Hijaukan Permukiman

Hijaukan  Permukiman

Lingkungan hijau mendukung lingkungan yang sehat dan produktif

#SobatHebatIndonesiaBaik

#JadiKontributorJadiInspirator

#BerbagiMenginspirasi

#SohIBBerkompetisiArtikel

Andaikan Bumi dikelola secara bijak, mungkin saja setiap manusia akan menghargai setiap jengkal yang dipijak. Persoalannya, tergantung bagaimana pembangunan yang butuh infrastruktur, sumber daya manusia, telah mengikrarkan pada konsep keseimbangan dan pelestarian bumi tetap hijau.

Saat kita buka jendela kamar,  hawa segar pagi menyergap tubuh.  Embun pagi masih melekat di dedaunan. Tumbuh-tumbuhan  yang ditanam depan rumah atau halaman pekarangan,  tampak menyumbangkan oksigen bagi kita. Kita bisa menghirup udara bersih. Penataan lingkungan perumahan tetap hijau. Masing-masing penghuni sadar akan lingkungan  hijau setiap rumah merelakan untuk menghijaukan lahan miliknya. Hijau itu bisa halaman depan rumah. Ada pohon yang berkayu dan berbuah, seperti mangga, rambutan, jambu klutuk, jambu air, dan lain-lain. Tanaman perdu, seperti suvelir,  tanaman bunga melati, dan sebagainya.  Bagian lain, penghijauan itu juga menyerap gas karbon CO2 dan menggantinya menjadi oksigen O2 yang diperlukan manusia. Penghijauan juga menyumbangkan keindahan estetik. Di permukiman menjadi bersih hijau dan indah dipandang.

Hidup kita akan bermanfaat bagi orang lain pula, jika kita menanam pohon dan menghijaukan tempat tinggal kita. Hidup akan serasa indah dan kita merasakan sebagai  manusia menghargai lingkungan bersih. Ini memberikan kontribusi bagi sebuah kota dan wilayah yang nyaman dihuni seperti halnya desa wisata yang tampak hijau dan tertata bersih.

Polusi Udara

Dunia atau Bumi ini, sesegera memerlukan tindakan manusia untuk menyelamatkan sesame. Kita punya kontribusi menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Menyelamatkan generasi mendatang, sekalipun derap pembangunan itu juga harus memikirkan bagaimana lingkungan tempat tinggal punya konsep Go Green. Perumahan yang hijau menarik, menjadi keinginan kita semua.  Pelestarian alam, hutan yang menghijau, semua penduduk Bumi menghargai ekosistem dan habitatnya. Kita, seperti halnya bagian dunia lain yang masih peduli akan lingkungan hidup seperti gerakan mematikan lampu sejenak seperti yang dilakukan ketika momen Earth Hour, yang juga telah dilakukan dunia. Kemudian mereboisasi hutan gundul, menanam setiap jengkal tanah, dan lain-lain. Semua kegiatan itu menyumbangkan kondisi bumi agar tetap terpelihara baik.

Kita yang berada dalam ruang hidup dan lingkungan yang bersih, masih beruntung. Ada bagian dunia lain, yang berada dalam keprihatinan. Kotornya udara akibat asap dan pembakaran pabrik, yang kurang sempurna dalam menyaring karbon dan timbal udara, hampir sama dengan polusi udara yang dibuang kendaraan. Asap hitam memenuhi ruang hidup manusia.  Setiap kali kita menghirup udara kotor, berakibat kita susah bernafas. India, yang sementara ini, menghadapi masalah lingkungan hidup dan polusi udara, salah satu contoh, dunia kini, harus memikirkan lagi pentingnya bumi bagi kehidupan manusia.

