4 Alasan untuk Tidak Menanyakan Kapan Menikah? Yuk, Belajar Menghargai Privasi Orang Lain!

4 Alasan untuk Tidak Menanyakan Kapan Menikah? Yuk, Belajar Menghargai Privasi Orang Lain!

Hindari pertanyaan kapan menikah saat reuni keluarga karena kurang sopan | Sumber: Unsplash (@drewcoffman)

#SobatHebatIndonesiaBaik #JadiKontributorJadiInspirator #BerbagiMenginspirasi 

Menjelang akhir tahun untuk sebagian orang merupakan momen spesial. Sebab, bulan Desember ini memiliki dua hari penting, yakni perayaan natal dan tahun baru, yang artinya kita berkesempatan untuk mudik dan bertemu keluarga besar. Namun, tahukah SohIB apa yang sering dikhawatirkan banyak orang yang belum menikah? Yup, jawabanmu bisa jadi betul, yakni pertanyaan "Kapan menikah?"

Hal tersebut bukan hal baru sebenarnya. Namun, bagi sebagian orang yang sudah berusia produktif dan masih jomblo, pertanyaan tersebut terasa sangat mencekam dan membuat enggan bertemu keluarga besar.

Seperti yang kita ketahui, (atau bahkan kita alami sendiri), sejak lulus dari bangku sekolah, begitu banyak pertanyaan yang digaungkan oleh lingkungan sekitar. Misalnya saja, "Akan berkuliah di mana? Kok, nggak kuliah? Mau memutuskan S2 atau menikah?" hingga yang paling tidak nyaman seperti, "Kamu harus ingat umur! Jangan telat berkeluarga!"

Nah, SohIB, menurutmu sebenarnya apa sih, yang mendasari basa-basi seperti ini tadi?

Dilansir dari frankncojewellery keluarga Indonesia sangat erat dengan budaya komunal yang artinya milik bersama. Hal inilah yang membuat pertanyaan "Kapan menikah?" menjadi pertanyaan umum yang tidak masalah jika dipertanyakan kapan saja.

Namun, di sisi lain bisa menimbulkan tekanan sosial yang beranggapan bahwa seseorang sudah seharusnya menikah di usia-usia tertentu. Padahal, tidak semua orang pada titik yang sama, lo!

Alasan Jangan Suka Bertanya, "Kapan Menikah?"

Nah, berikut ini adalah 4 alasan mengapa kita nggak seharusnya ikut-ikutan menanyakan pertanyaan pribadi seperti pernikahan seseorang. Yuk, simak point berikut!

1. Sedang Fokus Meningkatkan Diri

Meningkatkan kualitas diri adalah kewajiban. Akan tetapi, untuk beberapa orang ada yang berprinsip untuk single adalah jalan terbaik sembari fokus pada tujuan hidup pribadi, seperti belajar hidup mandiri, belajar memasak, menyusun target dalam 5 tahun ke depan, mencintai diri sendiri, dan lain sebagainya. Hal tersebu tidaklah salah, sebab setiap orang punya tujuan masing-masing sebelum menghadapi fase hidup selanjutnya.

2. Terkena Sandwich Generation

Istilah sandwich generation semakin populer karena maraknya pembahasan mengenai seseorang yang belum bisa menikah lantaran masih menanggung beban hidup keluarganya, yaitu orang tua dan saudara kandung. Munculnya kondisi ini berawal dari kondisi finansial yang belum stabil, tidak adanya dana darurat, maupun dana pensiun yang menyebabkannya masih bergantung pada pendapatan dari individu lainnya. Kondisi seperti itulah yang mendorong seseorang belum yakin untuk menikah.

3. Adanya Trauma di Masa Lalu

Trauma yang ringan atau berat bisa bersifat jangka panjang dan tidak ada yang bisa menjamin seseorang terbebas dari itu semua. Banyak faktor yang mempengaruhi perasaan ini, misalnya pengalaman dari keluarga sendiri, melihat berita atau media, atau mengalami sisi trauma saat menjalin hubungan dengan orang salah.

Secara tidak langsung, itu dapat membentuk pemikiran bahwa cinta dan pernikahan adalah dua hal yang perlu dihindari dalam hidupnya.

4. Belum Waktunya (Itu Nggak Apa-apa Banget!)

Sudah siap secara fisik dan mental, keuangan aman, punya mapping of life, tetapi belum menikah juga!

Sudah berkenalan sana-sini, tetapi belum ada yang cocok!

Jangan merasa bersalah kalau SohIB memiliki high standard versi kamu dan sudah berada di posisi tersebut. Semua orang pantas mendapatkan pasangan yang terbaik. Ini hanya soal kecocokan karena menikah adalah sakral dan sekali seumur hidup.

Jika yang kamu temui belum sesuai dan perbedaannya tidak bisa ditoleransi, jangan ragu untuk menyudahinya. Sekali lagi, keputusan ada di kamu, bukan orang lain. Jangan terbebani dengan omongan orang, nggak akan ada habisnya, seriusan deh!

Seiring berjalannya waktu, media sosial juga cukup mengambil andil dalam mengkampanyekan isu bahwa sebenarnya tidak semua orang nyaman di tanya "Kapan menikah?". Itu cukup mewakili generasi Indonesia saat ini yang berpendapat bahwa sebuah pertalian hubungan merupakan urusan pribadi dibarengi alasan tertentu.

Bila memang yang ditanya tampak enggan menjawab, janganlah terlalu kepo mendalam. Bertanyalah secukupnya, tidak usah berlebihan. Jika ia nyaman, dengan sendirinya ia akan bercerita sendiri tanpa diminta.

Akan lebih baik lagi jika yang ditanyakan adalah hal yang lebih bersifat umum, misalnya tentang aktivitasnya sekarang atau apa yang sedang dipelajari. Mengajaknya ke acara sosial yang kamu ikuti bahkan jauh lebih baik, selain bisa mengajarkan nilai-nilai kehidupan.

Tenangkan diri, tarik napas, dan hembuskan! Percayalah dan yakin bahwa semua akan menikah sesuai dengan waktu yang ditetapkan Tuhan. So, semangat untuk meng-upgrade diri, ya!