#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi
Kemajuan teknologi berkembang begitu cepat tanpa disadari, banyak perubahan yang terjadi karenanya. Dulu, untuk mengetahui kabar orang lain kita harus mengirim surat, itu pun membutuhkan waktu yang lama tergantung jarak antara pengirim dan penerima. Namun, dengan perkembangan teknologi yang memunculkan media sosial, bertukar kabar tidak lagi dihalangi oleh ruang dan waktu.
Banyak manfaat dari media sosial, mendekatkan yang jauh, memperoleh informasi lebih cepat, sarana hiburan, dan masih banyak lainnya, Akan tetapi, di balik banyaknya manfaat media sosial, ternyata ada sisi negatif yang begitu buruk bagi manusia. Berikut adalah dampak buruk dari media sosial!
1. Menjauhkan yang Dekat, Mendekatkan yang Jauh

Kehadiran media sosial sangat mempermudah interaksi antarmanusia di berbagai belahan dunia. Kita yang ada di bagian barat dapat mengetahui kabar kerabat di bagian timur dengan cepat.
Namun, terkadang penikmat media sosial lupa dengan orang yang ada di sekitarnya. Saking sibuknya terhubung dengan orang lain, mereka tidak memperhatikan keadaan sekitarnya. Tak jarang kita melihat sekolompok orang yang berkumpul hanya sibuk dengan gawainya saja, tanpa ada interaksi di antara mereka.
Kehadiran algoritma pun cukup memperburuk. Perusahaan-perusahaan media sosial menginginkan kita tetap terhubung dalam jaring dengan jangka yang lama. Mereka akan terus menarik perhatian kita dari data yang telah didapatkan dari keseharian dalam menggunakan media sosial.
2. Mengelompokkan Kita dalam Polarisasi

Menurut KBBI polarisasi adalah pembagian atas dua bagian yang berlawan. Ada program yang bernama AI (artificial intelligence) yang mempelajari kegiatan pengguna di media sosial. Program ini membaca kegiatan, lalu mengelompokkan kita ke hal yang disukai dan minati agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di media sosial.
Mengapa hal ini buruk? Karena jika hal tersebut berlangsung secara terus menerus, maka kita hanya mengenal satu sisi saja dan hanya akan selalu disuguhkan kepada hal yang kita sukai. Sebagai contoh, jika kita menyukai seorang publik figur, maka yang terlihat hanyalah hal-hal positif mengenai sosok tersebut.
Begitu pun sebaliknya, jika kita membenci seseorang, maka akan semakin banyak rekomendasi bahan bacaan/ tontonan yang mengarahkan kebencian terhadap publik figur tersebut. Mengingat pesta politik semakin dekat, maka kita harus memperingatkan kepada teman-teman, keluarga, dan sahabat karib untuk tidak terlarut dalam polarisasi.
Menurut Najwa Shihab dalam Beritasatu, “Polarisasi menghasilkan partisipanship yang berlebihan dimana saat ini pujian terhadap suatu kelompok tertentu dianggap sebagai buzzer, sedangkan kritik terhadap suatu kelompok dianggap sebagai serangan dari pihak oposisi.”
3. Mudahnya Menyebarkan Hoax

Dapat dikatakan bahwa era ini adalah era keberlimpahan informasi, begitu banyak informasi yang bertebaran di internet. Hal ini didasari karena mudahnya seseorang untuk membuat dan menyebarkan informasi tersebut ke dalam internet. Data dari Kominfo menyatakan bahwa di Indonesia sendiri ada 800.000 situs penyebar hoax.
Ketika kita sudah terjebak kedalam algoritma yang mana konten-konten yang kita terima adalah yang diminati saja, dengan mudahnya kita akan membenarkan teori atau opini yang keliru. Bahkan, merasa bahwa yang kita lihat di media sosial adalah yang benar-benar terjadi di dunia nyata.
Media sosial bagaikan pisau bermata dua, tergantung bagaimana kita mempergunakannya. SohIB harus selalu berhati-hati saat menggunakan media sosial dan teknologi yang dimanfaatkan. Kita harus menjadi pengguna yang cerdas sehingga diri kitalah yang menguasai teknologi tersebut, bukan sebaliknya.