Langkah Sederhana Ibu Rumah Tangga untuk Dunia

Langkah Sederhana Ibu Rumah Tangga untuk Dunia

Berkarya untuk menjaga kesehatan mental

#SobatHebatIndonesiaBaik

#JadiKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

Sebagai ibu rumah tangga biasa, tak banyak yang kuketahui mengenai forum G20 Indonesia 2022. Namun setelah kubaca e-book G-20pedia secara online, aku pun mulai memahami dan mendapatkan jawabannya. G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) yang memiliki kelas pendapatan menengah hingga tinggi, negara berkembang hingga negara maju. Forum ini sangat penting karena mempresentasikan lebih dari 2/3 penduduk dunia, 75% perdagangan global dan 80% perdagangan dunia. Lalu, di antara berbagai isu yang dibahas, aku tertarik pada isu lingkungan sebagai salah satu isu non keuangan yang dibahas dalam Sherpa Track.

Walaupun aku bukan aktivis lingkungan, tapi aku cukup mengikuti pemberitaan mengenai isu-isu lingkungan. Mengapa? Karena aku cukup overthinking dengan kondisi bumi di masa depan. Bagaimana tidak overthinking, membaca prediksi suhu bumi akan meningkat dalam lima tahun mendatang pun sudah membuat takut. Apalagi, aku juga khawatir dengan wabah penyakit yang mungkin akan merebak suatu saat nanti seperti COVID-19. OMG, bagaimana kondisi bumi di masa depan? Akankah semakin terawat atau justru sebaliknya? Bagaimana nasib generasi anak-anakku menghadapi itu semua? Ah, kepalaku sungguh berisik karena pertanyaan-pertanyaan yang belum kuketahui jawabannya itu.  

Di sisi lain, aku juga menyadari bahwa overthinking tidaklah menyelesaikan masalah. Aku harus bergerak dan berbuat sesuatu. Lantas, berbekal pengalaman belajar dan berkarya selama hampir 11 tahun di Yogyakarta, aku pun melakukan upaya-upaya sederhana dalam rangka mengajak masyarakat untuk bangkit dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan demi menjaga kelestarian bumi. Harapannya, apa yang aku lakukan ini sejalan dengan tujuan forum G20 Indonesia 2022 maupun agenda masyarakat dunia yang tercantum dalam SDG's (Sustainable Development Goals).

  1. Bijak bermedia sosial

Ibu rumah tangga itu rawan mengalami insecure. Apabila tidak di-manage dengan baik, maka bisa saja menganggu kesehatan mentalnya. Seperti bola salju, apabila kesehatan mental terganggu, maka emosinya tidak stabil sehingga hubungannya dengan suami dan anak-anak dapat memburuk.

Bijak bermedia sosial itu penting
Bijak bermedia sosial itu penting I Canva (Getty Images)

Itulah yang terjadi denganku belum lama ini pasca meninggalkan kota yang kucintai yakni Yogyakarta. Aku merasa jenuh dan stres setelah pindah ke Bengkulu. Kejenuhan dan stres yang kualami itu pun berimbas pada labilnya emosiku. Apalagi, aku merasa kemampuan sosialku menurun karena tidak banyak sahabat yang kutemui selama ini karena aku harus menjaga kehamilan dan persalinan anak keduakku di tengah pandemi COVID-19 yang kian merebak kala itu. Belum selesai sampai di situ, aku juga terkadang merasa insecure ketika melihat pencapaian orang lain di media sosial yang juga sama-sama menjadi seorang ibu namun juga sukses berkarir. 

Di sisi lain, aku ingin pulih dan melanjutkan hidupku yang baru di Bengkulu. Lantas, aku pun kembali belajar dan berusaha keras menjadi ibu yang sehat secara fisik dan mental sehingga aku dapat menjalankan tugas dengan baik. Mulai dari memastikan kondisi rumah nyaman, memaksimalkan pelayanan terhadap suami serta yang terpenting adalah mendampingi tumbuh kembang anak-anak.

Setelah melewati fase itu, ada pelajaran berharga yang kupetik yakni kita memang harus memberi jeda atau melakukan hal-hal yang kita sukai di sela rutinitas kita. Bisa me-time dengan menonton drakor, berkebun, berolahraga, membaca buku hingga melakukan hobi lainnya. Yang penting bikin happy deh!

