7 Alasan Cyberbullying Itu Buruk, Stop Lakukan!

7 Alasan Cyberbullying Itu Buruk, Stop Lakukan!

Cyberbullying adalah perbuatan yang keji dan tercela | Sumber: Unsplash (Sigmund F)

Dunia manusia masa kini terbagi menjadi dua, yakni 50% dunia nyata dan 50% dunia maya. Coba kamu lihat sekitarmu, berapa banyak sih, orang yang tidak punya handphone atau jarang memanfaatkan produk teknologi tersebut? Rasa-rasanya sangat jarang, bukan?

Terlebih lagi, sejak penggunaan media sosial merajalela, praktis kita menjadi semakin sibuk sendiri dengan gadget. Hal itu bukanlah mengherankan, sebab algoritma medsos dengan kecerdasannya mampu ‘membaca’ konten apa yang lebih menarik bagi kita. Sehingga, besar kemungkinan kita sendiri akan betah berlama-lama di depan layar. Kamu juga demikian?

Kendati begitu, cyberbullying menjadi problematika bersama yang menjadi peer bersama. Cyberbullying melansir dari stopbullying.gov,  merupakan bentuk intimidasi yang terjadi melalui perangkat digital seperti ponsel, komputer, dan tablet. Perbuatan ini bisa dilakukan melalui SMS dan aplikasi, atau media sosial, online platform, forum, atau game tempat orang dapat melihat, berpartisipasi, atau berbagi konten.

Adapun bentuk dari cyberbullying antara lain mengirim, memposting, dan membagikan konten berbau negatif, menghina, berbahaya, dan jahat. 

Bagi para content creator, mendapatkan makian kasar, kata-kata yang menjerumus ke kejahatan, hingga ancaman dari haters di kolom komentar terkadang makin sulit dikendalikan.

Undang-undang yang mengatur tentang kejahatan siber seperti ini sebenarnya sudah ada dari pemerintah, yaitu merujuk dari Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Namun, tetap saja, upaya hukum belum memberikan efek jera bagi para pelakunya. Berikut ini adalah 7 alasan kenapa cyberbullying itu nggak boleh kita lakukan!

Baca juga: Social Media Detox, Ini Sederet Manfaatnya!

1. Membuat Korban Mengalami Depresi

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang mendapat perlakukan kasar dan tidak menyenangkan. Terlebih lagi, hal tersebut dilakukan oleh orang yang tidak mengenal kita dan di depan publik pula. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan pengguna media sosial adalah anak-anak usia belasan tahun hingga 20an.  Mereka belumlah cukup andal dalam mengelola emosi dengan baik dan sedang dalam masa pencarian jati diri.

Menerima bullying bisa saja mengganggu kesehatan mental mereka. Padahal, tidak semua orang mampu menunjukkan perasaannya dengan gamblang. Kamu bisa bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka mengalami depresi berkepanjangan, tetapi tidak terdeteksi?

2. Memancing Orang Lain untuk Ikut Mem-bully

menggunakan laptop
Menjadi agen penebar tindakan tercela? Waduh! | Sumber: Unsplash (John Schnobrich)

Publik figur menjadi profesi yang paling rentan terkena hujatan netizen. Sedangkan perbuatan cyberbullying biasanya ‘menular’, dari satu kalimat seseorang, bisa berlarut-larut dan diikuti orang lain yang satu pemikiran.

Apakah iya, dengan melakukan kejahatan siber seperti itu hidup kita boleh dibilang lebih baik dari yang dihujat? Belum tentu! Apalagi jika kita malah ‘menginspirasi’ orang lain untuk mengikuti kita?

3. Menghancurkan Hidup Seseorang

Banyak yang mampu bangkit dan termotivasi meskipun mendapatkan cyberbullying, tetapi lebih banyak lagi yang merasa down dan lambat laun hidupnya menjadi terasa hampa.

Tentu kamu sering mendengar bagaimana kerasnya menjadi idola di Korea Selatan, bukan? Ujaran kebencian dan upaya penindasan yang dilakukan para haters kepada idol seringkali sangat berlebihan. Maka, beberapa tahun terakhir media massa ramai dengan pemberitaan para artis di sana yang memutuskan untuk bunuh diri, setelah mendapatkan hujatan bertubi-tubi.

