Museum Universitas Andalas Warisan bagi Generasi Masa Depan

Museum Universitas Andalas Warisan bagi Generasi Masa Depan

Museum Universitas Andalas

SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Pada tanggal 12 Oktober setiap tahun selalu diperingati sebagai hari Museum Nasional. Berdasarkan sejarahnya, Hari Museum Nasional berawal dari Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 12-14 Oktober 1962. Penetapan tanggal hari museum berdasarkan pertemuan MMI di kota Malang, Jawa Timur pada tanggal 26-28 Mei 2015. Pertemuan tersebut dihadiri 250 pengelola Museum di Indonesia. Pertemuan itu juga membahas isu-isu dan paradigma baru dalam dunia permuseuman untuk kemajuan museum.

Sebagai salah satu pusat sumber informasi kultural, keberadaan museum di perguruan tinggi hakikatnya seperti perpustakaan dan lembaga arsip sangat diperlukan bagi para sivitas akademika. Dupont (2007) menjelaskan bahwa perpustakaan, arsip dan museum adalah tiga institusi yang memiliki potensi dalam  memberikan  peluang  kepada  masyarakat  untuk  dapat  belajar  tentang  diri kita  sendiri,  dunia  sekitar  kita  dan  segala  sesuatu  tentang  masa  lalu  kita.  Ketiga institusi tersebut perannya sangat signifikan dalam menginspirasi kita untuk membuat  masa  depan  lebih  baik  dengan  cara  membantu  kita  mengingat  dan memahami masa lalu.

Pernyataan diatas didukung oleh pernyataan Stern (2007) yang menegaskan bahwa tiga unsur dari university heritage adalah: perpustakaan, arsip universitas dan museum. Perpustakaan berfokus pada koleksi pustaka, sedangkan museum berfokus pada benda-benda bersejarah. Sementara itu, arsip perguruan tinggi berfokus pada ketersediaan dan layanan informasi dalam bentuk dokumen.

Arti Museum sendiri dalam perkembanganya terus mengalami perubahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dijelaskan  bahwa  museum  ialah  gedung  yang  digunakan  sebagai tempat  untuk  pameran  tetap  benda-benda  yang  patut  mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan  benda-benda  kuno.  Fungsi Museum Universitas adalah (1)  Pusat  dokumentasi ilmiah (2) Pusat penyaluran ilmu untuk umum (3) Pusat kenikmatan kesenian (4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan  bangsa  (5)  Objek  wisata  (6)  Media  pembinaan  pendidikan, kesenian  dan  ilmu  pengetahuan  (7)  Swaka  alam  dan  budaya  (8) Sebagai  cermin  alam  dan  kebudayaan  (8)  Media  untuk  bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa .Di Indonesia, Museum Universitas dimiliki oleh Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga (Unair).

Museum UII adalah museum yang berisi informasi tentang sejarah pendirian kampus UII dari awal cita-cita pembentukannya hingga ke lokasi yang dtempati Universitas Islam Indonesia saat ini. Museum ini terdiri dari 3 (tiga) bagian inti yaitu sisi kanan yang terdiri dari peralatan kantor yang bersejarah bagi UII. Dibagian tengah didominasi benda-benda bersejarah yang berasal dari rumah rector pertama UII, K.H Abdul Kahar Muzakkir. Sedangkan bagian kiri terdapat visual sejarah perjalanan kampus UII.

