Guru BerAKHLAK, Membawa Pendidikan Melampaui Tujuan

Guru BerAKHLAK, Membawa Pendidikan Melampaui Tujuan

Ayo jadi guru yang berAKHLAK!

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel #Makin Tahu Indonesia

Akronim BerAKHLAK dijadikan sebuah pondasi baru bagi para Aparatur Sipil Negara. Sebagai core value ASN, berAKHLAK merupakan kepanjangan dari berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif. Melalui kehadiran nilai-nilai dasar ASN, berAKHLAK, diharapkan menjadi sebuah kekuatan atau inspirasi bagi seluruh ASN agar semakin maju dan berkembang sesuai dengan perubahan zaman. ASN juga harus bisa memperbaiki citra diri di mata masyarakat, untuk Indonesia yang lebih baik.

Secara garis besarnya, berAKHLAK bisa dijabarkan seperti berikut:

  1. Berorientasi Pelayanan

ASN selayaknya bisa memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Dalam hal melayani, ASN harus bisa menata emosinya selama bekerja, demi menjaga keprofesionalitasannya. ASN juga harus bekerja secara cekatan layaknya pada waktu diklatsar bersama pelatih, serta dapat memberikan solusi atas masalah-masalah yang muncul dalam pekerjaanya.

  1. Akuntabel

Akuntabel artinya bisa sikap jujur, memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, dan berintegritas tinggi dalam melaksanakan tugas. Kemudian selama mengerjakan tugas-tugas kedinasan, ASN dituntut untuk menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggungjawab, efektif dan efisien. Jangan sampai menggunakan barang-barang tersebut seenaknya, layaknya saat menggunakan barang-barang milik pribadi.

  1. Kompeten

Peningkatan kompetensi sangat dibutuhkan ASN, terutama di bidang IT. Sebab hampir semua bidang pelayanan sekarang berhubungan dengan penggunaan IT. Permasalahannya, banyak ASN generasi baby boomers yang kurang berkompeten mengoperasikan teknologi terkini. Jadi mereka bergantung kepada para ASN muda untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan IT. Padahal, dengan memiliki kompetensi yang lebih baik, pasti memberikan dampak yang signifikan terhadap pelayanan yang diberikan oleh ASN.

  1. Harmonis

Dalam setiap suasana, termasuk suasana kerja, semestinya para pegawai dapat menciptakan dan membangun lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis, tak terkecuali dengan ASN. Kenyamanan dan keharmonisan lingkungan kerja dapat memotivasi ASN agar lebih nyaman, sehingga lebih produktif dalam bekerja.

  1. Loyal

Sesuai nilai loyatitas ini, maka ASN harus dapat menjaga nama baik sesama ASN, nama baik pimpinan, nama baik instansi, serta dapat menjaga nama baik negara. Hal itu juga berarti, seorang ASN harus selalu menjaga rahasia jabatan dan negara.

  1. Adaptif

Adaptif berarti harus bisa terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas masing-masing. Hal ini dilakukan agar ASN bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Setiap pegawai juga harus selalu bertindak proaktif saat menghadapi suatu tantangan baru, responsif dengan berbagai masalah yang berkembang, serta mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi instansi.

  1. Kolaboratif

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, diharapkan ASN mampu berkolaborasi dengan berbagai unsur, baik dari dalam instansi maupun luar instansi. ASN harus memiliki sikap keterbukaan dalam bekerja sama, serta mau mencari solusi bersama terhadap masalah yang tengah dihadapi.

Sebagai seorang guru PNS, saya merasa menjadi salah satu bagian di dalam penerapan core value berAKHLAK. Wajib bagi saya untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam profesi sebagai guru. Apalagi di masa new normal pasca pandemi COVID-19, diperlukan keyakinan untuk “Recover Together, Recover Stronger” di setiap lini kehidupan.

Salah satu furngsi pendidikan adalah sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi anak-anak kelak ketika sudah dewasa. Pendidikan benar-benar memiliki urgensinya sendiri untuk diperjuangkan pasca pandemi. Untuk mewujudkan “Recover Together, Recover Stronger”, jelas diperlukan guru-guru yang mampu memegang teguh core value berAKHLAK.

