Kalau Bukan yang Muda, Siapa Lagi?

Kalau Bukan yang Muda, Siapa Lagi?

Pemuda sebagai Generasi Penerus Bangsa | Kompasiana (Media Informatif)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Tahun semakin bertambah, zaman semakin berubah itulah kenyataannya. Peran yang muda sangat dibutuhkan dalam hal apapun, karena dipercaya akan lebih tangkap dalam menguasai berbagai lingkup kehidupan baik dari segi teknologi, ekonomi, sosial, dan lainnya. Bukan bermaksud menyepelekan yang tua, tapi semua itu ada batasnya bukan? Jika generasi muda sekarang tidak diizinkan untuk ikut serta dalam berinovasi terutama untuk negeri tercinta ini "Indonesia", bagaimana hal yang terjadi untuk kedepannya, sementara yang kita tahu penerus masa depan ialah generasi muda.

Salah satu artikel yang dimuat dalam Disperkimta, menyatakan pemuda merupakan suatu potensi bagi negara sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Tentunya hal tersebut benar sekali adanya, maka dari itu perlu diberikannya kesempatan kepada generasi muda sekarang untuk mencoba menuangkan ide emasnya, sehingga ide yang ada di kepala mereka tidak terbuang sia-sia begitu saja.

Ilustrasi Pelatihan | Markshare (marksharetraining.co.id)

Pelatihan seminar semacamnya perlu banyak diadakan di setiap daerah Indonesia khususnya daerah 3T (Tertinggal, terdepan, terluar) karena dengan hal tersebut kita bisa tahu sebesar apa potensi yang dimiliki generasi muda disana, dan tidak menutup kemungkinan mereka akan senang dengan adanya perhatian seperti ini. Timbal balik yang positif akan sangat dirasakan bagi penyelenggara dan khususnya generasi muda jika tercapainya hasil yang diinginkan. Seperti yang tertulis dalam artikel Kompasiana, yang berjudul "Kunci Sukses Mencapai Tujuan adalah Perencanaan yang Baik.”

Tapi sayangnya kalau dilihat dari segi pengimplementasian, masih banyak sekali pelatihan semacamnya yang benar-benar kurang ekstra dalam sosialisasinya, tanda kutip berarti tanggung dalam penyebaran informasi yang diberikan, hanya beberapa kalangan saja yang dikhususkan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Sebagai contoh sering ditemui dalam lomba seperti kepenulisan yang hanya mengkhususkan peserta yang ikut ialah mahasiswa saja, padahal banyak diluar sana selain mahasiswa yang memiliki potensi besar untuk berkesempatan agar menang juga.

Jika yang menjadi alasan yaitu belum adanya pemahaman karena faktor kurangnya umur, tapi bagaimana dengan generasi muda diluar sana yang sama usianya dengan mahasiswa, rata-rata yaitu dengan rentang usia 19 keatas. Apakah harus menjadi mahasiswa, baru boleh mengikuti lomba? Memang pasti ada pasarnya tersendiri seperti kategori umum, mahasiswa, SMA dan lain-lain. Tapi alangkah baiknya yang harus menjadi perhatian perlu adanya kesetaraan untuk berkesempatan ikut menunjukkan bakatnya.

Kesulitan Kuliah | Pxhere (Creative Common)

Seperti data yang diberikan dalam artikel Detikedu menyatakan bahwa, “Setiap tahun 3,7 Juta pelajar lulus SMA, hanya 1,8 Juta yang bisa kuliah.” Ini menandakan masih banyak sekali generasi muda yang belum terlihat batang hidungnya di negara kepulauan ini karena mungkin ada kendala atau kesulitan dalam finansial, tidak adanya akses atau hal lain apapun yang menghambat kemajuan generasi muda.