Museum UGM memiliki interior yang berbeda daripada Museum UII. Museum UGM memiliki panggung seni dan budaya yang dapat digunakan mahasiswa UGM untuk berkesenian. Di bagian ruang ditengah perjuangan terdapat sejarah panjang UGM sejak zaman kemerdekaan yang mendedikasikan diri demi pendidikan tinggi Indonesia. Di museum ini terdapat pula Ruang Sardjito dan replika figur beliau dengan gelas dan mesin ketik serta rekam jejak akademisnya. Disamping itu terdapat juga alat-alat laboratorium dan medis lama lama yang pernah digunakan dalam praktek kuliah di Fakultas Kedokteran UGM.  Ada pula gambar sastrawan kenamaan Indonesia seperti WS Rendra yang bergelar Si Burung Merak dan juga karya wayang beber yang menggambarkan suasana reformasi yang terjadi 23 tahun yang lalu. Museum ini dilengkapi dengan Kafe Muse yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk santai sejenak setelah melihat diaroma yang berada dalam museum.

Museum dan Pusat Kajian Etrnografi Unair berdiri pada 25 September 2005. Tujuan didirikan museum ini adalah untuk menghilangkan pandangan bahwa kematian merupakan hal yang tabu di masyarakat. Pada sisi kiri pintu masuk museum ada pajangan berisi replika dan informasi tentang ritual Ma'nene. Ritual ini merupakan ritual adat dari Suku Toraja. Informasi yang dijelaskan di dalamnya tentang cara membersihkan dan menggantikan pakaian pada jenazah leluhur keluarga Toraja. Ruangan pertama Museum dan Pusat Kajian Etnografi Unair berisi pajangan kerangka manusia, khususnya bagian tengkorak. Setelah ruangan pertama ada koridor yang berbentuk lorong dengan pencahayaan yang gelap. Suasana seperti kuburan diterapkan pada bagian samping kanan lorong disertai dengan replika mayat yang sedang dibaringkan. Tiap sudut ruangan juga diberikan tampilan infografis dengan beragam warna. Infografis ini antara lain berisi tentang prosesi pemakaman termahal dan seputar indigo. Indigo adalah individu yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan makhluk astral seperti jin.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2021 Tentang Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Universitas Andalas (Unand) Paragraf 3 Sarana dan Prasarana Pasal 91 ayat 4 dinyatakan bahwa Unand melindungi dan melestarikan sarana dan prasarana yang memiliki nilai historis bagi Unand. Dengan adanya pernyataan tersebut, Unand berhak membangun museum untuk mendidik sekaligus legasi (warisan) bagi generasi masa depan. Museum Unand yang dicita-citakan hakikatnya wahana pembelajaran nilai-nilai karakter bangsa yang harus diartikulasikan pada generasi penerus bangsa. Keberadaan museum tersebut untuk menambah pengetahuan masyarakat untuk memahami kiprah Unand dalam mencerdaskan kehidupan bangsa..

Museum Unand sebagai tempat pembelajaran sejarah seyogianya dilengkapi tentang dokumen awal pendirian Unand yang dapat ditampilkan melalui video. Replika figur para Rektor Unand sebagaimana yang dapat disaksikan pada koleksi Museum Madame Tussauds yang terdapat di Bangkok, Thailand perlu dihadirkan oleh Museum Unand. Replika figur ini berguna membangun imajinasi kolektif tentang perjuangan para pemimpin Unand. Peralatan laboratorium yang pernah digunakan perlu ditampilkan untuk mempekaya isi museum. Di sekitar Museum Unand perlu dibuatkan Kafe Museum sebagai tempat “tongkrongan” dan yang dilengkapi lokasi swafoto bagi para milenial. Yang terpenting, museum tersebut juga harus ramah pada penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas punya hak yang sama dengan orang yang sehat jasmani dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Last but not least, museum Unand akan menjadi destinasi wisata baru bagi yang berkunjung ke Kota Padang.

Ultima verba, besar harapan sivitas akademika Unand agar Museum Unand dapat terwujud dan menjadi Museum Universitas satu-satunya diluar Pulau Jawa. Bila ini terwujud maka generasi masa hari ini dan masa depan pasti berterima kasih kepada generasi pendahulunya yang mengajarkan pentingnya melongok indahnya masa lalu agar dijadikan teladan demi menjadi yang terbaik. Viva academica, Viva senatores.