Keunikan Tradisi Lamaran dari Suku Pamona di Kabupaten Poso, Seperti Apa?

Keunikan Tradisi Lamaran dari Suku Pamona di Kabupaten Poso, Seperti Apa?

Tradisi Lamaran Suku Pamona | Facebook (Sepriyana Golontalo)

Berbicara mengenai lamaran atau peminangan, kita dapat memahami bahwa hal tersebut merupakan salah satu bagian dari prosesi pernikahan. Secara umum, lamaran merupakan acara di mana calon mempelai pria akan meminta calon mempelai wanita untuk menerima permintaannya sebagai pendamping hidup, yang Jika diterima akan menandai dimulainya tahap pertunangan bagi mereka.

Prosesi lamaran banyak dilakukan hampir di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Akan tetapi, terdapat satu perbedaan antara prosesi lamaran di negara lain, dan Indonesia yaitu lamaran dengan sentuhan adat-istiadat. Tentu kawan SohIB mungkin lebih familier dengan prosesi lamaran adat suku Jawa, Sunda, Betawi, dan suku-suku lainnya.

Namun, ada salah satu suku di Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri pada prosesi lamarannya lho. Suku yang dimaksud adalah suku Pamona yang berada di daerah kabupaten Poso, provinsi Sulawesi Tengah. Sebagai salah satu suku yang tetap mempertahankan tradisi dan budaya, suku Pamona juga tetap mempertahankan prosesi lamaran hingga pernikahan dengan adatnya, yang disebut dengan Mantende Mamongo.

Selain mengandung makna dan filosofi, keunikan yang dimiliki oleh tradisi lamaran suku Pamona atau Mantende Mamongo juga memiliki ciri khas. Apa saja? Kawan SohIB dapat melihat penjelasan berikut ini.

1. Wajib Menggunakan Pakain Adat

Proses membuka pinangan | Facebook (Sepriyana Golontalo)

Bagi suku Pamona, penggunaan pakaian adat merupakan hal yang wajib dalam setiap prosesi ritual atau upacara adat. Mulai dari calon mempelai (khususnya calon mempelai wanita), orang tua calon mempelai, ketua adat, hingga dewan adat akan menggunakan pakaiannya masing-masing.

Terdapat tujuh buah pilar utama pada pakaian adat suku Pamona, seperti pada pakaian adat wanita terdiri atas hiasan pada bagian dada menyerupai baki, ornamen pada dada berbentuk daun yang memutar ke arah leher dan berbentuk lingkaran kecil yang berada pada posisi dalam baki. sementara itu, untuk pakaian pria terdiri atas hiasan di bagian kerah leher dengan hiasan batu-batu permata, ornamen yang melingkar di bawah kerah baju membentuk sebuah bulatan kecil searah dada hingga bagian kiri, kemudian turun ke arah pinggang dengan hiasan membentuk huruf M dengan ornamen tali.

Untuk pakaian adat pria, hiasan bagian dada memiliki ornamen bintang yang sedikit tertutup dengan kain sarung yang diposisikan melingkari bahu sebelah kiri, turun ke arah pinggang bagian kanan.

2. Peminangan Identik dengan buah Pinang dan Daun Sirih

Buah Pinang dan Daun Sirih | astagadragon

Buah pinang atau Wua Wamongo merupakan salah satu isi dari bungkusan lamaran yang wajib ada. Buah pinang yang digunakan hanya yang berbentuk lonjong dan berjumlah tujuh buah. Adapun buah pinang yang dipakai harus dalam kondisi utuh dan lengkap dengan penutupnya. Buah pinang dimaknai sebagai gambaran jantung manusia (condong kepada si mempelai pria).

Makna yang dipresentasikan sangatlah dalam, yaitu pihak dari calon mempelai pria yang akan melamar dengan alasan rasa cinta kepada si wanita. Oleh karena itu, memberikan jantung merupakan bukti yang sangat nyata akan keseriusannya. 

3. Nasihat berupa Syair Berbahasa Pamona

Syair pada Kertas | Unsplash (Alvaro Serrano)

Kayori atau syair-syair berbahasa Pamona tersebut akan diucapkan oleh ketua adat yang menandakan bahwa acara telah selesai dengan baik dan lancar. Syair yang dimaksudkan adalah makna tentang cerminan kebahagiaan dari kedua keluarga calon mempelai atas selesainya acara pelamaran.

Hal tersebut dinyatakan sah untuk lanjut kejenjang pernikahan nantinya. Pada bagian ini dapat diketahui tentang adanya nilai romantisme atau kasih sayang, yang merupakan nilai yang  erat dengan nilai kesadaran akan keyakinan.

4. Lamaran Menggunakan Kalung Emas

Kalung Emas untuk Calon Mempelai Wanita | bukalapak.com

Kalung merupakan salah satu benda yang digunakan dengan cara dikait pada kedua bagian ujungnya,sehingga kemnudian diangggap menjadi simbol ikatan atau penyatuan kedua calon mempelai. Kalung emas yang dipasangkan dileher calon mempelai perempuan memiliki makna bahwa mempelai perempuan tersebut telah terikat oleh pertunangan dengan mempelai pria yang akan menikahinya, sehingga calon mempelai perempuan nanti tidak perkenankan berhubungan atau menerima lamaran dari pihak laki-laki manapun.

Nah, SohIB, kalian sudah tahukan keunikan apa saja yang menjadi ciri khas dari tradisi lamaran suku Pamona? Ternyata Indonesia memiliki beragam budaya yang harus kita lestarikan bagi generasi berikutnya nih. Jangan karena ikut arus modernisasi, malah membuat kita lupa akan tradisi kita. Tetap semangat dan selalu bangga akan identitas kita, Good luck!

Referensi: ejournal.umm.ac.id Wikipedia | neliti.com