Fenomena Dad Shaming: Saat Gaya Parenting Ayah Dihakimi

Fenomena Dad Shaming: Saat Gaya Parenting Ayah Dihakimi

Dad Parenting | Pexels (Dominika Roseclay)

#JadiKontributorJadiInspirator

#Sobat Hebat Indonesia Baik

#BerbagiMenginspirasi

Fenomena Dad Shaming merupakan salah fenomena yang sering tampak dalam keluarga yang melibatkan seorang ayah sebagai fokus utamanya. Berbagai fenomena sosial yang menyangkut keluarga dan gender akan banyak sekali dan mudah ditemukan, karena pada dasarnya keluarga dan gender merupakan bagian dari masyarakat yang sulit untuk dipisahkan.

Salah satu fenomena yang berhubungan dan dapat dikaji melalui sosiologi keluarga dan gender adalah fenomena Dad Shaming. Istilah ini berkaitan sekali dengan keluarga dan gender karena di sana menyangkut peran sebagai seorang ayah, anggota keluarga, dan pemimpin dalam membangunnya.

Seorang ayah yang notabene seorang laki-laki memiliki peran, fungsi, hak, dan kewajiban untuk menjalankan keluarga agar dapat seimbang, harmonis dan sejahtera. Namun, di sisi lain, beberapa peran yang dilakukan oleh ayah tidak jarang mendapatkan berbagai kritikan negatif dalam menjalankan perannya, karena dianggap tidak sesuai dengan apa yang seharusnya, khususnya dalam pola mengasuh anak. 

Secara definisi, Dad Shaming merupakan segala bentuk kritikan dan komentar negatif terhadap gaya atau pola asuh seoarang ayah kepada anak yang dianggap tidak sesuai dengan seharusnya. Dad Shaming ini merupakan bentuk masalah karena mendapatkan berbagai anggapan, tanggapan, dan kritikan negatif mengenai tindakan-tindakannya dalam mengasuh anak.

Permasalahan ini menjadi salah satu hal yang membawa dampak serius kepada seoarang ayah yang akan menyebabkan seperti tidak percaya diri dan trauma dalam mengasuh anak. Minimnya apresiasi membuat hubungan antara ibu, ayah, serta anak akan terganggu dan menjadikan sebuah masalah, baik untuk keharmonisan hingga dominasi ibu dalam mengurus seorang anak.

Dalam segi urgensi, fenomena ini sangat penting untuk dikaji dan dibagikan kepada masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai sikap apa yang seharusnya dilakukan agar tidak menjadi seorang yang menghakimi orang lain dalam hal pola anak atau menjadi pelaku Dad Shaming.

Hal ini menjadi perhatian karena menurut riset yang telah dilakukan oleh Parentalk.id menunjukan, bahwa Dad Shaming sebanyak 44% dilakukan oleh pasangan, 17% oleh teman, 10% oleh lingkungan umum, 5% oleh rekan kerja, dan 24% oleh orang tua. Ini menunjukan bahwa banyak sekali kritikan negatif yang ditujukan kepada seoarang ayah dalam mengasuh anak.

Dalam lingkup keluarga dan gender, seoarag ayah memiliki kekuasaan tertinggi dalam keluarga, karena perannya sebagai kepala keluarga. Kemudian, meskipun seoarang ayah adalah kepala keluarga dan seoarang laki-laki secara gender, ia tetap memiliki suatu kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan yaitu mengasuh seoarang anak. Mengasuh anak bukanlah menjadi tanggungan dan kewajiban ibu semata, melainkan ayah pun ikut bertanggung jawab di dalamnya. Sehingga, ini bukan perihal suatu gender yang memiliki kewajiban tertentu, tetapi sewajarnya memang dilakukan bersama.

Maka daripada itu, sudah sepatutnya berbagai stigma, kritikan, dan komentar negatif yang mengarah kepada Dad Shaming segera harus diminimalisir karena akan menjadi masalah bagi sebua keluarga. Apresiasi dan dukungan akan menjadi sesuatu yang lebih baik dan membangun untuk kebaikan keluarga.

Konsep keluarga dan gender memberikan manfaat dalam hal dijadikan sebagai pendekatan dalam berbagai permasalahan keluarga yang menyangkut peran dan fungsi setiap anggota keluarga. Konsep keluarga dan gender dalam fenomena ini dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai topik yang biasanya dijadikan sebagai Dad Shaming, di antaranya yaitu gaya parenting ayah, pilihan makanan untuk anak, cara ayah mendisiplinkan anak, kurang perhatian terhadap anak, pemilihan penampilan untuk anak, hingga cara mendampingi anak saat belajar dan bermain.

Beberapa hasil identifikasi ini akan membantu bagi keluarga untuk dapat mengatasi berbagai masalah yang sering ditujukan mengenai Dad Shaming.

Melihat fenomena ini yang begitu penting dan banyak ditemukan di lingkungan masyarakat dan keluarga, ada beberapa saran atau tips yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, di antaranya yaitu:

  1. Hindarilah membandingkan ayah dengan ayah yang lainnya
  2. Pahami dan sadari jika perbedaan cara asuh anak yang berbeda itu adalah hal yang wajar selama tidak membahayakan
  3. Pahami jika seoarang ayah mempunyai “bahasa” yang berbeda dengan ibu.
  4. Berikan dukungan, kesempatan dan apresiasi agar ayah semakin semangat dan percaya diri.
  5. Berikan masukan dengan cara yang baik, tidak memarahi, dan menyindir depan umum.
  6. Ajak berdiskusi dan beri informasi yang benar perihal edukasi pengasuhan anak.