Pelatihan Mandiri Generasi Muda Sebagai Investasi Masa Depan Bangsa : Berpikir Positif dan Berjiwa Besar

Pelatihan Mandiri Generasi Muda Sebagai Investasi Masa Depan Bangsa :  Berpikir Positif dan Berjiwa Besar

Gen Z | Pexels (photo by cottonbro)

Gen Z | Pexels (photo by cottonbro)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohibBerkompetisiArtikel

Beberapa generasi telah lahir, mulai dari generasi era depresi, generasi baby boomer, generasi X, generasi milenial atau generasi Y, generasi Z atau disebut juga gen Z, dan terakhir generasi alpha. Melihat tahun kelahiran, tentunya saat ini yang menjadi ujung tombak masa depan bangsa adalah generasi milenial dan gen z.

Menurut Insider Intelligence gen z lahir antara tahun 1997-2012, mengikuti milenial yang lahir tahun 1981-1996 (umur 26 sampai 41 tahun pada tahun 2002). Sementara Gramedia menjelaskan bahwa gen z lahir tahun 1996 sampai tahun 2012, yang mana saat ini berusia 9-26 tahun pada tahun 2002.

Meski ada beberapa perbedaan terkait definisi dimulainya gen z, saya pribadi yang lahir tahun 1995, merasa tidak jauh berbeda dari gen z. Saya merasakan bagaimana perkembangan dunia digital dan teknologi yang begitu pesat. Jika sebelumnya, saya sempat menggunakan handphone untuk bertukar pesan lewat SMS, sekarang ini saya menggunakannya untuk hal apa pun.

Mulai dari berkirim pesan melalui WhatsApp, Telegram, dan Discord. Bermain media sosial di Facebook, Instagram, Twitter, hingga Youtube. Bahkan untuk melakukan jual beli makanan, minuman, dan sandang saya lakukan melalui marketplace.

Kelebihan yang saya rasakan juga pasti dirasakan oleh gen z. Lahir saat era dimulainya digital, tentunya membuat gen z berbeda dengan generasi sebelumnya. Menurut Gramedia, gen z disebut juga dengan iGeneration, generasi internet, atau generasi net. Di mana gen z dianggap mampu mengaplikasikan seluruh kegiatan dalam satu waktu atau yang biasa disebut multitasking.

Dikutip dari Gramedia, saya pun setuju jika gen z merupakan generasi digital yang mahir serta menggemari teknologi dan berbagai macam aplikasi. Ini menjadi salah satu dampak positif, di mana generasi milinial dan gen z lebih maju daripada generasi sebelumnya. Dan bisa dipastikan unggul dalam bidang teknologi.

Namun, keunggulan itu rasanya tak sebanding dengan kekurangan. Saya mengamati diri saya sendiri. Karakter saya yang ketergantungan dengan gadget, lebih menyukai hal praktis dan efisien, serta sering multitasking sepertinya hampir sama dengan gen z. Karakter tersebut jika ditelaah kembali sangat tidak menguntungkan.

Dilansir dari IDN Times, apa yang saya rasakan pun dibenarkan. Gen z cenderung kecanduan internet, kurang pengalaman di dunia kerja, menyukai hal-hal instan. Kekurangan ini tidaklah baik untuk masa depan bangsa. Sebagai generasi muda, saya pun menyadari untuk mengubahnya, karena bagaimanapun generasi milenial dan gen z merupakan aset bangsa.

Sebagai aset bangsa , saya pun kembali berpikir untuk memperbaiki karakter ini. Mengingat semua kekurangan yang ada pada generasi milenial dan gen z, saya sepakat untuk mempelajari cara berpikir positif dan berjiwa besar.

Pentingnya Berpikir Positif

Positive Thingking | Pexels (Photo by Michael Burrows)

Sering kali kita dijejali hoaks di media sosial. Antara fakta dan opini beda tipis. Kita generasi muda juga sering disuguhi berita dan insiden yang tak mengenakan, yang membuat kita sering kali berpikir negatif.

Dengan berpikir positif akan membantu diri kita menghadapi berbagai persoalan yang menghadang. Seperti dalam buku Pentingnya Berpikir Positif karya Sylvia Aria Yani dalam kutipannya ‘Dalam hidup, tantangan ke masa depan tak pernah lepas dari kehidupan kita. Dan hidup akan selalu berisi pilihan yang harus kita ambil dalam menentukan alur hidup kita selanjutnya'.

