Badai Pasti Berlalu, Teruslah Tangguh dan Bahu-membahu!

Badai Pasti Berlalu, Teruslah Tangguh dan Bahu-membahu!

Indonesia Tangguh Bahu-membahu Bersama

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi #SohIBBerkompetisiArtikel

Saat pandemi menerpa Indonesia, berbagai kisah sedih bagai memberondong hari-hari kita. Bukan hanya di berita atau di media sosial, cerita pilu mungkin begitu dekat dengan kita. Keluarga yang mendahului dan orang-orang yang kehilangan pekerjaan. Satu hikmah baik yang kudapati bahwa aku semakin yakin bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh. Masyarakatnya baik dan gemar membantu, setidaknya ini terbukti kudapati di sekelilingku.

Indonesia bangsa yang tangguh. Tengoklah berbagai fakta sejarah. Kita bukan bangsa yang dijajah sekian ratus tahun. Tetapi kita bangsa yang gigih berjuang selama ratusan tahun. Ajak keluarga kita mengunjungi berbagai catatan sejarah, Monumen Tugu Pahlawan di Surabaya misalnya. Bayangkan tangguhnya kekuatan mental yang dibangun hingga dengan hanya berbekal bambu dan belati, arek-arek Suroboyo berani menyerang tank-tank Sherman milik sekutu. Atau gagahnya Jendral Soedirman dalam tubuh kurus beliau yang digerogoti penyakit paru-paru yang parah masih sanggup bergerilya melawan penjajah belanda. Begitu pula jutaan pahlawan yang mungkin tidak pernah tercatat resmi dalam sejarah.

Museum 10 Nopember | Sumber: surabaya.go.id

Indonesia bangsa yang tangguh. Mereka gugur di medan perjuangan, bukan berhenti karena menyerah. Mari kita tengok juga data saat ini, angka bunuh diri misalnya. WHO mencatat Indonesia termasuk negara-negara dengan angka bunuh diri terendah. 

Prosentase Kematian yang Diakibatkan oleh Tindakan Bunuh Diri | Sumber:ourworldindata.org)

Peta di atas menunjukkan prosentase kematian yang disebabkan bunuh diri di seluruh negara di dunia, Indonesia berada di angka 0,5%, jauh di bawah negara-negara lain. Tentunya ini bukan karena hidup masyarakat Indonesia tanpa tekanan, bahkan aku pernah menerima pesan singkat tentang keinginan bunuh diri dari setidaknya tiga orang sahabat di beberapa tahun terakhir, aku bersyukur mereka kuat dan berani untuk berjuang. Kita tentunya paham budaya Indonesia dan pengaruh agama berperan penting memupuk ketangguhan bangsa ini. Terimakasihku untuk para founding father Indonesia yang mengukuhkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mereka betul-betul menguatkan bangsanya untuk bersandar pada Yang Maha Kuat.

Indonesia tidak hanya tangguh, Indonesia juga bangsa yang ramah dan suka membantu. Beberapa orang mungkin pernah meragukan atau merasa motto gotong royong sudah mulai luntur. Tetapi sekali lagi, pandemi membuktikan sebaliknya. Charities Aid Foundation (CAF) dalam laporan World Giving Indeks (WGI) 2021 menobatkan Indonesia menjadi negara paling dermawan sedunia, ini jauh meningkat dibandingkan tahun 2016 dimana Indonesia hanya berada di urutan ke-7 dunia.

World Giving Index 2021 | Sumber: cafonline.org

Selain program bantuan pemerintah, tidak sedikit organisasi resmi yang mengadakan gerakan sosial di berbagai lini; kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Sumbangan untuk APD tenaga kesehatan, bantuan pangan untuk masyarakat terimbas, beasiswa bagi yatim korban pandemi, dan program bantuan lainnya dilakukan oleh berbagai instansi, lintas suku dan agama. Berbagai proyek sosial dengan inisiasi pribadi juga bertebaran saat pandemi. Seorang sahabat yang suaminya meninggal saat pandemi juga menerima pesanan nasi bungkus untuk disebarkan secara gratis, dan anak yatimnya sangat bahagia ikut membagikan nasi bungkus itu di jalanan yang akan langsung ludes dalam hitungan menit. Tenaga kesehatan yang sedang bekerja keras dibanjiri kiriman berbagai makanan dari warga. Di lingkungan masyarakat terdekat, para tetangga saling mendukung pasokan makanan bagi keluarga yang sedang isolasi mandiri. Bahkan, salah seorang mahasiswa di tempatku mengajar misalanya, menjadi relawan menyetir ambulans dan menyuplai tabung oksigen untuk masyarakat sekitar. Sungguh kisah-kisah kebaikan yang menginspirasi.

Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia yang baik. Bukan hanya bukti sejarah dan data yang bercerita. Berbagai kisah nyata di sekelilingku juga telah membuktikan hal ini. Seseorang pernah bercerita tentang kisah hidupnya di masa pandemi yang menyisakan uang empat ribu rupiah di kantongnya, malam-malam berjalan berkeliling mencari nasi seharga empat ribu karena anak istrinyanya belum makan dari pagi. Tahukah sahabat, siapa yang membantunya saat itu? Seorang penjual kopi bersepeda memberinya uang Rp. 40.000. Bayangkan omset beliau di masa pandemi dan berapa yang diberikannya, aku yakin mereka orang-orang baik yang mungkin tidak terkenal di bumi, tetapi terkenal di langit.

Jadi, saat terbersit di benakmu keinginan membantu orang lain, lakukanlah segera, karena bisa jadi bantuanmu adalah hal terbesar yang tak akan pernah ia lupakan. Sebaliknya, saat kau merasa berada di titik terendah dalam hidupmu, tetaplah berjuang dan berdoa, suatu saat itu akan menjadi cerita hikmah masa lalu untuk anak cucumu. Apapun yang terjadi padamu, tetaplah tangguh kawan, badai pasti berlalu!