"Kenapa sih harus bahas masalah passion terus?", tanya anda
“Global youth movement, ygy?”, jawab saya.
Membosankan dan tidak realistis atau bekerja ya sesuai passion-lah? Toh hidup cuma sekali, ya harus bermimpi dan berani!
Steve Jobs Quote | Modifikasi dari PicsArt (Picsart.com)
"The only way to do great work is to love what you do,"
"If you haven't found it yet, keep looking. Don't settle.", kata Steve Jobs.
Apakah termotivasi? “Jelas!”, kata generasi muda. Menurut Yahoo!news (2022), hal ini terbukti menjadi tren global youth movement karena anak muda lebih baik jobless daripada tak sesuai passion.
Passionate gal, Mikasa Ackerman berteriak,
“Sasaageyoo...!! Sasaageyoo...!! Shinzou wo sasaageyoo...!!”
Saya izin memasukkan perkataan tersebut yang berasal dari kisah Jepang yang terpopuler dan paling berpengaruh di dunia, Attack on Titan. Kisahnya membahas hidup melalui bekerja sesuai passion. Diterjemahkan dari Bahasa Jepang, “sasageyo” berarti “mengabdi”, sedangkan “shinzou wa sasageyo” berarti “mengabdikan hatimu”.
Apabila kita ber-passion, melakukan apapun menjadi bersemangat dan mungkin layaknya ‘mengabdi’. Akan tetapi, apakah harus bekerja sesuai passion agar demikian? Sebentar, sebelum menjawabnya, tolong izinkan saya menjelaskan informasi terkait agar lebih kritis dan lebih cerdas dalam menjawabnya.
Menurut Wang & Chiew (2010), umumnya, cara menyelesaikan masalah (problem solving) manusia memerlukan identifikasi masalah dan pencarian solusi. Identifikasi ini menjelaskan fakta dari hal-hal yang ada. Cara identifikasi termudah dapat dijelaskan melalui pembuatan alur secara sistematis. Materi artikel ini juga akan dijelaskan secara demikian agar mempermudah kita dalam menjawab “Apakah harus bekerja sesuai passion?”.
1. Pengenalan
Menurut kamus Meriam-Webster, bekerja maknanya adalah upaya pemenuhan tanggung jawab yang demi gaji, dilakukan secara terus menerus, dan mengerahkan fisik serta mental untuk suatu tujuan dan kebutuhan. Passion maknanya adalah emosi yang intensif dan bersifat memaksa yang susah dikendalikan. Keduanya bisa berkaitan karena terkait ‘upaya’ dan ‘emosi’ namun tidak selalu berkaitan. Keduanya menjadi tren yang berkaitan semenjak terjadi perubahan motivasi kerja dari lintas generasi. Menurut media dari Amerika Serikat, NPR (2022), motivasi pekerjaan berfokus pada stabilitas pekerjaan untuk kelahiran 1940s-1950s (didominasi Baby Boomers); lalu, berfokus pada ekspresi diri untuk kelahiran 1970s-1990s (didominasi generasi X dan Milenial); kini, berfokus pada passion untuk kelahiran 1995s-2010s (generasi Z).
Ternyata, keterkaitan bekerja sesuai passion adalah tren yang diprakarsai oleh kisah hidup dari tokoh tersukses di bidang Teknologi Informasi. Pertanyaannya adalah siapa ya? Steve Jobs adalah jawabannya. Beliau termasuk tokoh paling berpengaruh terhadap tren untuk bekerja sesuai passion atau gairah. Beliau membuktikan kesuksesan finansial dan karirnya dalam hal ini. Contoh kesuksesan terkininya, beliau akan diberikannya penghargaan tertinggi bagi warga sipil AS meskipun sudah meninggal. Kisah hidupnya memerjuangkan passion bersifat sangat berpengaruh besar terhadap tren ini, khususnya pidato kelulusan wisudawan Stanford University oleh Steve Jobs pada 2005.
2. Studi Kasus 1, "Bekerja sesuai passion"
Menurut NPR (2022), jenis pekerjaan bidang sosial dan edukasi adalah jenis pekerjaan yang bekerja sesuai passion, contohnya: pegawai organisasi sosial, perawat, guru, dan jurnalis. Kelebihan jenis pekerjaan ini adalah performa kerja yang hebat, semangat berdedikasi, dan komitmen yang setia. Sayangnya, ketiga kelebihan ini berpotensi terjadinya overwork, gangguan fisik dan mental, dan tidak ada jaminan gaji tambahan atau gaji yang lebih tinggi daripada pekerja yang tidak sesuai passion.
