Musik Karambangan, Warisan Seni Tradisional dari Masyarakat Suku Pamona

Musik Karambangan, Warisan Seni Tradisional dari Masyarakat Suku Pamona

Festival Musik Karambangan | detiksulteng

Seperti yang kawan SohIB ketahui, bahwa Indonesia memiliki banyak sekali warisan kebudayaan, seperti upacara adat, permainan tradisional, tari-tarian, hingga musik, dan lagu daerah. Mungkin yang lebih dikenal oleh masyarakat luas hanya warisan budaya yang ada di daerah Jawa, Bali, dan Sumatra.

Akan tetapi, masih banyak daerah lain yang memiliki budaya yang luar biasa indah dan memiliki nilai estetis tetapi belum terlalu dikenal, salah satunya adalah budaya dari suku Pamona yang tinggal di daerah kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. 

Suku Pamona merupakan salah satu etnis di Pulau Sulawesi yang masih menjaga warisan leluhurnya. Salah satunya adalah permainan musik Karambangan yang masih ditemui dalam berbagai macam acara budaya.

Kata "Karambangan" berasal dari bahasa Pamona yang dapat dimaknai dengan "memetik", dalam hal ini adalah memetik senar gitar. Hal itu karena, pada awalnya permainan musik karambangan dimainkan dengan alunan musik gitar dan dinyanyikan dengan alunan syair-syair romantis oleh para pemuda suku Pamona, untuk menyatakan perasaan kepada pasangannya.

Selain untuk menyatakan perasaan kepada pasangan, Karambangan juga dimainkan sebagai sarana hiburan ketika para petani sedang menjaga sawah, menidurkan anak, bahkan sambutan bagi tamu yang mengunjungi kediaman masyarakat suku Pamona. Untuk mengetahui lebih dalam mengenal musik karambangan, silahkan simak penjelasan berikut,  ya!

1. Alat Musik yang Digunakan dalam Karambangan

Permainan alat musik gitar | Unsplash (42 North)

Seperti yang telah dijelaskan di atas tadi, alat musik gitar merupakan alat musik awal yang digunakan oleh para pemain karambangan, yang terbuat dari kayu pohon lero. Oleh karena itu, muncul salah satu lagu Karambangan yang berjudul "Sese Lero" yang terinspirasi dari penciptaan musik Karambangan.

Di masa sekarang, kita dapat melihat bahwa penggunaan alat dalam permainan musik Karambangan telah bervariatif, antara lain; gendang, suling, bahkan alat musik elektronik seperti keyboard. Penggunaan alat musik tambahan tidak merubah esensi dari Karambangan itu sendiri, karena merupakan hiburan bagi penikmatnya.

2. Syair yang Mengandung Makna

Syair lagu sebagai pelengkap Karambangan | Unsplash (Alvaro Serrano)

Syair dalam musik Karambangan disebut dengan Kayori dan Ledoni, atau dimaknai sebagai pantun. Perbedaan antara keduanya terletak pada cara pengungkapan dan bahasa yang digunakan. Ledoni menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti, karena menggunakan bahasa yang lugas.

Sementara itu, Kayori memiliki ciri khas bahasa puitis/kiasan yang harus benar-benar dipahami. Syair Karambangan memiliki ciri-ciri yaitu dalam satu bait terdapat empat baris dengan rima yang sama. Syair Karambangan berisi nasihat, kisah percintaan, nyanyian rohani, ataupun ungkapan isi hati dari si pencipta syair karambangan. Bisa dikatakan inti dari karambangan terletak pada syair, karena lewat syairlah para pendengar dapat memahami maksud dari musik karambangan yang disajikan.

3. Teknik dalam Bernyanyi Karambangan

Penampilan Grub Musik Karambangan | detiksulteng

Pada tahap menyanyikan syair Karambangan, terdapat cengkok yang menjadi ciri khas tersendiri, yang disebut dengan Yonggu. Berbeda halnya dengan cengkok dangdut dari Jawa, teknik menyanyikan Karambangan tidak banyak melakukan improvisasi yang meliuk-liukan nada dari awal hingga akhir. Hanya fokus pada pertengahan dan akhir syairnya saja. Adapun pembagian suara antara Sopran, Alto, Tenor, dan Bass. 

Jadi, SohIB sudah tahu kan tentang musik Karambangan? Musik Karambangan menjadi salah satu kekayaan seni dan budaya Indonesia yang harus dipertahankan keberadaannya. Kehadirannya sebagai salah satu jenis musik tradisional telah memberi warna baru bagi perkembangan seni musik di Sulawesi Tengah, sekaligus menjadi salah satu jati diri masyarakat suku Pamona di kabupaten Poso. Jadi, apapun budaya kita, SohIB memiliki peran dan tanggung jawab untuk melestarikannya.

Referensi:  Wikipedia | zonautara.com | musikologi.uhn.ac.id