Manfaatkan Media Digital, Sebarkan Kabar Baik Melalui Tulisan

Manfaatkan Media Digital, Sebarkan Kabar Baik Melalui Tulisan

Ilustrasi Menyebarkan Kabar Baik Melalui Tulisan I pexels.com (George Milton)

#SohIBBerkompetisiArtikel

Hai, SohIB! Pasti kamu sudah mengetahui, bukan? Pandemi Covid-19 berhasil mengubah pola hidup manusia. Kesulitan ekonomi menyebabkan banyaknya pekerja yang mengalami PHK. Kita dipaksa mempelajari digital demi keberlangsungan hidup. Kemudian, pebisnis yang tidak bisa bertahan, akhirnya gulung tikar.

Di sisi lain, perkembangan media justru mengalami peningkatan pesat akibat pandemi Covid-19. Pesatnya perkembangan digital juga menambah maraknya hoax semakin menyebar. Oleh karena itu, penulis memanfaatkan media digital sebagai penyebar kabar baik untuk memerangi hoax.

Apa saja fakta menarik mengenai media digital dalam beberapa tahun terakhir? Lalu, bagaimana cara menyebarkan kabar baik dengan media digital?

1. Dominasi Media Digital Terverifikasi

Ilustrasi Dominasi Media Digital I pexels.com (Kaboompics .com)

Berdasarkan data dari Dewan Pers, total 1.729 perusahaan media di Indonesia telah terverifikasi hingga akhir April 2023. Faktanya, media digital menjadi perusahaan media terbanyak yang berhasil terverifikasi dalam Data Perusahaan Pers Indonesia. Sebanyak 919 perusahaan media digital sudah terverifikasi secara administratif.

Ya, media telah beradaptasi dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir karena tuntutan persaingan yang semakin ketat akibat Covid-19. Perusahaan media kini meluncurkan aplikasi, demi kemudahan membaca pada masyarakat Indonesia. Namun, hal ini juga menunjukkan melonjaknya pesaing media digital.

2. Kepopuleran Membaca Berita Melalui Digital

Ilustrasi Kepopuleran Media Digital I pexels.com (fauxels)

Dari laporan Reuters Institute mengenai berita di Indonesia pada 2022, diketahui bahwa 88% sumber berita berasal dari media digital (termasuk media sosial). Hal ini menyatakan bahwa sumber berita dari media digital merupakan media terpopuler yang di akses masyarakat Indonesia. Lalu, diinformasikan pula bahwa 83% berita dibaca melalui smartphone.

Lho? Bagaimana dengan TV? Tenang saja, walaupun media digital paling populer, tetapi TV juga tetap digunakan sebagai sumber berita untuk warga yang tak bisa mengakses internet. Namun, masih ada PR yang harus dipecahkan, yaitu pengurangan berita hoax dan sensasional karena kepercayaan keseluruhan terhadap berita hanya 39% di Indonesia.

3. Penulis Cetak Menuju Digital

Ilustrasi Penulis Cetak Menuju Digital I pexels.com (Matheus Bertelli)

Peningkatan penggunaan media digital menjadi alasan penulis wajib belajar perangkat digital. Pembaca kini mayoritas menggunakan smartphone, komputer dan tablet untuk mengakses berita. Perusahaan media cetak sudah bertransformasi dari koran, akhirnya menciptakan web dan aplikasi.

Penulis juga sama, yang tadinya menerbitkan tulisan melalui media cetak. Sekarang penulis harus mampu menulis melalui web dan aplikasi, serta memahami SEO. Apalagi, peminat dunia kepenulisan makin meningkat karena banyaknya pengangguran.

Penulis lama yang tak bisa mengubah kebiasaan dari cetak menuju digital akan tergerus oleh penulis baru. Penulis menjadi salah satu profesi yang paling diminati karena bisa dikerjakan oleh semua orang yang mau belajar dan memiliki kemampuan terpendam.

4. Menyebarkan Kabar Baik Melalui Tulisan Menginspirasi

Ilustrasi Menulis Menginspirasi I pexels.com (Andrea Piacquadio)

Transformasi digital kini telah berhasil dimanfaatkan penulis untuk menyebarkan kabar baik. Ada banyak cara penyebaran kabar baik, salah satunya dengan membuat berita akurat atau menulis artikel menginspirasi. Artikel yang mampu membuat seseorang bangkit dari keterpurukan.

Berbagi tips dan trik mengenai kehidupan yang akan membantu banyak pembaca menghadapi kesulitan. Apalagi, berbagi pengalaman hidup bermanfaat yang saat ini juga sedang penulis sendiri lakukan. Menulis menjadi salah satu cara menolong orang dengan memberikan informasi pada para pembaca.

5. Tantangan Menulis Berdasarkan Fakta

Ilustrasi Pencarian Fakta I pexels.com (Leeloo Thefirst)

Tantangan terbesar bagi para penulis adalah menulis berdasarkan fakta. Terkadang, pada sebuah tulisan ada bagian yang sengaja dibuat sensasional. Namun, terlalu melebih-lebihkan, sehingga tak sesuai dengan fakta.

Adapula godaan lain, menulis hanya berdasarkan pemikiran pribadi atau berdasarkan data yang belum divalidasi. Padahal, sebuah tulisan yang baik harus berdasarkan fakta. Jika menulis sebuah opini, juga harus berdasarkan kenyataan. Bukan hanya menulis opini tanpa landasan teori. Kecuali, kamu menulis fiksi yang memang diperuntukkan menghibur orang.

Media digital memudahkan penulis menyebarkan hal yang positif. Yuk, perangi hoax dengan sebarkan kabar baik melalui tulisan menginspirasi!