Mitos dan Fakta Seputar Wawancara Kerja, Apa Saja?

Mitos dan Fakta Seputar Wawancara Kerja, Apa Saja?

Check mitos dan fakta seputar pekerjaan, kamu percaya? | Sumber: Unsplash (Clem Onojeghuo)

Wawancara kerja merupakan tahap yang lumrah untuk dilalui setiap orang yang sedang dalam perekrutan pekerjaan. Karena peran pentingnya dalam penentuan diterima atau tidaknya kita di perusahaan, membuat banyak orang rajin untuk mencari tahu dan bertanya pada mereka yang sudah terlebih dahulu melewati proses tersebut.

Tentu saja, setiap orang memiliki pengalaman dan kesan yang berbeda-beda saat berada di step yang satu ini. Hanya saja, banyak yang kemudian menjadikan cerita tersebut sebagai kepercayaan yang berkembang di para pelamar kerja.

Sayangnya lagi, tidak semua yang disampaikan benar-benar fakta, loh, guys! Beberapa justru mengikuti saran-saran yang kurang tepat karena terlalu panik dan khawatir ditolak perusahaan.

Untuk itu, kali ini kita akan membahas 5 mitos seputar wawancara pekerjaan beserta faktanya. Check di sini, ya!

Nggak Lolos Karena Performa Kurang

https://unsplash.com/photos/JBwcenOuRCg Photo by Brooke Cagle on Unsplash
Nggak lolos kerja memiliki banyak faktor, tetapi tidak semuanya negatif | Sumber: Unsplash (Brooke Cagle)

Memang sih, poin pertama ini tidak sepenuhnya salah. Setiap perusahaan memiliki kriteria tertentu dalam merekrut karyawannya, sehingga kemungkinan gagal diterima karena tidak memenuhi syarat sangatlah normal. Meski demikian, faktanya, tidak sesuai standar bukan berarti kamu kurang perform, loh, SohIB!

Pernahkah kamu mendengar istilah over-qualified? Yes, kata ini merujuk pada seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman lebih tinggi dari yang kompeni minta. Jangan salah, tidak semua perusahaan juga senang dengan kandidat over-qualified karena berarti, mereka harus siap dengan ekspektasi fasilitas dan gaji yang diminta pelamar.

Dewasa ini, melakukan interview melalui daring juga sudah lazim dibiasakan. Bisa jadi, salah satu penyebab gagalnya kita di tahap ini adalah kurang lancarnya internet saat wawancara berlangsung, sehingga membuat komunikasi terganggu. Jadi, jangan overthinking dulu, ya!

Baca juga: Suka Gugup Saat Interview Kerja? Ini 5 Cara Mengatasinya!

Tebar CV Sebanyak Mungkin

https://unsplash.com/photos/wNz7_5EvUWU Photo by Saulo Mohana on Unsplash
CV adalah gerbang awal kita menuju pekerjaan impian, so, sesuaikan dengan pengalaman yang dibutuhkan | Sumber: Unsplash (Saulo Mohana)

Pernah mendengar kalimat, “tebar jaring seluas mungkin, banyak ikan didapat?”

Cultural Vitae atau yang biasa disingkat menjadi CV memang menjadi langkah awal seseorang mendaftar kerja hingga sampai ke titik wawancara. Namun, enggak berarti menebarkan CV sebanyak mungkin juga menjadi langkah yang tepat untuk kamu lakukan, SohIB!

Saat ini, terdapat sebuah sistem seleksi CV secara otomatis bernama ATS. Pada perusahaan yang menggunakan metode ini, ada standar tertentu untuk pembuatan CV agar bisa disebut sebagai ATS friendly. Contohnya adalah font yang digunakan, jenis warna, isi biodata, hingga tata letak tulisan.

Bila kita mendaftarkan diri di company yang menerapkan ATS dengan CV kita yang ‘ala seniman’, siap-siap saja tidak terdeteksi oleh sistem ini. Pun dengan perusahaan yang lebih mengutamakan ekspresi dan gaya bebas dalam pembuatan lembar identitas tersebut, cultural vitae dengan gaya ATS tentu tampak terlalu polos dan kurang menarik.

Selain itu, cobalah untuk membuat beberapa CV. Tidak semua pengalaman organisasi atau pekerjaan kita bisa dicantumkan di identitas kita tersebut. Pilihlah yang masih relevan dengan bidang pekerjaan yang dituju dan fokus untuk menuliskan skill yang mendukung.