Sementara itu, kabut asap seperti yang terjadi di negara India dan kota Jakarta, yang belakangan ini disorot karena udara yang kotor dan polusi timbal di udara. Jakarta yang minim hutan kota, banyak gedung bertingkat, minim lahan hijau, menurut AirVisual yaitu situs penyedia peta polusi udara dunia, belum lama ini, juga mendapatkan kualitas udara tak sehat. Nilai indeks kualitas udara (AQI) kota Jakarta saat siang, mencapai 190, atau masuk dalam kategori tidak sehat (Kompas, 16 Juni 2022, hal. 8). Dari polusi udara itu, kandungan partikel per meter kubik, jauh di ambang batas maksimal 5 mikrogram per meter kubik. Kondisi udara kotor Jakarta, menempati kota yang berpolusi, di samping India dan Tiongkok.

Budaya Bersih-Sehat

Bumi, seperti memiliki magnet ketika kita tidak peduli akan kualitas lingkungan. Ia akan menampilkan bencana bagi kehidupan manusia. Kita tidak merasa nyaman dalam kehidupan ini. Kotornya udara, pemakaian bahan bakar fosil di kendaraan pribadi yang makin banyak, berakibat buruk bagi udara yang bersih. Asap yang dikeluarkan itu menyebakan gas karbon, timbal dan partikel-partikel yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Ditambah kita yang kurang peduli terhadap penghijauan, kebersihan lingkungan, hampir sama parahnya saat kita tidak menjaga lingkungan tempat tinggal kita.

Mengapa Bumi ini, kini tidak ramah lagi terhadap manusia?  Dari literatur yang ada, kerusakan bumi, pemanasan global, munculnya iklim yang ekstrem, kebakaran hutan dan pembalakan hutan gundul, kualitas udara buruk akibat kabut asap kendaraan dan pabrik, juga banyaknya rumah kaca, menjadikan bumi kian merana. Bumi makin panas. Serasa dunia tak nyaman buat ditinggali. Pemanasan bumi, terjadinya banjir, cuaca ekstrem, yang memicu sebuah usaha.  Terobosan manusia keluar dari permasalahan lingkungan dan udara yang tak sehat.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan, menjadi contoh sebagai proyek 'menghargai bumi'.  Kita perlu memperbanyak hutan kota. Memperbanyak tanaman dan pohon-pohon di setiap pinggir jalan atau di pekarangan depan rumah. Membangun sebuah miniatur percontohan go green di setiap kota. Kota-kota seperti Bogor, Bandung, Solo, kita akan mudah menjumpai daerah hijau. Pepohonan yang menyumbangkan paru-paru kota berwawasan lingkungan sehat. Hijau berarti sehat. Udara yang terkena polusi karena timbal dan partikel dari asap kendaraan, juga akan langsung terserap oleh kehijauan tanaman kota. Pepohonan itu jua yang akan menghasilkan oksigen O2 bagi manusia. Saat kita berteduh di bawah pohon, kita akan merasakan hawa yang sejuk segar. Di setiap jalan kota, terhiasi kehijauan. Rimbunnya tanaman akan menghadirkan oksigen yang dibutuhkan manusia.

Layaknya sebuah kota, penuh dengan ruang terbuka hijau, burung dan satwa lain yang singgah di pepohonan, menjadikan impian masyarakat. "City Walk," yang dibangun di sisi jalan protokol seperti di kawasan Sriwedari, kota Solo, tampak hijau. Setiap pagi, kita menjumpai orang jalan sehat. Para orang tua lanjut usia, memanfaatkan ini, sebagai aktivitas olah raga ringan.

Suatu sudut di Kota Solo yang mengintegrasikan lingkungan hijau, ruang publik, area citywalk, dan jalan kota.

Penghijauan menjadi cara menekan kotornya udara. Menghijaukan tempat tinggal kita  menyumbangkan terjadinya proses penyerapan karbon dan menciptakan sumber-sumber oksigen yang dibutuhkan manusia kota. Untuk ini, membudayakan diri terhadap kepedulian tradisi menanam tanaman, sebagai langkah nyata menghalau kebisingan dan udara yang kotor. Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan semangat membangun bersama sebuah wilayah yang hijau. Kita memiki kebanggaan menciptakan go green di setiap jengkal tanah. Hasilnya, kita menyumbangkan diri sebagai pahlawan lingkungan hidup yang memiliki kepedulian masa depan bersama.

(Mulia Sulaksono)