Jika dari segi sosialisasi sudah diterapkan dengan bagus, maka akan lebih mudah untuk pengaksesannya. Tetapi yang mengherankannya, juga ada dari sisi peserta atau generasi mudalah yang tidak peduli akan hal ini, menjadikan tidak dapat terealisasinya harapan untuk generasi mudalah yang menjadi penerus bangsa. Kemalasan menjadi salah satu alasannya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh MajalahTimes dalam artikel yang dimuat oleh Republika menyatakan generasi milenial adalah generasi rebahan. Mengapa dikatakan seperti itu? Salah satu faktornya adalah tidak minatnya anak zaman sekarang terhadap suatu hal yang memerlukan pikiran. Maksudnya disini anak muda sekarang lebih menyukai hal yang instan atau cepat saja, mereka hanya ingin memakai saja tanpa ingin mengetahui bagaimana cara membuat atau media yang dipakai itu bisa ada, mereka tidak mempedulikan hal tersebut.

Pengguna TikTok | PMB BRIN (pmb.brin.go.id)

Banyak dijumpai sekarang dalam penggunaan media sosial seperti TikTok. Salah satu artikel Sindonews Sindonews menyatakan bahwa pengguna TikTok di Indonesia didominasi generasi Z dan Y. Ini merupakan suatu hal yang harus diapresiasi, bagaimana tidak? Ini menandakan populasi di negara Indonesia khususnya anak muda sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teknologi, karena memang anak muda zaman sekarang akan lebih cepat menangkap dan melakukan hal yang berbau trend atau terkini. Tapi sayangnya diantara mereka, tidak semuanya dapat ataupun mau melakukan hal yang positif, walaupun mereka tau hal yang dilakukan tersebut adalah salah dan berdampak negatif terhadap dirinya sendiri juga orang yang terpengaruh olehnya.

Solusi yang perlu dilakukan adalah adanya keseimbangan juga kepercayaan antara pihak yang berwenang seperti penyelenggara dan generasi muda itu sendiri. Perlu diingat! Masa depan yang cerah untuk Indonesia ada ditangan kita sendiri tidak lain ialah generasi muda, kalau bukan kita siapa lagi? Mengandalkan bapak ibu pejabat yang sudah berumur atau siapa? Itu tidak benar, saatnya generasi mudalah yang bergerak. Ketika sikap berani memulai ditanamkan sedari kecil itu akan sangat bermanfaat sekali untuk dewasa kelak, menjadi poin plus untuk mengejar ketinggalan Indonesia dari sektor manapun di antara negara maju.

Kalau dilihat negara maju seperti Jepang lebih mementingkan generasi mudanya lah yang melakukan suatu hal apapun, karena mereka tahu generasi muda yang menjadi kunci untuk kemajuan bangsa kedepannya. Dikutip dari Kompas, Jepang suka dengan tenaga kerja muda khususnya Indonesia. Hal seperti ini yang perlu dicontoh oleh Indonesia untuk kebaikan bangsa ini sendiri, tidak peduli seberapa sulitnya di hari sekarang ataupun nanti, generasi mudalah yang akan tetap melakukan perubahan untuk Indonesia menjadi negara maju yang lebih dikenal, dihargai, dan dijadikan panutan oleh negara lain.

Generasi Muda | Kompasiana (Media Informatif)

Generasi muda yang unggul bagaikan investasi untuk masa depan khususnya Indonesia, diperlukannya baik soft skill juga hard skill untuk mewujudkan visi misi negara ini. Adanya kemampuan tersebut tidak bisa datang begitu saja, perlu adanya pelatihan juga kemauan dari diri sendiri terlebih dahulu, kalau sudah seperti itu akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Negara perlu mengerahkan atau memfasilitasi lebih banyak lagi akses untuk menjadikan sumber daya manusia yang maksimal, yang tentunya di Indonesia sebenarnya masih banyak potensi dari anak muda yang belum terlihat di mata dunia luar sana.

Penanaman hal baik oleh orang yang lebih tua kepada anak cucunya akan bercermin atau bisa dilihat kedepannya begitu juga sebaliknya, sama halnya seperti pepatah yang mengatakan "Apa yang ditabur itulah yang dituai." Jika itu memang kebaikan maka wujudkanlah, bukan berfokus kepada siapa yang menerima hasil tersebut, tetapi bagaimana caranya sebisa mungkin untuk melakukan hal positif dalam setiap perjalanannya, karena ada satu quote berkata, "Ada yang lebih penting dari hasil, yaitu sebuah proses.”