Misalnya, kita memiliki minat besar pada dua pekerjaan yang berseberangan jurusan, yakni menjadi web developer dan content writer. Pisahkan menjadi dua lembar CV dengan versi “khusus web developer” dan “lebih content writer”. Dengan demikian, saat lowongan kerja yang lebih dekat dengan salah satu di antaranya, kita bisa langsung apply dengan kualifikasi yang cocok.

Baca juga: Visual, Kinestetik, dan Auditori, Kamu Tim Gaya Belajar yang Mana?

Perlu Orang Dalam Agar Lolos Seleksi

https://unsplash.com/photos/px-xoEBdkII Photo by Charles Koh on Unsplash
Perbanyak koneksi atau jaringan pertemanan, siapa tahu akan bermanfaat di kemudian hari | Sumbe: Unsplash (Charles Koh)

Faktanya, banyak perusahaan saat ini hanya mengumumkan sedikit lowongan pekerjaan secara publik, karena lebih menyenangi calon pegawai yang berasal dari rekomendasi atau referal yang terpercaya. 

Inilah mengapa membangun koneksi adalah penting dilakukan. Selain menambah wawasan, hal tersebut akan berguna saat kita sedang mencari pekerjaan.

Namun, satu yang harus SohIB pahami, tidak berarti ‘jalur orang dalam’ akan menjadi penentu utama seseorang diterima atau tanpa networking kemungkinan lolos menjadi rendah. Tetap kembangkan diri dan tumbuhkan skills penunjang sembari membangun circle pertemanan yang luas.

Turunkan Ekspektasi Gaji Agar Diterima

https://unsplash.com/photos/lVFoIi3SJq8 Photo by Jp Valery on Unsplash
Sesuaikan salary dengan skill, standar gaji, dan kebutuhan kita | Sumber: Unsplash ( Jp Valery)

Banyak rekruter yang memutuskan untuk tidak melanjutkan proses seleksi dengan pelamar yang meminta gaji terlalu tinggi dari yang dimampu perusahaan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, lo, SohIB! Apalagi, sekarang banyak generasi kita yang mendirikan start up-start up dan tidak semua di antara mereka belum bisa memberikan fasilitas selengkap company yang lebih dahulu berkembang.

Akan tetapi, sebaiknya kamu melakukan riset lebih lanjut mengenai salary dari profesi yang akan kamu geluti, ketimbang menurunkan ekspektasi gaji. Selain memberikan gambaran yang lebih jelas, jika kantor menyetujui salary rendah yang SohIB ajukan, akan berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari, seperti perasaan kurang dihargai dan penurunan performa kerja.

Suka Pindah Kerja Kurang Disukai

https://unsplash.com/photos/GV63O5yANak Photo by Marianna OLE on Unsplash
Berpindah kerja bukan lagi dipandang sebagai ketidak loyalan karyawan terhadap perusahaan | Sumber: Unsplash (Marianna OLE)

Pindah-pindah kerja berhubungan dengan loyalitas dan komitmen seorang pekerja? Eits, tunggu dulu! Dewasa ini, para HRD memiliki pola pikir berbeda dan lebih memahami alasan para kandidat mengalami perpindahan kerja yang tidak sedikit, selama dalam alasan yang masuk akal. Bahkan, hal ini bisa dianggap kamu adalah pribadi yang mudah beradaptasi, senang dengan tantangan, dan memiliki banyak skill.

Setelah mendengar penjelasan di atas, seberapa banyak hal-hal tersebut selama ini ada di pikiran SohIB? Semoga, artikel ini tidak hanya dapat membantu kamu untuk menapaki jalur lebih baik saat akan melamar kerja, tetapi juga menyebarkan informasi ini kepada teman lainnya!

Baca juga: Ini 5 Alasan Mengapa Harus Bekerja Di BUMN

Jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel seru lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id, ya! Banyak lo, informasi menarik nan lengkap yang harus banget kamu baca. Nggak hanya itu aja! Jika kamu memiliki passion di bidang kepenulisan dan ingin senantiasa berkembang, join jadi kontributor SohIB dan dapatkan banyak benefit-nya!

Oiya, SohIB.id juga punya komunitas keren yang selalu aktif memberikan berbagai pelatihan, webinar, diskusi, dan bagi-bagi merchandise cantik, lo! Skuy, langsung gabung aja di sini! So, sampai berjumpa lagi dan salam Sobat Baik Indonesia Hebat! (AJ)