Menjadi guru berAKHLAK, jelas tidak mudah dan butuh perjuangan ekstra. Akan tetapi, demi mengemban amanah yang telah dibebankan kepada saya, maka saya harus mau dan mampu membekali diri supaya bisa menjadi guru berAKHLAK.

Berangkat dari mengembangkan salah satu kompetensi guru, yaitu pedagogik, saya harus menumbuhkan semangat belajar anak-anak SD kelas lima yang sudah lesu karena lama tidak sekolah tatap muka. Sekolah daring dirasa kurang efektif untuk anak usia SD. Apalagi bagi mereka yang ditinggal orang tuanya bekerja seharian, ikut kakek neneknya, dan tidak memiliki fasilitas yang memadai. Situasi seperti ini menjadi permasalahan tersendiri bagi guru dan siswa.

Di satu sisi, guru dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan zaman. Seperti yang diketahui, perkembangan zaman sekarang sudah menuju era 5.0, dimana hampir seluruh teknologi sudah terhubung dengan internet dan menggunakan kecerdasan buatan. Dilema ini betul-betul dirasakan para guru di sekolah-sekolah yang siswanya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Guru dengan kompetensi yang bagus, tak akan bisa memajukan pendidikan secara maksimal jika tidak didukung oleh kesiapan fasilitas dan kesiapan mental siswanya. Namun, saya tetap memegang teguh nilai-nilai berAKHLAK dalam profesi saya. Berbagai cara tetap saya perjuangkan, di antaranya:

  1. Menggunakan aplikasi di smartphone sebagai media pembelajaran tatap muka

Banyak sekali aplikasi yang bisa dimanfaatkan dan sesuai dengan tema pembelajaran di kelas 5. Antara lain seperti google map, KBBI, kalkulator, YouTube, hingga puncaknya, menggunakan aplikasi OSN bagi siswa yang mengikuti olimpiade. Lalu bagaimana dengan siswa yang tidak memilikinya? Bisa dilakukan model pembelajaran think pair and share. Dimana siswa bisa bekerja sama dan berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk mengerjakan tugas. Jika belum puas, bisa dilanjutkan di rumah dengan meminjam smartphone milik orang tua masing-masing.

  1. Meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa

Dilansir dari kemdikbud.go.id, hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), bisa disimak melalui tabel berikut.

Tabel Kemampuan Siswa Indonesia dari Hasil Studi PISA
KEMAMPUAN SKOR RATA-RATA SKOR RATA-RATA OECD
MEMBACA 371 478
MATEMATIKA 379 487
SAINS 389 489

Hasil Studi PISA | sumber gambar: kompas.com

Dari paparan data ini dapat disimpulkan bahwa Indonesia berada pada kuadran low performance dengan high equity.

Merujuk pada temuan di atas, maka sebagai guru harus bisa memahami kebutuhan setiap siswanya demi meningkatkan kemampuan mereka. Karena setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Sudah selayaknya guru berusaha memfasilitasi perbedaan tersebut. Caranya tentu saja harus menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dan tidak boleh monoton.

  1. Memanfaatkan alat peraga dan media LCD Proyektor milik sekolah

Seminim apapun fasilitasnya, kalau guru bisa memanfaatkan dengan sebaik mungkin, bisa jadi akan mendongkrak kemampuan siswa dalam hal tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Maka dari itu, meskipun di kelas saya tidak difasilitasi dengan LCD proyektor yang bisa membantu proses transfer ilmu, saya berusaha menyiapkannya dengan memasang secara manual menggunakan LCD proyektor yang tersedia di sekolah.

Itulah beberapa hal yang bisa saya lakukan untuk menjadi ASN yang berAKHLAK. Tentunya, hal ini juga demi menjaga nama baik, loyalitas terhadap pekerjaan, dan meminimalisir wajah negatif guru-guru PNS. Mari buktikan bahwa guru-guru PNS baru zaman sekarang, memiliki mental yang berAKHLAK.

Salam Literasi Numerasi!