Berjalanlah, Belajarlah

Berjalanlah, Belajarlah

Berjalanlah, Belajarlah

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

“Kita berjalan saja masih terus berjalan, meskipun kita tak tahu b’rapa jauh jalan ini nanti. Dan kita tak juga rela tunduk pada jarak, dan kita juga tak rela tunduk pada jarak”. Sepenggal lirik “Lagu Pejalan” oleh Sisir Tanah entah sudah berapa kali menggaungi telinga dan berputar-putar di kepala saat diri sudah lelah untuk berjalan menyisiri hidup ini. Kegagalan demi kegagalan bak hantu yang selalu menggentayangi kapan saja, dimanapun harapan berada. Membuat harap tiba-tiba runtuh, kaki tiba-tiba berhenti melangkah. Rasanya sudah lelah, jengah, lalu ingin menyerah. Hantu bernama kegagalan telah meracuni sebagian tubuh, mengubah pandangan sehingga tak ingin lagi melanjutkan perjuangan. Tapi, bukankah hidup harus diperjuangkan?. Dan pantaskah kita manusia yang memiliki otoritas penuh terhadap diri sendiri menyerah pada hantu bernama kegagalan?.

Mungkin, semenggugah apapun bentuk kalimat terkadang tidak akan bisa menembus dinding hati maupun pikiran saat diri sedang diselimuti kecewa akan sebuah kegagalan. Selalu saja ada celah untuk menyanggah “Ah, tapi kan gini, tapi kan gitu, bla bla bla..” yang berujung pada penurunan konsep diri. Kepercayaan diri menyusut, harapan diri mengerdil, dan masa depan terasa seperti kehilangan sinarnya. Ya, sebenarnya wajar saja. Tapi bagaimana jika hal itu terus menerus terjadi?. Bukankah akan menghambat jalannya hidup ini?. Lantas bagaimana kita harus menyikapi?.

Berhenti untuk memulai kembali

Berhenti|Unplas|Kai Pilger

Pertama tutup mata sejenak, ambil napas dalam, dan, berhentilah sejenak. Ya, berhenti. Siapa bilang kita tidak boleh berhenti?. Tapi ingat, berhenti untuk memulai kembali bukan berhenti untuk mengakhiri. Bedakan!. Bukankah saat lapar yang dibutuhkan adalah makan, saat dahaga yang dibutuhkan adalah minum dan saat mengantuk yang dibutuhkan adalah tidur. Pun sama dengan lelah, yang dibutuhkan adalah istirahat. Ambil jeda sejenak, berhenti sejenak, istirahatlah. Isi kembali energi-energi yang telah hilang terkuras oleh harap yang tak kunjung tercapai. Rasakan betapa energi yang mengalir dari ubun-ubun sampai ujung kaki membuat hidup bersemi kembali, seperti tanaman bunga layu yang dijatuhi rintik hujan yang telah lama tak turun ke bumi.

Tengok ke belakang, dan ucapkan terima kasih

Menengok ke belakang|Unplash|Debbiae Pan

 

Coba lihat bagaimana proses yang telah dilalui selama ini. Tentu bukan sebuah usaha yang mudah bukan?. Jatuh, bangun, tersandung, berusaha menjaga keseimbangan untuk tak jatuh, terseok-seok, bahkan sampai berdarah-darah rasanya. Lalu menitikberatkan pada harapan yang belum tercapai, mengesampingkan peluh yang selama ini terkucur hingga ingin berhenti melanjutkan juang hanya karena harap yang lagi-lagi belum tercapai. Ya, memang keberhasilan dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan awal, tapi bukan berarti proses bisa dilupakan begitu saja. Sebab di sana ada banyak hal-hal yang dapat dipelajari, mungkin tidak saat itu juga ketika dijalani, bisa saja besok, lusa, seminggu, sebulan, setahun, atau bertahun-tahun berikutnya baru akan mengerti “Oh ternyata seperti itu..”. Maka dari itu, menengoklah sejenak ke belakang dan lihatlah betapa jauhnya kaki telah menyusuri setiap jalan yang tak mudah dan ucapkan pada diri sendiri “Terima kasih ya, sudah bertahan sejauh ini”, lalu tersenyumlah. Jika bukan diri sendiri yang menghargai setiap proses yang telah dilalui, siapa lagi?.

Perlahan, berjalanlah, belajarlah

Terus berjalan|Unplash|Guille Pozzi

Seperti waktu yang terus berjalan, hidup pun sama-sampai batas yang telah ditentukan. Setiap perjalanan akan menghasilkan pengalaman. Setiap pengalaman akan membuahkan pelajaran. Dan setiap pelajaran akan menuntun menyusuri perjalanan berikutnya. Maka, pulihkan diri, lalu perlahan mulailah kembali dengan semangat baru. Membangun harapan baru, mencoba menata masa depan yang lebih baik lagi. Teruslah berjalan menyusuri setiap jalan hidup ini, lalu belajarlah apa-apa darinya. Jalan setiap orang berbeda, pun cara menghadapi setiap rintangan yang muncul juga berbeda, seperti halnya kegagalan yang sedang dibicarakan saat ini. Maka carilah bentuk kenyamanan yang membuat kaki akan terus berjalan. Teruslah hidup -sampai waktu yang telah ditentukan- meski tak tahu sampai kapan hidup itu sendiri hidup. Seperti Sisir Tanah yang berbicara dengan lagunya “Kita berjalan saja masih terus berjalan, meskipun kita tak tahu ujung jalan ini nanti. Dan kita tak juga terhenti, selalu berjalan. Dan kita tak juga terhenti, selalu berjalan”.