Tentunya ini sangat cocok dengan generasi muda saat ini yang menghadapi permasalahan jauh lebih kompleks daripada generasi sebelumnya. Dalam buku yang sama dikisahkan sebuah kisah tentang pemain biola abad-19, Niccolo Paganini. Saat sedang konser, ia melakukan pertunjukan yang diiringi iringan orkestra penuh.

Sayangnya, menjelang lagu terakhir senar biolanya putus. Namun, ia tidak berhenti bermain. Dan kejadian mengejutkan lainnya, satu per satu senarnya putus, hingga meninggalkan satu senar. Bukan menghentikan konser saat lagu berakhir, dengan lantang ia mengatakan memainkan biola dengan satu senar.

Jika Niccolo Paganini memandang insiden tersebut dari sisi negatif, tentunya ia akan menyalahkan senar yang putus dan menghentikan konser, tapi Niccolo Paganini lebih memilih berpikir positif dengan melanjutkan konser meski memainkan biola dengan satu senar. Tentunya jika ia tidak berpikir positif, tak akan ada sejarah yang mencatat dirinya sebagai musisi yang memainkan melodi indah dengan satu senar.

Kisah tersebut menyadarkan saya sebagai generasi muda. Untuk menghadapi kesulitan dalam hidup, yang memaksa kita mengambil keputusan dengan cepat, daripada berpikir negatif lebih baik berpikir positif. Berpikir positif menjadi kunci keberhasilan dan kebahagiaan.

Jika generasi muda mampu memandang segala sisi kehidupan dari sisi positif. Saya yakin, generasi muda tidak akan menyerah ketika kekalahan menimpa. Generasi muda yang berpikir positif juga akan lebih sehat secara fisik dan pikiran karena selalu mengambil hikmah dan makna yang baik dari setiap permasalahan.

Pentingnya Berjiwa Besar

Big Heart | Pexels (Photo by Annisa Rosalina)

Era digital di mana semua serba canggih, sekali klik semua informasi dan kebutuhan terpenuhi membuat kita para generasi muda memiliki karakter terburu-buru. Karena jiwa kompetitif dan ambis, membuat generasi muda jauh dari kata loyal. Akhirnya hilanglah rasa ikhlas dan terjadilah permusuhan yang sering kali terjadi jika ada kekalahan. Karakter menyukai hal instan membuat kita berlomba-lomba menunjukkan kekayaan. Ketidakmauan untuk mengakui kekalahan juga karakter yang cukup melekat pada generasi muda saat ini.

Untuk menjadi investasi di masa depan, saya kembali melatih diri untuk berjiwa besar. Agar, ketika mencampai impian atau ambisi, dan tidak mampu menggapainya, saya bisa berbesar hati. Dengan memiliki jiwa besar, ketika kalah dalam kompetisi kita akan mampu menerimanya. Karena sejatinya semua butuh proses dan usaha maksimal. Itulah yang saya rasakan sebagai generasi muda, perlu adanya pelatihan mandiri untuk berpikir positif dan berjiwa besar. Untuk menyongsong masa depan yang semakin maju, dengan berpikir positif akan lebih optimis, penuh keyakinan akan bangsa Indonesia. Dan dengan adanya jiwa yang besar, kita tidak perlu khawatir terjadi polemik atau kekacauan dalam aspek kehidupan yang akan datang.

 

Sumber :

Ananda. 2022. Karakteristik Generasi Z dan Tahun Berapa Generasi Z. https://www.gramedia.com/best-seller/gen-z/. 02 Juli 2022, 22: 18 WIB

Meola, Andrew. 2022. Generation Z News: Latest characteristics, research, and facts. https://www.insiderintelligence.com/insights/generation-z-facts. 02 Juli 2022, 22:17 WIB

Murdianto, Muhammad Tarmizi. 2020. Ini 5 Kekurangan yang Biasa Dimiliki Generasi Z dan Harus Kamu Hindari. https://www.idntimes.com/life/inspiration/muhammad-tarmizi-murdianto/kekurangan-yang-biasa-dimiliki-generasi-z. 02 Juli 2022, 22:19 WIB

Yanie, Silvia Aria. 2021. Pentingnya Berpikir Positif. Bandung: Penerbit Angkasa