Anak Muda, Saatnya Ambil Peranmu!

Anak Muda, Saatnya Ambil Peranmu!

Anak muda saatnya ambil peran I Pexel.com

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Pengangguran masih menjadi masalah yang terus berkelanjutan dinegara kita. Bahkan pengangguran ini menjangkiti generasi muda. Sebuah generasi yang katanya investasi masa depan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa lebih dari separuh pengangguran berusia 15-29 tahun pada Februari 2022. BPS mencatat, jumlah pengangguran dalam rentang usia tersebut mencapai 4,98 juta jiwa per Februari 2022, dari jumlah total pengangguran 8,4 juta jiwa.

Hal ini merupakan tamparan keras buat kita semua. Mengingat Indonesia akan menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada 2030. Seperti yang kita ketahui, bonus demografi adalah kondisi jumlah masyarakat usia produktif (15-64 tahun) lebih mendominasi dibandingkan usia non-produktif. Dominasi usia produktif harus bisa diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Karena jika sebaliknya, maka angka pengangguran akan terus berkelanjutan dari tahun ketahun. Bonus demografi ini menjadi sebuah tantangan yang apabila tidak mampu dimaksimalkan maka akan menjadi sebuah bencana demografi. Untuk itu, sebagai anak muda kita harus mulai kreatif membuat peluang. Belajar mencari solusi bukan hanya memaki-maki keadaan.

Belajar Paham Diri

Nadiem Makarim, Founder GO-JEK I Beritatrans.com
Nadiem Makarim, Founder Go-Jek I Beritatrans.com

 

Generasi muda yang merupakan investasi masa depan bangsa harusnya paham diri. Artinya mampu mengenal siapa dirinya, apa tujuan hidupnya, apa kekurangan dan kelebihannya serta mampu memaksimalkan potensi dirinya. Banyak pengangguran terdidik dinegara kita disebabkan karena mereka tak tahu apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus sekolah atau kuliah. Kebanyakan hanya mengikuti arus, yakni mencari lowongan pekerjaan. Padahal itu bukan satu-satunya jalan. Kita bisa menjadi pekerja mandiri (Indipendent worker) atau bahkan berbisnis. Untuk itu penting untuk kita mulai menemukan ‘lentera jiwa’. Lentera jiwa inilah yang akan memandu kita untuk terus belajar, sehingga nantinya akan membuat kita menjadi manusia yang berdaya. Kita ambil contoh GO-JEK, sebuah aplikasi karya anak bangsa yang memudahkan siapapun untuk melakukan pemesanan ojek via online. Inovasi ojek online ini dipelopori oleh Nadiem Makarim  Yang saat ini kita kenal sebangai Menteri Pendidikan Republik Indonesia. Atas inovasinya tersebut, Nadiem akhirnya bisa menolong dan membantu banyak masyarakat Indonesia. Sebelum membuat GO-JEK, Nadiem merupakan seorang pembelajar sejati. Terbukti ia melanglang buana untuk belajar, memperbaiki kualitas dirinya.  Dikutip dari gramedia.com, Nadiem merupakan lulusan Harvard University dengan gelar Master Bussiner of Administration atau MBA. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia pernah bekerja di perusahaan Mckinsey dan company yang merupakan sebuah perusahaan konsultan ternama yang belokasi di Jakarta. Setelah kurang lebih tiga tahun, ia kemudia bekerja sebagi co-founder serta Managing Editor di Zalora Indonesia. Setelah itu, Nadiem bekerja sebagi Chief Innovation Officer Kartuku. Tak ingin terpaku dizona nyaman, pada tahun 2011 Nadiem mendirikan perusahaan GO-JEK.

Belajar Paham Lingkungan

Ojek pangkalan
Suasana Ojek Pangkalan I Megapolitan.okezone.com

 

Setelah menemukan lentera jiwa, kita tidak boleh apatis terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi dinegeri ini. Seperti kata Najwa Shihab dalam bukunya yang berjudul Catatan Najwa, “Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk? Apa gunanya sekolah setinggi-tinggi, jika hanya perkaya diri dan sanak famili?”. Kata-kata itu mengajak kita sebagai anak muda untuk mulai berpikir apa yang bisa kita berikan untuk Negara, bukan apa yang bisa Negara berikan kepada kita. Muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana membangun kepedulian? Kepedulian tidak akan muncul jika kita tak pernah melihatnya sendiri. Untuk itu bersilaturahmilah, berjelajahlah dan berkunjunglah ke berbagai tempat didunia ini agar kepekaan kita terbangun. Kembali pada contoh GO-JEK, Nadiem Makarim mampu melihat masalah yang ada disekitarnya. Mulai dari ketersediaan transportasi ojek ini yang terlalu sedikit dibandingkan jenis transportasi lainnya. Ia juga menemukan kenyataan bahwa sebagian besar tukang ojek banyak menghabiskan waktunya untuk menunggu pelanggan. Padahal, untuk memperoleh penghasilan yang cukup, harus bisa mempunyai cukup banyak pelanggan. Tak hanya itu, dari sisi kemacetan Jakarta yang semakin parah, pastinya akan sangat dibutuhkan layanan transportasi cepat dan pengiriman yang cepat supaya bisa membantu masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Belajar Ambil Peran

ambil peran
Jangan takut ambil peranmu I Pexel.com

 

Setelah paham diri dan lingkungan, ambillah sebuah peran. Dengan potensi yang kita miliki, apa yang bisa kita selesaikan. Dikutip dari gramedia.com, ide awal Gojek diperoleh saat Nadiem berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem sendiri jarang menggunakan mobil karena mobilitasnya cukup tinggi. Sehingga ia pun sering menggunakan jasa ojek untuk mengantar ketempat kerjanya agar terhindar dari kemacetan dikota Jakarta. Saat itu, ia masih bekerja sebagi Chief Innovation Officer kartuku dan Co-Founder dan juga Managing Editor Zalora Indonesia. Dengan potesi yang dimiliki dan permasalahan yang dihadapinya, Nadiem mencoba mengambil peran dengan melihat peluang dalam membuat sebuah layanan yang dapat menghubungkan anatara pengemudi ojek dan pelanggannya.

Sebagai calon pemimpin bangsa ini, generasi muda harus mulai berani ambil peran. Mulailah belajar untuk terus meningkatkan kemampuan diri, cari masalah yang akan diselesaikan dengan kemampuan yang kita miliki, lalu beranilah ambil peran. Karena sebagai anak muda kita harus sadar bahwa didalam potensi yang hebat ada tanggungjawab yang besar. Jika banyak anak muda yang membunyai mindset seperti sosok Nadiem Makarim, maka generasi muda Indonesia tidak hanya mampu berdaya, tapi juga mampu memberdayakan orang-orang disekitarnya. Ketika penduduknya berdaya, maka mewujudkan negara berdaya bukanlah impian.