Talenta Digital Pancasilais Aset Masa Depan Transformasi Digital
Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia dalam jumlah penduduk. Patut disyukuri karena menjadikan Indonesia memiliki peran penting di dunia bisnis internasional maupun politik dunia. Dan bonus demografi Indonesia menjadi kekuatan bagi ekonomi bangsa. Dari total 272 penduduk Indonesia, sebanyak 47,75% atau 128,03 juta jiwa adalah penduduk dengan usia milenial atau Gen X, yang lahir antara tahun 1965 – 1996. Selebihnya, dikatagorikan ke dalam kelompok pre-Baby Boomers, Baby Boomers, Gen Z dan Post Gen Z.
Jika ditinjau secara struktur usia, penduduk dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu kelompok usia muda (0-14 tahun), kelompok usia produktif (15-64 tahun), dan kelompok usia lanjut (diatas 64 tahun). Kelompok usia muda dan kelompok usia lanjutdianggap tidak dapat menghasilkan produksi, sehingga jumlah penduduk yang terlalu tinggi di kedua kategori tersebut dapat menjadi penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, melimpahnya penduduk di usia produktif dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi.
Bonus demografi adalah keadaan ketika terjadi penurunan rasio ketergantungan (dependency ratio) yang disebabkan oleh transisi demografi. Bonus demografi adalah potensi keuntungan ekonomis yang didapatkan oleh suatu negara karena proporsi penduduk yang produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak produktif. Bonus demografi dimaknai sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh semakin besarnya jumlah tabungan dari penduduk produktif sehingga dapat memicu investasi dan pertumbuhan ekonomi (Jati, 2015).
Investasi memainkan peranan penting dalam menggerakkan perekonomian bangsa. Hal ini disebabkan karena pembentukkan modal dapat memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan nasional dan menciptakan lapangan pekerjaan (Todaro, 2003).
Dalam hal berinvestasi di pasar modal Indonesia, Generasi Gen X dan milenial ini memiliki potensi yang besar. Namun, kelompok ini juga rentan terhadap jebakan investasi bodong yang menjanjikan keuntungan yang sangat besar dan cepat, namun tidak memiliki landasan hukum yang jelas. Untuk itu perlu mengingatkan generasi milenial dan Gen Z untuk memilih investasi di pasar modal yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pihak-pihak yang memegang peranan dalam mewujudkan transaksi yang teratur, wajar dan efisien.
Menanggapi isu bonus demografi banyak ancaman yang justru bisa menjadi pintu bencana apabila kita kurang perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas SDM, semakin sempitnya lapangan pekerjaan, dan juga pengangguran semakin banyak. Namun di sisi lain juga merupakan peluang yang sangat baik jika kita dapat memanfaatkan peluang ini dengan baik pula. Sehingga sebagai seorang investor muda yang juga berperan dalam perekonomian Indonesia kita dituntut agar dapat menjadi investor cerdas dalam menghadapi bonus demografi Indonesia di masa mendatang agar kita dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Selain itu, seorang investor dituntut untuk dapat memilih instrumen investasi yang disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing. Jangan terpengaruh pemberitaan atau informasi yang belum tentu sesuai dengan profil risiko kita. Karena investasi harus disesuaikan dengan tujuan finansial masing masing investor, bukan karena ikut-ikutan.
Dalam merencanakan investasi masa depan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kita dapat menjadi investor yang cerdas dan dapat memanfaatkan peluang yang ada di masa Bonus Demografi Indonesia di masa mendatang yaitu, pertama, berhenti untuk berpikir tidak perlu meng-upgrade diri, karena sebelum berinvestasi harus benar-benar memahami strategi berinvestasi dan memahami kinerja perusahaan penerbit saham atau surat utang yang instrumennya hendak kita beli, serta mempelajari teknik analisa yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di pasar modal. Pada masa bonus demografi tentunya kita harus lebih bisa memanfaatkan peluang ini untuk lebih mengupgrade diri kita menjadi lebih baik karena pada masa ini banyak sekali usia produktif yang menghasilkan inovasi inovasi baru sehingga kita jangan tertinggal dengan tidak mengupgrade diri kita dan hanya ikut ikutan.
Kedua, jangan berinvestasi menggunakan dana utang. Porsi dana investasi harus menggunakan dana dingin yang dipersiapkan khusus untuk alokasi investasi. Artinya dana ini bukan untuk kebutuhan bulanan atau keperluan jangka pendek. Sehingga jika terjadi risiko penurunan harga yang menggerus modal, tidak akan mempengaruhi kebutuhan jangka pendek. Keempat, stop termakan rekomendasi tanpa melakukan analisa lanjut. Sebaiknya cari banyak sumber analisa dari riset perusahaan efek tentang perusahaan tercatat yang hendak dibeli atau melakukan kajian terhadap kinerja keuangannya sebelum memutuskan untuk membeli saham atau produknya. Jangan tergiur rekomendasi pihak tertentu, yang mungkin tujuannya sekedar menggiring pelaku pasar untuk kepentingan tertentu.
Ketiga, stop FOMO atau Fear of Missing Out karena tidak kita pungkiri banyak investor saat ini yang hanya sekedar mengikuti tren yang sedang ramai di tengah masa pandemi dan perkembangan teknologi yang ditawarkan.
Salah satu cara yang bijak dalam mengalokasikan pendapatan seorang investor adalah dengan mengalokasikan 20% saja dari penghasilan bulanan untuk menabung dan berinvestasi. Selebihnya, 50% untuk kebutuhan rutin seperti cicilan bulanan, kebutuhan rumah, proteksi, uang sekolah, dan lain-lain. Sebanyak 20% perlu dialokasikan untuk kebutuhan lifestyle, seperti budget untuk ngopi, traveling, salon, pusat kebugaran, dan lain-lain. Dan 10% sisanya untuk dana sosial. Adapun persentase pembagian tersebut dapat disesuaikan dengan profil masing masing investor.
Tentunya ada banyak hal yang dapat kita manfaatkan untuk bisa menjadi investor muda yang cerdas salah satunya yaitu memanfaatkan bonus demografi Indonesia yang mana usia produktifnya lebih banyak dibanding non produktif. Ini menjadi peluang yang sangat besar untuk menjalankan investasi dan dengan adanya bonus demografi Indonesia dapat kita manfaatkan untuk menjadi investor investor yang cerdas. Investasi perlu dialokasikan di awal, untuk meningkatkan aset kita di masa depan, memiliki cadangan finansial, mengurangi ketergantungan dengan utang, dan tentunya mengalahkan inflasi. Dan jangan melahirkan sandwich generation baru, yaitu generasi yang memiliki tekanan dalam hal kewajiban finansial yang besar serta himpitan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Siapkan dana masa depan melalui investasi dan jadi investor cerdas