Menengok Komitmen Negara G20 dalam Menangani Masalah Lingkungan

Menengok Komitmen Negara G20 dalam Menangani Masalah Lingkungan

Komitmen Presidensi G20 Indonesia dalam Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim | Sumber: www.g20.org

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Dunia di masa depan akan menghadapi tantangan yang lebih berat akibat semakin parahnya kerusakan lingkungan. Untuk itu, isu lingkungan menjadi masalah prioritas yang dibahas dalam Presidensi G20 di samping pemulihan ekonomi.

Salah satu kelompok kerja dalam Presidensi Indonesia di G20, Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG), membahas isu-isu pembangunan terkait lingkungan hidup dan pengendalian iklim. Melalui pertemuan ini, negara-negara G20 menyatukan komitmen dalam menjawab berbagai permasalahan lingkungan.

Kira-kira, apa saja masalah lingkungan yang menjadi pembahasan Presidensi G20? Lalu, bagaimana komitmen negara G20 dalam menangani masalah lingkungan tersebut? Berikut ini jawaban yang telah dirangkum dari pertemuan EDM-CSWG. Simak baik-baik, ya!

1. Degradasi Lahan

Presidensi G20 berkomitmen mengurangi degradasi lahan
Presidensi G20 berkomitmen untuk mengurangi degradasi lahan. | Sumber: Freepik (wirestock)

Apakah daerah tempat tinggalmu sering kebanjiran saat musim hujan? Jika iya, artinya degradasi lahan sudah meluas di sekitarmu.

Aktivitas pertanian, deforestasi, dan pembangunan perumahan merupakan penyebab degradasi lahan. Menanggapi persoalan ini, Presidensi G20 kembali menekankan komitmen setiap negara dalam mencapai target pengurangan 50 persen lahan terdegradasi pada tahun 2040 sesuai dengan Global Initiative yang telah dicanangkan sejak tahun 2020.

2. Hilangnya Keanekaragaman Hayati

Hilangnya keanekaragaman hayati menjadi pembahasan Presidensi G20
Presidensi G20 berkomitmen untuk menahan dan membalikkan laju biodiversity loss. | Sumber: Freepik (wirestock)

Satwa endemik asli Indonesia, Harimau Jawa, ternyata sudah punah, lo! Tidak hanya itu, di masa mendatang, kita diprediksikan akan kehilangan sekitar 1 juta spesies flora dan fauna menurut laporan terbaru Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) tahun 2019.

Melalui Presidensi G20, Indonesia mengajak setiap negara berkomitmen untuk menahan dan membalikkan laju biodiversity loss (hilangnya keanekaragaman hayati) dengan aksi nasional dan kerja sama multilateral. Salah satu langkahnya adalah kerja sama riset oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam penyelamatan biodiversitas.

Baca Juga: Dibutuhkan Teknologi Untuk Penghijauan Lingkungan Secara Global

3. Ketersediaan dan Kualitas Air

Presidensi G20 berkomitmen melakukan pengelolaan air berkelanjutan
Presidensi G20 berkomitmen melakukan pengelolaan sumber daya air berkelanjutan | Sumber: Freepik (freepik)

Selain banjir dan tanah longsor, bencana kekeringan juga semakin marak terjadi. Coba bayangkan bagaimana kehidupan jika tidak ada air? Bukan hanya flora fauna, kita pun bisa punah kalau nggak ada air. Deforestasi dalam skala luas telah menghilangkan sumber air tanah. Karenanya, ketersediaan air semakin menipis. Kualitasnya pun semakin memburuk akibat polusi.

Maka dari itu, pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan menjadi pembahasan dalam Presidensi G20. Negara-negara G20 berkomitmen melakukan efisiensi sumber daya air di seluruh sektor sekaligus mengupayakan sanitasi dan air bersih. Selanjutnya, mereka akan saling bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan teknologi dalam pengelolaan air.

4. Limbah dan Konsumerisme

G20 melakukan efisiensi sumberdaya untuk mengurangi limbah
Presidensi G20 berkomitmen melakukan efisiensi sumber daya dan ekonomi sirkular untuk mengurangi limbah. | Sumber: Pixabay (pexels)

Limbah adalah efek negatif dari modernisasi. Dari sekian banyak industri yang ada di dunia, pernahkah kamu membayangkan berapa banyak limbah yang mereka hasilkan?

