Belajar Menerima diri sebagai Harapan Ibu Pertiwi

Belajar Menerima diri sebagai Harapan Ibu Pertiwi

Insecure dikalangan Generasi Muda

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator  #BerbagiMenginspirasi  #SohIBBerkompetisiArtikel

 Belajar Menerima diri sebagai Harapan Ibu Pertiwi 

Insecure atau rasa tidak percaya diri bisa terjadi saat kita tidak bisa menerima diri kita sendiri. Baik itu kekurangan ataupun kesalahan kita. Maka dari itu, untuk mengobati rasa insecure, kita dapat melakukan penerimaan diri. Lalu, bagaimana cara kita agar bisa menerima diri kita sendiri?

Insecurity | Pinterest (www.pinterest.com)
Insecurity | Pinterest (www.pinterest.com)

Pertama-tama, mari kita lebih mengenal apa itu insecure dan penerimaan diri.

Menurut Atika Dian Ariana, SPsi., M.Sc. dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, "Insecure merupakan rasa tidak aman, tidak mampu, tidak yakin terhadap kemampuan diri sendiri sehingga memicu ketakutan, kecemasan, atau emosi negatif sejenis."

Jadi, pada intinya insecure adalah keadaan dimana seseorang tidak percaya diri sehingga ia tidak bisa atau sangat sulit untuk menerima dirinya sendiri.

Sedangkan Penerimaan diri menurut Allport (dalam Hjelle dan Ziegler, 1992) "Penerimaan diri merupakan sikap yang positif, yang ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia. Ia dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain." Sehingga penerimaaan diri adalah upaya untuk menerima apa yang kita miliki/tidak miliki, menerima apa yang kita mampu/tidak mampu, dan menerima apa yang diyakini/tidak diyakini tentang diri kita sendiri. Baik itu yang baik maupun yang buruk. 

Fenomena insecure di kalangan generasi muda juga semakin tinggi semenjak pandemi COVID-19 dikarenakan berkurangnya atau bahkan hilangnya aktivitas diluar rumah seperti sekolah, berolahraga, dan bersosialisasi dengan orang lain. Hal tersebut mengakibatkan semua aktivitas dilakukan terbatas dirumah dengan bantuan teknologi seperti handphone, laptop, dan lain lain. Dikarenakan aktivitas yang lebih banyak dilakukan dirumah dengan ditemani oleh gadget menjadikan semua orang, terutama para generasi muda untuk lebih mudah berselancar di dunia maya, sehingga kebanyakan dari mereka jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia maya termasuk sosial media. Kita semua tahu, bahwa sosial media tidak selalu mencerminkan apa yang terjadi di dunia nyata. Hal hal yang kita lihat di sosial media kebanyakan terlihat begitu 'sempurna' terutama para influencer yang seolah tak ada celah untuk kekurangan. Sehingga hal tersebut menimbulkan rasa insecure atau perasaan buruk terhadap diri kita sendiri. 

Seperti kutipan menurut Steve Furtick berikut : "The reason we struggle with insecurity is because we compare our behind the scenes with everyone else’s highlight reel." (Alasan kita berjuang dengan rasa tidak aman adalah karena kita membandingkan kehidupan kita di belakang layar dengan sorotan utama orang lain).

Pengaruh Sosial Media terhadap Insecurity | Medium (www.google.com)
Pengaruh Sosial Media terhadap Insecurity | Medium

(www.google.com)

Sebagai generasi muda hal tersebut tidak dapat kita biarkan, karena kesehatan mental yang buruk akan mempengaruhi kualitas hidup kita sebagai pemimpin dimasa depan.

Lalu, bagaimana cara mengatasi rasa insecure tersebut? Salah satunya adalah dengan cara penerimaan diri. 

Tahapan Penerimaan Diri menurut Germer “2009” ialah sebagai berikut : 

1. Aversion “Kebencian/Keengganan, Menghindari, Resisten”

Reaksi alami pada perasaan yang membuat tidak nyaman ialah kebencian atau keengganan. Kebencian/keengganan ini juga dapat membentuk keterikatan mental atau perenungan, mencoba mencari tahu bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan tersebut.

2. Curiosity “Melawan Rasa Tidak Nyaman Dengan Perhatian”

Pada tahapan ini individu mulai memiliki pertanyaan-pertanyaan pada hal-hal yang dirasa perlu untuk diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya muncul ialah “Perasaan apa ini..??, Apa artinya perasaan ini?, kapan perasaan ini terjadi”.

3. Tolerance “Menaggung Derita Dengan Aman”

Toleransi berarti menanggung rasa sakit emosional yang dirasakan, tetapi individu tetap melawannya dan berharap perasaan tersebut akan segera hilang.

4. Allowing “Membiarkan Perasaan Datang Dan Pergi”

Setelah melalui proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan tersebut datang dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya.

5. Friendship “Merangkul, Melihat Nilai-Nilai Yang Tersembunyi”

Individu melihat nilai-nilai yang ada pada waktu keadaan sulit menimpanya. Hal ini merupakan tahapan terakhir dalam penerimaan diri.

Semoga dengan tahapan-tahapan penerimaan diri tersebut, kita dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan jauh dari rasa insecure. Tak apa, rasa insecure tidak pergi dengan begitu saja, perasaan tersebut akan menghilang perlahan-lahan sesuai dengan tahapan yang telah dijelaskan diatas, perasaan tak nyaman didalam diri juga tak perlu dihindari karena perasaan itu normal dan merupakan bagian dari tahapan penerimaan diri. 

Penerimaan diri | Pinterest (www.pinterest.com)
Penerimaan diri | Pinterest (www.pinterest.com)

Sekian tulisan dari saya, mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan. Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya! :-D