Keunikan Tradisi Pesta Panen dari Berbagai Suku di Indonesia, Apa Saja?

Keunikan Tradisi Pesta Panen dari Berbagai Suku di Indonesia, Apa Saja?

Perayaan Pesta Panen di Indonesia | antarafoto

Mungkin kebanyakan dari kawan SohIB telah mengetahui bahwa pesta panen merupakan salah satu Tradisi yang dilakukan sejak dahulu oleh suatu kelompok masyarakat atau suku di Indonesia, yang umumnya dilaksanakan setelah panen padi atau tumbuhan lainnya. Kata panen sendiri memiliki arti pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang.

Sedangkan Tradisi merupakan kebiasaan yang telah dilakukan sejak para leluhur ada, dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat atau suku pada suatu negara. Setiap suku di Indonesia memiliki cara unik masing-masing untuk merayakan pesta panen, mulai dari prosesi adat dan ritual, ibadah, hingga menyiapkan makanan besar untuk dinikmati secara bersama-sama.

Nah, kira-kira suku apa saja yang merayakan pesta panen sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan? Simak penjelasan berikut!

1. Padungku dari Suku Pamona

Perayaan Padungku di Kabupaten Poso | Indonesianall

Padungku merupakan warisan tradisi suku Pamona yang awalnya dilaksanakan ketika panen padi telah selesai. Padungku memiliki arti yaitu penuntasan atau penertiban. Jika sebuah desa diumumkan mengadakan padungku, maka dipahami bahwa masa panen padi di wilayah tersebut sudah selesai.

Bentuk acaranya terdiri dari ibadah, di mana masing-masing keluarga membawa “kabuya ndaya” (persembahan syukur) dari hasil panen tersebut kepada gereja, lalu dilanjutkan dengan makan bersama pada sore hari di balai desa atau baruga. Jadwal pelaksanaan Padungku pada sebuah  desa diatur oleh pihak pemerintah yang koordinasi dengan pihak Asosiasi Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST).

2. Tradisi Wiwitan dari Suku Jawa

Tradisi Wiwitan di Daerah Yogyakarta | Jogjacultural

Tradisi wiwitan merupakan salah satu ritual slametan yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Jawa. Wiwitan berasal dari kata wiwit dalam Bahasa Jawa yang berarti mulai atau mula-mula. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur kepada Dewi Sri sebagai hasil panen yang telah diberikan.

Pada hari puncak pelaksanaan tradisi wiwitan, masyarakat mulai mempersiapkan ubo rampe, makanan dalam jumlah banyak, dan perlengkapan lainnya. Adapun makanan akan dibawa menuju ke sawah, dan pemilik sawah membuat tempat sesaji.

Setelah tempat sesaji selesai dibuat, kemudian ubo rampe diletakkan, selanjutnya sesi pembacaan doa. Setalah berdoa bersama, makanan dibagikan kepada peserta wiwitan. Pada acara puncak, mereka akan melakukan pemasangan umbul-umbul dan diakhiri dengan pemotongan padi.

3. Pesta Rondang Bittang dari Suku Batak Simalungun

Pesta Rondang Bittang di daerah Simalungun | bpan.aman.or.id

Masyarakat suku Batak Simalungun di Sumatera Utara memiliki pesta budaya yang setiap tahun dilaksanakan yakni "Pesta Rondang Bittang" (PRB), yang berarti ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen. Rondang Bittang sendiri memiliki arti "terang benderang", yang berasal dari kata rondang yang berarti terang, benderang, atau melebihi terang yang biasa.

Namun, kegiatan ini lebih diperuntukan bagi kaum muda-mudi dan dilaksanakan pada saat terang bulan. Pada Pesta Rondang Bittang, masyarakat dari masing-masing kecamatan akan mempersembahkan hasil pertanian mereka yang berkualitas baik untuk diperlihatkan dalam pesta itu. Selanjutnya ditutup dengan acara makanan tradisi, yaitu ayam masak dicampur perasan kulit kayu, jahe, dan cabai rawit.

4. Tradisi Mappadendang dari Suku Bugis

Prosesi Menumbuk Padi pada Tradisi Mappadendang | anon-rr19

Mappadendang adalah kegiatan mengolah padi menjadi beras dengan cara tradisional khas suku Bugis, yaitu ditumbuk menggunakan alu’ (semacam tongkat besar yang terbuat dari bambu) di atas lesung. Proses seperti tadi awalnya dilakukan jauh sebelum adanya mesin giling padi modern seperti di masa sekarang.

Mappadendang sendiri merupakan suatu acara yang diadakan secara besar-besaran. Biasanya dilaksanakan setelah panen raya saat waktu memasuki musim kemarau pada malam hari saat bulan purnama.Tradisi Mappadendang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Suku Bugis kepada Tuhan YME atas rezeki berupa hasil panen yang dianugerahkan kepada mereka.

5. Ritual Naik Dango dari Suku Dayak

Ritual Naik Dango dari Suku Dayak | Kompasiana

Upacara adat Naik Dango menjadi ritual tahunan yang dilaksanakan oleh suku Dayak Kanayatn di daerah Kalimantan Barat setelah masa panen. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali pada tanggal 27 April. Ritual ini dilaksanakan di rumah betang, yaitu rumah adat khas Suku Dayak.

Upacara adat Naik Dango memiliki tujuan untuk menghaturkan rasa syukur terhadap Nek Jubata atau Sang Pencipta atas berkah berupa hasil panen padi. Selain itu, Naik Dango juga memiliki maksud sebagai permohonan agar hasil panen di tahun berikutnya lebih melimpah dari tahun sebelumnya.

Itu tadi 5 suku di Indonesia yang memiliki perayaan pesta panen sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apakah kawan SohIB berasal dari salah satu suku di atas? Apapun tradisi yang kita punya, tetaplah mengucap syukur atas nikmat yang tiada tara sebagai jati diri bangsa Indonesia.

Sumber: regional.kompas.com | travel.okezone.com | daerah.sindonews.com | mosintuwu | id.theasianparents