Aku pun juga sama. Aku melakukan hal-hal menyenangkan versi diriku sendiri, yakni mengembangkan karya yang kubangun di Yogyakarta untuk kulanjutkan di Bengkulu. Yang pertama, aku melanjutkan hobi menulisku. Kuisi lagi Blog-ku yang kurintis sejak Desember 2014 hingga suatu saat aku pun berencana untuk menerbitkan buku ke-11 yang berkolaborasi dengan penulis lainnya.

Selain menulis, aku juga membuat video untuk channel YouTube keluarga kami, yakni Araka Family. Channel ini kami buat pada 9 Oktober 2021 dengan memanfaatkan waktu selama di rumah saja. Kami pun berbagi banyak video kegiatan bermain dan belajar dengan anak, dunia kepenulisan, kegiatan sosial dan vlog liburan kami.

Belum lengkap rasanya, aku pun melanjutkan karyaku yang lainnya. Aku terjun ke lapangan dalam rangka menyalurkan donasi laptop Yasara Indonesia ke panti asuhan Kasih Sayang Bengkulu. Yasara Indonesia adalah komunitas sosial yang kudirikan pada 5 September 2015 di Yogyakarta. Hingga usianya yang sebentar lagi 7 tahun, YI telah menyalurkan Rp 389.239.700 untuk 117 dhuafa sakit, 234 siswa SD/SMP/SMA kurang mampu,  218 anak yatim/piatu non panti hingga menyalurkan 12 laptop untuk 12 panti asuhan di berbagai daerah di Indonesia.

Menyalurkan laptop ke Panti Asuhan Kasabeng (Kasih Sayang Bengkulu) I Dok.pribadi

Itulah caraku untuk pulih dari rasa insecure maupun bangkit selama pandemi COVID-19. Jadi, kita memang harus berpikir lebih sederhana dan tidak overthinking terhadap masa depan. Kita hanya perlu melakukan sesuatu secara utuh, mengapresiasi setiap progres, dan menjaga diri dari gempuran visualisasi dan konten media sosial yang penuh ingar-bingar. Selain itu, perbanyak syukur dan jangan lupa pula untuk memberi jeda hingga melakukan hal-hal positif/kreatif yang membuat kita bahagia.

  1. Bijak Berkonsumsi

Timbulnya keinginan untuk mengurangi sampah kemasan yang dihasilkan dari pemakaian skincare membuatku tergerak untuk menerapkan skinimalism. Mengutip dari Lyfe with Less, berdasarkan Cosmetic Packaging Market Research (Growth, Trends and Forecasts 2020-2025), hampir 50% sampah plastik berasal dari kemasan produk kecantikan.

Sampah yang terus menggunung I Pexels (Tom Fisk)

Ngeri banget, kan? Atas dasar itulah, aku jadi tergerak untuk tidak impulsif dan berganti-ganti skincare lagi. Alhasil, jika dulu aku menerapkan empat step dalam skincare-an, kini aku hanya menerapkan 2 step saja. Aku tidak lagi menggunakan toner, serum maupun krim pagi/malam. Kini, aku meringkas rutinitas kecantikanku hanya dengan cleanser, moisturizer dan face wash.

Skinimalism dapat mengurangi jumlah sampah I Canva (Danah Pascual) 

Selain itu, aku juga menyadari bahwa menjamurnya brand-brand kosmetik di Indonesia pastilah berbanding lurus dengan jumlah sampah, jejak karbon, hingga pola masyarakat dalam mengonsumsi produk-produk kecantikan tersebut. Maka sebagai wanita dan ibu rumah tangga, aku ingin berbagi pengingat bahwa kita harus bijak dalam memilah, memilih dan merespon setiap stimulus konsumsi karena tanggung jawab akan pelestarian lingkungan bukan hanya diemban oleh produsen namun juga kita sebagai konsumen.

Itulah dua hal sederhana yang aku lakukan selama ini. Sejalan dengan gambar gunungan dan motif batik kawung yang terdapat pada logo G20 Indonesia 2022, aku ingin mengajak teman-teman semua untuk bangkit dan bersemangat dalam menebar kebermanfaatan hingga senantiasa menjaga bumi tercinta kita. Apalagi di era sekarang ini, dengan the power of scroll, click dan swipe, ajakan pesan yang kita sampaikan dapat menjangkau banyak orang sehingga harapannya akan semakin banyak hati yang juga tergerak untuk bangkit bersama dan turut aktif menjaga kelestarian bumi ini. Let’s build a better future together!