Meneladani Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara

Meneladani Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara | Sumber: silabus.web.id

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi 

Selamat Hari Pendidikan Nasional, SohIB! Sudah tahu kan, kalau tanggal 2 Mei setiap tahunnya, Indonesia memperingati Hardiknas? Betul sekali, hari peringatan pendidikan nasional ini, tentu tidak lepas dari tokoh hebat di belakangnya. Beliau adalah Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, yang memperjuangkan pendidikan untuk kemajuan Bangsa Indonesia.

Berawal dari mencintai pendidikan, Ki Hajar Dewantara rela menempuh perlintasan panjang demi pendidikan di Indonesia. Meskipun terlahir dari keluarga bangsawan, pahlawan yang memiliki nama kecil Raden Mas Suwardi Suryaningrat ini ternyata juga pernah diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, lo. Namun, dirinya dan dibantu teman tiga serangkainya, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang berbeda negara, justru belajar dan merangkai konsep pendidikan untuk Indonesia saat diasingkan di Belanda.

Lewat ketulusannya membangun fasilitas pendidikan di Indonesia untuk pribumi, Ki Hajar Dewantara kemudian diteguhkan sebagai Pahlawan Nasional pada 28 November 1959 melalui SK Presiden No. 305 Tahun 1959 oleh Presiden RI Soekarno.

Kira-kira semangat apa lagi yang dapat kita contoh dari pribadi Ki Hajar Dewantara, ya? Yuk, kita meneladaninya dari tulisan di bawah ini!

1. Cinta Kepada Pendidikan

Ki Hajar Dewantara sedang menulis
Ki Hajar Dewantara sedang menulis | Sumber: wikipedia

Sosok Ki Hajar Dewantara senantiasa melekat dengan sikap mencintai pendidikan. Maksud dari cinta tentu bukan suka biasa. Namun, Bapak Pendidikan Nasional ini memberikan semangat cinta kepada pendidikan dengan rela berkorban dan mengabdi untuk pendidikan Indonesia. Tekad beliau murni, belajar sungguh-sungguh bagi diri kemudian berbakti untuk memajukan peradaban bangsa lewat pendidikan dan menyadarkan pemerintah akan pentingnya pendidikan. 

Mengenal Malala Yousafzai, Gen Z Aktivis Pendidikan dan Peraih Nobel Termuda

2. Hidup Sederhana, Bercita-Cita Luar Biasa

Sikap teladan yang dapat kita contoh selanjutnya adalah hidup sederhana dan bercita-cita luar biasa. Semangat Ki Hajar Dewantara yang satu ini memiliki makna yang mendalam. Bagaimana tidak, lahir dari keluarga bangsawan Keraton Yogyakarta, tidak membuat Bapak Pendidikan Nasional yang memiliki arti nama pendidik yang tak tertandingi ini tidak terlena dengan fasilitas serta kemewahan yang ada. Justru sebaliknya, hak istimewa yang ada, digunakan Ki Hajar Dewantara untuk belajar dan menghasilkan ide cemerlang dalam bidang pendidikan masa kemerdekaan. 

3. Gigih Membela Keadilan

Ki Hajar Dewantara bersama rekan seperjuangannya
Ki Hajar Dewantara bersama rekan seperjuangannya | Sumber: wikipedia

Ketidakadilan masa penjajahan Kolonial Belanda membuat Ki Hajar Dewantara membangun kekuatan melalui organisasi dengan bergabung ke organisasi Boedi Oetomo. Perlawanannya tentu lewat dunia pendidikan. Ki Hajar Dewantara yang mendapat hak istimewa diperbolehkan belajar dari keluarga bangsawan, tetap berjuang untuk keadilan bersama kaum pemuda pribumi agar bisa melawan penindasan penjajah. 

4. Memanfaatkan Kesempitan untuk Keluasan Pendidikan 

Siapa bilang jika diasingkan itu benar-benar terasing dan mengalami kesedihan? Ki Hajar Dewantara saat diasingkan ke Belanda karena menulis kritik mengenai Pemerintahan Kolonial Belanda, justru memanfaatkan kesempitan kondisi untuk keluasan pendidikan bangsa. Beliau mematangkan konsep pendidikannya di sana sendiri. Kemudian disusul teman seperjuangannya, yaitu Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang juga diasingkan karena membuat tulisan bernada pembelaan terhadap Ki Hajar Dewantara.

Kembalinya ke tanah air pada September 1919, membuat Ki Hajar Dewantara makin semangat merealisasikan cita-cita tingginya untuk membangun fasilitas pendidikan dalam rangka kemerdekaan Indonesia. Dibantu, teman tiga serangkainya, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, pada tahun 1922 berdirilah sebuah perguruan bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa atau yang sering dikenal Sekolah Taman Siswa.

Pentingnya Pendidikan Karakter di Instansi Pendidikan

5. Sosok Guru Teladan yang Dirindukan

Ki Hajar Dewantara bersama murid-murid Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara bersama murid-murid Taman Siswa | Sumber: wikipedia

Tidak berhenti dalam membangun sekolah saja, Ki Hajar Dewantara juga memiliki semboyan mengabdi dalam bidang pendidikan yang tidak asing lagi ditelinga kita yaitu, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Tiga semboyan yang ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara membuat diri beliau menjadi sosok guru teladan yang dirindukan.

Ing ngarso sung tulodo memiliki arti seorang pendidik harus menjadi contoh dan panutan yang baik. Semangat ini dikenalkan Ki Hajar Dewantara untuk sama-sama mengingatkan kita agar senantiasa memberikan teladan baik untuk orang-orang di sekitar kita. Bukan hanya siswa, tetapi juga adik, teman, dan keluarga yang kita sayangi.

Ing madya mangun karso artinya seorang pendidik ada kalanya harus berada di tengah memberikan semangat dan ide kepada muridnya. Dalam konteks luas, pendidik bukan hanya seorang guru, tetapi juga kakak, orang tua, dan pembimbing.

Kemudian semboyan yang terakhir, yaitu tut wuri handayani memiliki makna seorang pendidik harus mampu berada di belakang untuk memberikan dorongan, tuntunan terus-menerus serta pengarahan yang baik. Ketiga semboyan ini menjadi pegangan kuat bagi pendidikan hingga Indonesia hampir genap berusia 78 tahun.

Selaras dengan semangat perjuangan pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara, Hari Pendidikan Nasional tahun 2023 ini memiliki tema “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar” yang diusung oleh Kementerian Pendidikan Budaya Republik Indonesia. Semoga pendidikan di Indonesia dapat terwujud sesuai visi misi pemerintah untuk melahirkan generasi yang cerdas berkarakter, adaptif dan tangguh yang diliputi dengan nuansa keceriaan pengajaran, ya SohIB!