Limbah yang tidak dikelola dengan baik tentu bisa membahayakan kehidupan. Selain itu, konsumsi yang tidak bertanggung jawab atau konsumerisme juga menjadi penyumbang limbah.

Menyoroti masalah ini, pertemuan G20 menyertakan perihal efisiensi sumber daya dan ekonomi sirkular dalam kerangka konsumsi dan produksi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari komitmen negara G20 dalam menangani masalah lingkungan yang satu ini.

5. Sampah Laut

Sampah laut menjadi pembahasan G20
Presidensi G20 berkomitmen untuk mengatasi masalah sampah laut. | Sumber: Pixabay (A_Different_Perspective)

Siapa yang masih membuang sampah sembarangan? Jangan diulangi lagi, ya! Meskipun tinggal di darat, sampah yang kamu buang bisa sampai ke lautan lepas, lo! Rendahnya pengelolaan sampah berakibat pada menumpuknya sampah di lautan. National Geographic melaporkan ada sekitar 150 juta metrik ton sampah yang terakumulasi di laut.

Selain membahayakan kehidupan bawah laut, sampah juga bisa menjadi sumber konflik antarnegara. Karenanya, Presidensi G20 menyadarkan setiap negara untuk menyatukan komitmen dan bersinergi dalam mengatasi sampah laut melalui pendekatan ekonomi sirkular dan penggunaan plastik berkelanjutan.

6. Kerusakan Ekosistem Laut

G20 membahas masalah kerusakan ekosistem laut
Presidensi G20 berkomitmen melakukan konservasi laut dengan merestorasi ekosistem maritim. | Sumber: Pexels (7inchs)

Belum selesai dengan masalah sampah, IUU fishing atau tindakan penangkapan ikan secara ilegal dan tidak sesuai aturan juga masih menjadi tantangan dalam menjaga ekosistem maritim. Karena IUU fishing, dunia kehilangan sekitar 11–26 juta ton sumber daya perikanan menurut FAO.

Eksploitasi berlebihan selain merugikan negara, juga bisa menyebabkan kerusakan lingkungan. Makanya, nggak heran kalau Ibu Susi langsung menenggelamkan kapal yang menangkap ikan secara ilegal!

Karena itu, konservasi laut yang difokuskan pada restorasi ekosistem maritim dan blue economy menjadi pembahasan dalam Presidensi G20. Indonesia bersama negara lainnya berkomitmen untuk mengembalikan kelestarian terumbu karang dan memperkuat regulasi IUU fishing.

Baca Juga: Gaya Hidup Berkelanjutan: Gaya Hidup Masa Kini untuk Masa Depan yang Lestari

7. Perubahan Iklim

Presidensi G20 berkomitmen mengatasi perubahan iklim
Presidensi G20 mendukung penanganan perubahan iklim dengan transisi energi berkelanjutan. | Sumber: Pexels (Guillaume Falco)

Setuju nggak kalau akhir-akhir ini suhu udara semakin panas? Meningkatnya suhu udara global merupakan salah satu gejala perubahan iklim. WHO memperkirakan perubahan iklim antara tahun 2030 dan 2050 akan menelan sekitar 250 ribu jiwa per tahun. Kegawatan masalah perubahan iklim dibahas dalam EDM-CSWG Presidensi G20.

Melalui forum ini, negara G20 berkomitmen untuk mendukung penanganan perubahan iklim dengan mendorong transisi energi berkelanjutan. Sebagai pemimpin, Indonesia memberikan contoh baik dengan menunjukkan komitmennya untuk mengurangi emisi global sebesar 30 persen di tahun 2030 pada saat menyampaikan dokumen Updated Nationally Determined Contribution (Updated NDC).

Sudah tak terhitung berapa banyak pertemuan internasional yang telah dilaksanakan untuk membahas isu-isu lingkungan. Harapannya, Presidensi G20 menjadi langkah nyata Indonesia dan juga negara-negara di dunia untuk membangkitkan kepeduliannya terhadap masalah kerusakan lingkungan. Semoga kerangka kerja dan komitmen negara G20 dalam menangani masalah lingkungan yang ada dapat segera direalisasikan, ya!

Masih banyak informasi menarik dan bermanfaat lainnya yang bisa kamu baca di sohib.indonesiabaik.id. So, jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel lainnya! Kamu juga bisa bergabung di komunitas SohIB yang akan memberikan berbagai webinar terkait upskilling dan self improvement. Kuy, gabung sekarang juga!

Editor: Fria Sumitro