3. Studi Kasus 2, "Bekerja tidak sesuai passion"
Jenis pekerjaan yang tidak sesuai passion tidak dapat dicontohkan secara spesifik pada bidang apa, namun biasanya mayoritas pekerjaan tidak demikian. Alasannya adalah faktor manusia yang lebih memengaruhi daripada faktor jenis pekerjaan. Menurut riset perusahaan jasa dari Inggris, Deloitte (2017), mayoritas pekerja Amerika Serikat tidak bekerja sesuai passion. Hasil riset menunjukkan performa kerja yang memburuk karena tidak adaptif dalam menyelesaikan masalah yang baru. Mereka juga berpotensi tidak setia berkomitmen pada perusahaan sehingga bisa berpindah ke perusahaan lain. Akan tetapi, menurut media dari Indonesia, TirtoID (2022), bekerja tidak sesuai passion memiliki berbagai kelebihan, contohnya: kurang berpotensi overwork, lebih seimbang antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan, lebih mudah dan lebih cepat dalam memilih jenis pekerjaan, serta lebih praktis.
4. Riset dan pendapat para ahli terkait "Apakah harus bekerja sesuai passion?"
“Harus-lah! Titik pokoknya!”, kata para pendukung passionate workers atau pekerja sesuai passion. Menurut riset dari Deloitte (2017), mereka mendukung hal ini dikarenakan jelas terbukti meningkatkan performa kerja, lebih bersemangat dalam mengatasi permasalahan baru, lebih setia pada perusahaan, dan lebih adaptif terhadap stres kerja sehingga mendukung inovasi perusahaan yang berkelanjutan. Mengacu situs dari pemotivasi yang sangat sukses dari Amerika Serikat, Tony Robbins (2022), juga mendukung keharusan bekerja sesuai passion karena pekerja lebih suka masalah baru, berani mencari peluang, dan lebih komunikatif untuk mencari solusi yang baru. Mereka juga menularkan rasa kebahagiaan kepada sesama pekerja.
Di sisi lain, TirtoID (2022) dan NPR (2022) tidak sepenuhnya setuju dengan Deloitte dan Tony Robbins. Mereka beralasan karena tidak semua orang mampu bekerja sesuai passion. Faktor privilese, khususnya finansial sangat memengaruhinya karena kecukupan atau kelebihan finansial yang mempermudahnya. Tidak adanya faktor ini menyebabkan motivasi bekerja hanyalah berfokus memenuhi kebutuhan finansial. Kebutuhan emosional seperti passion tidak difokuskan karena bukanlah prioritas dari realita kehidupan. Faktor lainnya adalah waktu pengembangan passion bersifat sangat lama dan penuh ketidakpastian. NPR (2022) menyimpulkan "passion tidak-lah wajib" dan sebaiknya "passion dimulai dari hal kecil" yang tidak harus dijadikan pekerjaan utama, contohnya hobi dan pekerjaan sampingan. TirtoID (2022) juga mendukung kesimpulan ini karena passion bisa mengalami kejenuhan dan aspek work life balance lebih memengaruhi kebahagiaan daripada aspek passion.
5. Kesimpulan dari topik "Apakah harus bekerja sesuai passion?
Jawabannya saya kembalikan kepada anda semuanya. Jika anda menjawab harus, tolong pertimbangkan posisi diri sendiri saat ini.
"Apakah bisa memulai dan menerima semua risiko?", tanya saya.
“Bisa! Saya optimis!”, seru anda.
“Apakah passion harus menjadi pekerjaan utama?”, tanya saya.
“Wah, saya belum tahu kalau ini.”, jawab anda.
Visualisasi Kebingungan | Modifikasi dari PicsArt (Picsart.com)
Tolong pertimbangkan dahulu risiko dan kemampuan diri kita. Kalo sebagai generasi muda, saya akan menjawab, “Harus bekerja sesuai passion-lah! Pantang mundur, sebelum mencoba! Tatakaiii!!” *sembari tertawa optimistis. Tulisan ini adalah bukti saya dalam mengawali passion sebagai penulis. Saya tidak memiliki semua privilese namun saya penasaran hasilnya. Gimana, apakah harus bekerja sesuai passion? Silakan tinggalkan emoji di bawah ini.