Mengenal Suku Sasak Asli Lombok di Desa Sade

Mengenal Suku Sasak Asli Lombok di Desa Sade

Berbincang dengan masyarakat Suku Sasak | Sumber: indonesia.travel

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi 

Halo, SohIB! Kamu sudah tak asing lagi dan pasti kenal, kan dengan panorama indah Lombok, Nusa Tenggara Barat yang begitu eksotis? Jika dilihat dari pariwisatanya yang sudah mendunia, ternyata di sana masih ada adat istiadat yang lestari terjaga sejak nenek moyang hingga sekarang, lo. Namanya Suku Sasak yang berasal dari Desa Sade dengan jumlah populasi yang cukup banyak, yakni sekitar 3 juta jiwa.

Eiits, jangan kaget dulu, ya SohIB. Jumlah populasi Suku Sasak yang mencapai 3 juta jiwa tersebut, tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Seperti 2,5 juta jiwa di antaranya masih mendiami Pulau Lombok dan 500 ribu jiwa lainnya tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Sementara itu, Suku Sasak yang tinggal di Desa Sade sekitar 700 warga. Wah, ternyata banyak juga jumlah populasi Suku Sasak asli, ya SohIB?

Ada juga, lo arti unik nama suku ini berkaitan dengan Suku Sasak yang masih melestarikan adat istiadat nenek moyang mereka, yaitu Sasak berasal dari kata “sak sak” yang memiliki arti “satu-satu”. Yap, betul! Perempuan asli Suku Sasak dikenal pandai menenun yang membutuhkan ketekunan dalam menjalin benang “satu-satu”. Oleh karena itu, Desa Sade dikenal memiliki hasil kain tenun khas Lombok yang indah nan berarti.

Makna Sasak dengan Keahlian Menenun

Belajar Menenun di Desa Sade
Belajar Menenun di Desa Sade | Sumber: indonesia.travel

Setelah SohIB tahu arti makna Sasak yang artinya “satu-satu”, kita coba pelajari kaitannya dengan keahlian menenun, yuk! Jadi, kegiatan proses menenun di Suku Sasak ini disebut dengan sèsèk yang artinya “sesak” karena cara menenun khas suku ini dilakukan dengan cara memasukkan benang satu per satu atau sak sak, kemudian benang tersebut dirapatkan hingga sesak dan tak berongga. 

Agar benang yang dijalin dapat terbentuk menjadi kain, proses menenun juga ditambah dengan memukul-mukul alat tenun tradisional yang berbunyi sak sak yang dilakukan sebanyak dua kali. Itulah mengapa suku di Desa Sade dinamai Sasak karena berkaitan erat dengan keahlian menenun masyarakat perempuan di sana yang saat ini menjadi mata pencaharian. Sementara itu, mata pencaharian laki-laki di Desa Sade adalah bertani.

Sebagai ciri khas juga, masyarakat di Desa Sade ini sudah mengajari anak perempuannya belajar menenun sejak usia dini, sekitar usia 9 hingga 10 tahun. Karena menenun atau sèsèk ini merupakan keahlian memasukkan benang “satu-satu” dengan tekun, perempuan Suku Sasak yang sudah pandai menenun akan dikategorikan sebagai perempuan dewasa yang siap menikah.

Mengenal Sadranan, Kearifan Lokal Jawa Tengah

Kepercayaan dan Adat Istiadat Sasak

Adat Suku Sasak
Adat Suku Sasak | Sumber: saturadar.com

Masyarakat Suku Sasak ini memiliki kepercayaan yang beragam, lo SohIB. Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam dan sebagian lainnya ada yang menganut Budha, Hindu, animisme. Ada pula kepercayaan Wetu Telu yang dianut sejumlah 1% dan kepercayaan Boda yang dianut penduduk minoritas masyarakat Suku Sasak.

Lebih jelasnya, Wetu Telu merupakan kepercayaan Islam yang hanya menganut tiga rukun Islam, yaitu sebatas menjalani syahadat, salat, dan puasa. Kemudian, agama Boda merupakan kepercayaan kuno sebelum masuknya Islam ke tanah Lombok.

Yang menjadi keunikan bagi Suku Sasak adalah adat istiadat pernikahannya. Masyarakat Suku Sasak sudah biasa menikahkan anaknya minimal berusia 14 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki dengan orang yang berasal dari satu desa. Bahkan, di desa ini berlaku adat kawin lari jika laki-laki dan perempuan sudah saling suka dan setuju untuk menikah.

Tentunya, kawin lari yang disebut merarik ini dilakukan tetap dengan persetujuan orang tua laki-laki dan perempuan yang akan menikah serta melalui prosesi penghormatan kepada ketua adat sebelum melakukan pernikahan. Namun, merarik tersebut memang berisikan rangkaian adat dari menculik, menyembunyikan perempuan yang akan menjadi calon istrinya, hingga meminta izin kepada keluarga perempuan.

Keunikan Tradisi Lamaran dari Suku Pamona di Kabupaten Poso, Seperti Apa?

Rumah Adat dan Bahasa Sasak

Rumah Adat Suku Sasak
Rumah Adat Suku Sasak | Sumber: disbudpar.ntbprov.go.id

Tidak berhenti pada adat istiadatnya yang unik, Suku Sasak juga memiliki rumah adat yang begitu khas bernama balai tani dengan atap jerami dan tangga vertikalnya. Kemudian, ada lumbung yang merupakan tempat menyimpan persediaan padi bagi masyarakat Suku Sasak. Suku ini ternyata punya bahasa sendiri juga bernama bahasa Sasak yang hampir sama dengan bahasa Sumbawa dan Bali.

Bagi SohIB yang ingin berkunjung ke Desa Sade, jangan lupa merasakan pengalaman menenun bersama masyarakat di sana, berfoto dan mempelajari rumah adat, juga ngobrol dengan masyarakat Suku Sasak yang ramah dan masih melestarikan adat istiadatnya. Jangan lupa bagikan keseruan aktivitasmu di Desa Sade lewat media sosial sebagai bentuk mempromosikan pariwisata Indonesia, ya SohIB!