Pelaku cyberbullying mungkin masih bisa tidur tenang setelah melakukan perbuatannya. Yang dia tidak tahu, bisa jadi ucapannya kala itu sangat menyakiti orang lain dan membuat hidup mereka hancur. Mengerikan sekali, ya?

Baca juga: 10 Sosial Media Jadul, Bandingin Sama Zaman Now!

4. Belum Tentu Kabar yang Beredar Benar

Fakta yang aneh, tetapi nyata. Rupanya ada segelintir orang yang justru memanfaatkan cyberbullying berupa hujatan netizen sebagai ladang penghasilannya. Tanpa menyebutkan nama, kamu mungkin bisa mengira-ngira, siapa saja public figure masa kini yang sekiranya justru viral karena hal seperti ini, bukan?

Meskipun ini adalah fenomena yang tidak patut dibanggakan. Akan tetapi, dari sini seharusnya kita semua sudahlah sadar, bahwa tidak ada gunanya sama sekali untuk ikut-ikutan melakukan cyberbullying. Sebab, kamu justru menambah pundi-pundi kekayaan mereka dari sana dan untuk diri kita sendiri, hal tersebut juga tidak menghasilkan apa-apa.

5. Mengurangi Produktivitas

berbaring di sofa
Di saat yang lain terpacu dan semangat, pelaku bullying mungkin malah tidak produktif | Sumber: Unsplash (Adrian Swancar)

Bermain gadget sendiri sebetulnya sudah mengasyikkan dan bisa membuat kita lupa waktu, apalagi mengikuti berita orang lain dan kita sibuk menghujat mereka! Jika beruntung, orang yang kamu hujat mungkin bisa bangkit kembali untuk menjadi sosok yang lebih hebat dan kuat, lo! Sedangkan kamu sendiri, apa yang sedang kamu lakukan?

6. Dijauhi Teman dan Lingkungan

Saat ini, melacak keberadaan seseorang tidaklah sesulit dahulu. Di sisi lain, kampanye menggunakan sosmed dengan bijaksana ramai diperbincangkan. Dengan mindset yang sama, bahwa cyberbullying harus berhenti dilakukan, bukan tidak mungkin para pelakunya akan mudah ditemukan warganet dan dapat mengganggu kehidupan pribadinya sendiri.

SohIB tentu masih ingat bukan, para artis tanah air yang melaporkan pem-bully ke aparat penegak hukum dalam hitungan hari, padahal sebelumnya tidak mengenal pelaku sama sekali? Selain terekspos melakukan perbuatan tidak terpuji, sanksi sosial juga mungkin didapat di kemudian hari.

7. Berkurangnya Rasa Empati

anti bullying
Jangan lakukan hal yang hanya akan merugikan dirimu | Sumber: Unsplash (Dan Meyers)

Karena sering melakukan cyberbullying, hati lama-lama menjadi keras dan memaklumi perbuatan serupa. Sebab, ‘aktivitas’ itu juga sudah menjadi kesehariannya. Inilah salah satu akar bagaimana tindak kriminal bisa terjadi, karena hilangnya rasa empati.

Baca juga: 8 Hal yang Jangan Dibagi di Media Sosial, Stop Lakukan!

Jangan lupa untuk terus ikuti artikel-artikel seru lainnya hanya di sohib.indonesiabaik.id, ya! Banyak lo, informasi menarik nan lengkap yang harus banget kamu baca.

Nggak hanya itu aja! Jika kamu memiliki passion di bidang kepenulisan dan ingin senantiasa berkembang, join jadi kontributor SohIB dan dapatkan banyak benefit-nya!

Oiya, SohIB.id juga punya komunitas keren yang selalu aktif memberikan berbagai pelatihan, webinar, diskusi, dan bagi-bagi merchandise cantik, lo! Semuanya gratis! Skuy, langsung gabung aja di siniSalam Sobat Hebat Indonesia Baik! (AJ)