Masih Perlukah Jurnalis Profesional pada Era Digital ?

Masih Perlukah Jurnalis Profesional pada Era Digital ?

Beginilah tampilan orang-orang yang biasanya bekerja sebagai jurnalis | Sumber: Pexels (Redrecords@)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi

Pernah gak, SohIB mendengar ungkapan bahwa semua orang dapat menjadi jurnalis? Ungkapan tersebut benar adanya, lo. Kehadiran New Media memang merubah banyak hal. Orang-orang tidak hanya menerima informasi, tetapi juga bisa menyebarluaskan yang mereka dapatkan.

Membaca koran tidak lagi identik dengan membuka lembaran kertas karena e-news menjadi gaya baru. Setiap orang dapat menjadi jurnalis meskipun tidak memiliki latar belakang keilmuan yang linier dan tidak bekerja dalam lembaga pemberitaan. Media untuk penyebaran informasi pun cukup mudah, informasi yang ada dapat dibagikan melalui berbagai kanal, seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan banyak lagi. Semua itu dapat menjadi medium penyampaian informasi. Pesatnya perkembangan teknologi inilah yang membuat citizen journalism lahir.

Angka pengguna media sosial di Indonesia cukup fantastis. Dilansir dari dataindonesia.id, jumlah social media user di Indonesia mencapai 191 juta pada tahun 2022 ini. Lebih detailnya lagi, terjadi peningkatan sebanyak 12,35% dari tahun sebelumnya yang 'hanya' 170 juta. Ketika sebuah peristiwa terjadi, maka orang di sekitarnya akan berlomba-lomba untuk mendokumentasikan atau membagikan kejadian tersebut di akunnya masing-masing.

Sebagai contoh, pernah gak, SohIB memperhatikan apa yang terjadi ketika ada fenomena menarik? Rata-rata orang yang berada di situ biasanya akan mengeluarkan smartphone-nya untuk merekam situasi terbarunya.

Bahkan, beberapa berita di televisi juga mendapatkan informasi dari media sosial,lo! Dari fenomena di atas, mungkin SohIB jadi berfikir apakah masih perlu, ada jurnalis profesional pada era digital saat ini?

Ketika tsunami Aceh terjadi pada tahun 2004, peristiwa pra dan pasca bencana dapat terdokumentasikan oleh seorang warga Aceh. Hal ini disebabkan adanya hambatan waktu sehingga membuat wartawan yang terikat pada lembaga pemberitaan tidak bisa menyiarkan kejadian tersebut. Adanya kontribusi warga membuat masyarakat Indonesia bahkan dunia mendapatkan gambaran yang valid dan pasti ketika kejadian tsunami tersebut sedang berlangsung. 

Lalu, apakah SohIB ingat ketika COVID-19 sedang tinggi-tingginya, ada sebuah hoax yang banyak dipercayai oleh masyarakat Indonesia. Hoax tersebut adalah sebuah video dan pesan berantai yang merekam seorang bayi berbicara. Bayi tersebut mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi sebutir telur dapat menyembuhkan virus corona.

Banyaknya orang yang percaya sampai-sampai Kominfo sendiri merilis pernyataan bahwa informasi tersebut adalah tidak benar. Mestinya, dengan perkembangan teknologi komunikasi seperti sekarang, berkembang pula wawasan orang-orang. Padahal jika dilihat secara sekilas, video tersebut sangat terlihat sebagai editan amatir dan mudah sekali teridentifikasi, bahkan pada yang tidak handal masalah video sekalipun.

Kedua peristiwa di atas terjadi karena dengan berkembangnya teknologi di tengah masyarakat. Ada banyak manfaat yang diperoleh, ada juga hal yang tidak menguntungkan seperti mudahnya hoax tersebar. Bahkan, ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu, seperti yang dilansir pada laman kominfo.go.id. 

Harus SohIB ketahui bahwa seorang jurnalis profesional harus tunduk dengan kode etik jurnalistik. Mereka dengan profesi ini harus melakukan verifikasi terhadap informasi yang didapatkannya. Hal tersebut wajib dilakukan untuk menghindari adanya disinformasi atau kesalahpahaman dalam berita yang akan disebarluaskan.

Tentu berbeda dengan warga biasa yang aktif membagikan informasi di media sosialnya. Mereka sangat gampang menyebarkan pesan tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu. Sehingga kadang mereka tidak sadar bahwa berita yang mereka bagikan itu adalah informasi yang belum benar kepastiannya.

Dengan banyaknya kejadian yang seperti itu, maka kehadiran jurnalis profesional masihlah sangat dibutuhkan hingga kini. Mereka mampu memberikan informasi serta berita ter-update yang relevan untuk publik dan tentunya sudah terverifikasi kebenarannya. Jurnalis profesional mendidik masyarakat mengenai sebuah peristiwa serta bagaimana situasi tersebut mempengaruhi kehidupan masyarakat.