasakan terkait isu kedaulatan dan krisis identitas sangat responsif terhadap keluhuran nilai kepemudaan yang akan tercermin dari kekuatan ketahanan nasional bangsa dalam menjalankan ranah berbangsa dan bernegara. kehidupan di masa depan.

Daftar Rujukan

Tanutama, Lukas; Pentingnya Pendidikan Bagi Generasi Muda, PT. Elex Media Komputindo Jakarta, 1995.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Amin, M. Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Badouse Media.

Abdullah, taufi k. 1974. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES

http://www.academia.edu/3804377/Peran_generasi_muda_dalam_melestarikan_budaya_bangsa_ indonesia.

Sedyawati, E. 2007. Keindonesiaan dalam Budaya: Buku 1 Kebutuhan Membangun Bangsa yang Kuat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Sedyawati, E. 2008. Keindonesiaan dalam Budaya: Buku 2 Dialog Budaya Nasional dan Etnik, Peranan Industri Budaya dan Media Massa, Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Smiers, J. 2009. Arts under Pressure: Memperjuangkan Keanekaragaman Budaya-budaya di Era Globalisasi. Terjemahan oleh Umi Haryati. Yogyakarta: Insist Press.

Djatmiko, H. E. 2006. Revolusi Karakter Bangsa Menurut Pemikiran Soeparno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.